Chapter 3 / Cerita Arkian

12 1 0
                                    

Ditulis: 27/02/2023

****

CERITA

Arkian mengajak jalan-jalan menghabiskan hari libur. Tempat terbilang tidak begitu ramai, terkesan damai dinikmati. Kebun teh yang mirip lokasi syuting film dengan tokoh pemeran utama adalah gadis berketurunan Jepang. My Heart nama filmnya. Masih terlihat sama dengan apa yang ditampilkan pada layar kaca. Disitulah, Rayna kemudian bercerita kepada sang kakak bahwa dia berencana akan menjadi anggota OSIS. Arkian selalu mendukung apa yang diinginkan oleh Rayna selagi hal tersebut dinilai positif bagi kehidupan. Toh, adiknya harus selalu bangkit dan terus melangkah. Walau sehari menghabiskan waktu, dapat dikatakan sebagai hari yang panjang. Akhir pekan mereka ditutup dengan permainan basket keduanya. Sudah lama hampir Rayna tidak memegang bermain bola basket. Terakhir kali saat duduk di bangku SMP. Dia dapat dikatakan sebagai pemain sangat berpengaruh untuk skor timnya saat itu. Terkenal tertutup dan pendiam, namun menjadi pemain penting.

"Kamu beneran mau masuk OSIS?" tanya Arkian.

"Iyaa, bang."

"Setau abang ya kalau jadi anak OSIS berarti harus masuk asrama. Emang kamu mau?"

"Apa boleh buat kalau, bang. Jika memang harus seperti itu."

"Kayaknya abangmu ini akan kesepian lagi deh. Ditinggal adik hampir 10 tahun, sekarang hidup bareng malah ditinggal lagi deh." Arkian tidak keberatan jika Rayna harus tinggal dalam asrama. Dia hanya berpikir bahwa Rayna sekarang menjadi tanggung jawab besar baginya, ingin selalu bisa memantau secara langsung semua hal yang dialami adiknya. Rayna adalah permata sangat berharga bagi Arkian.

"Makanya, bang. Buruan nikah. Jangan digantung mulu tu ceweknya. Ngajak komitmen malah gak dinikahin." seru Rayna.

"Abang bukan mau ngegantung perasaan. Tapi, dianya aja belum siap untuk abang seriusin. Malah kadang ngehindari abang kalau ketemu langsung. Aneh banget kan?"

Arkian tidak mempunyai kekasih. Melainkan lebih tepatnya ada seorang cewek yang membuat ia jatuh hati. Singkat cerita, sebenarnya sang cewek terlebih dahulu mengungkapkan apa yang ia rasakan kepada Arkian. Namanya Ghina, gadis berhijab sekampus dengan Arkian. Pada saat itu, pameran kampus sedang dilaksanakan. Ghina sejak awal masuk kuliah sudah tertarik terhadap Arkian yang murah senyum, pandai dan menjaga shalatnya. Ghina memendamnya hingga masa kelulusan Arkian lebih cepat dari mahasiswa pada umumnya. Saat itulah Ghina jujur akan perasaannya selama ini. Bukan empat mata. Melainkan lewat sepucuk surat menggunakan kalimat seperti para punjangga. Arkian tidak begitu mengerti arti isinya. Namun, ia paham maksud dan tujuan surat tersebut. Arkian pun mulai berteman dengan Ghina sejak saat itu. Sejalan dengan iringan waktu perasaan Arkian tumbuh. Mereka jarang bertemu. Namanya perasaan tidak ada yang tau dan muncul tidak mengenal waktu dan tempat.

"Kayaknya abang bakal nyerah dengan Ghina, Ray!"

"Kenapa?"

"Abang capek gak dapat kepastian."

"Aku tidak ingin melihat abang gini ya. Apapun keputusan abang, aku akan selalu mendukung abang." berkata Rayna hingga Arkian memeluknya dengan erat.

"Makasih ya my little sister."

Jari Arkian pun baru saja akan mengetik pesan ditujukan oleh Ghina. Hal mengejutkan yang ia dapatkan. Sebuah kiriman foto dari salah seorang temannya. Ghina telah menikah, hasil perjodohan dari orangtuanya. Sakit? Tentu saja tidak. Arkian telah merelakan Ghina. Memang bukan ditakdirkan. Senyuman Arkian pun terbentuk sambil mengetik pesan untuk dikirimkan kepada Ghina. 'Ternyata perjuangan dan penantianku selama ini salah ya, Ghin. Kamu yang memulai, maka biarkan aku yang akhiri. Hari ini telah aku merelakanmu pergi dari kehidupanku. Anggap saja kita tidak pernah saling mengenal dan moment yang dulu anggap tidak pernah ada. Selamat menempuh hidup baru, bahagia bersamamu.'

Rayna NabastalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang