Chapter 14 : A Flower

1.5K 209 20
                                    


Masih di dalam ruang pertemuan keluarga Leonhart. Jemima berdiri mematung dengan pirang panjangnya yang berantakan. Lucas berjalan menyeret—luka di kakinya mulai mengeluarkan nanah sehingga sulit bagi dirinya untuk berdiri tegap. Beberapa anak buah Yard mencoba berdiri membatu, namun isyarat Lord Randall membuat mereka urung.

"Biarkan dulu." Ucap Johnny Randall pada rekan bawahannya.

Ketika Lucas mampu menyeimbangkan diri, ia mulai menatap satu persatu bangsawan dan para rekannya. Tanpa rasa takut, dan masih menahan senyum di wajahnya.

"Selama beberapa hari Tuan Jemima mengurungku di gudang, aku merenungkan perbuatan bangsawan ini. Dan beruntung, semua kebenaran sudah ada di tangan." Ucapnya.

Lucas lantas memasukkan sebelah tangan ke salah satu saku celana.

"Saku kiri adalah bukti, sedangkan saku kanan adalah fakta. Aku akan mengeluarkan yang kiri terlebih dahulu."

Sebuah belati yang tertutupi kain ia letakkan di atas meja. Belati kecil dengan warna silver dan ukiran bunga di gagangnya.

"Entah bagaimana caranya, aku menemukan ini di kamar milik Tuan Muda Jemima. Tergeletak begitu saja di bawah ranjang dengan sedikit sekali debu. Asumsiku adalah benda ini baru saja digunakan." Jelas Lucas.

Lord Randall mendekat, meneliti belati itu dengan seksama.

"Benar. Dan seperti ada noda garis darah di mata pisaunya."

"Tepat sekali. Dilihat dari arah noda nya, sepertinya benda ini dipakai untuk menyayat seseorang. Dan kebetulan, aku mempunyai luka itu di kaki kananku."

William menatap mereka dengan tajam.

"Kau lancang! Bagaimana bisa kau masuk ke kamar saudaraku tanpa ijin." Ucap Jeno menuding dengan emosi.

Lucas mengambil sebuah surat dari saku kemejanya. "Saya adalah detektif kepolisian yang memiliki surat ijin penggeledahan." Ujarnta tenang sambil membeberkan suratnya kepada orang-orang disana.

Jeno diam tak mampu menyanggah. Giginya bergemelatuk, tangannya tak henti mengepal sedari tadi.

"Sebelum adanya penyekapan, saya dan Nyonya Maria Leonhart berkeliling taman. Banyak sekali koleksi tanaman langka yang salah satunya adalah bunga Camelila Middlemist."

Beberapa pasang mata memandang Lucas tak mengerti. Pria itu menarik nafas dalam sebelum melanjutkannya lagi.

Tangannya lantas merogoh saku celana kanan. "Aku menemukan bunga kering ini di dalam buku harian milik tuan Jemima. Berikut dengan selembar catatan berisi resep untuk mengolahnya menjadi teh yang membius."

Semua orang menatap Lucas tak percaya. Bagaimana bisa bunga yang terlihat cantik ini justru bisa membuat otak menjadi tidur seketika.

Perwakilan dari keluarga Leonhart diam. Seperti bingung untuk bereaksi maupun menjawab. Dan Lucas memanfaatkan moment ini untuk semakin menggencet mereka, membuka kedok yang selama ini disembunyikan.

Pria Jerman itu mempresentasikan dengan lancar di sebuah papan tulis hitam dengan kronologi pembunuhan anggota Yard. Semua motif ia jelaskan sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa Leonhart sengaja membuat mereka mengantuk sehingga terjadilah kecelakaan. Sayangnya mereka tak langsung mati. Leonhart yang pintar itu menyewa seseorang untuk mengeksekusi mereka di tempat. Merangkai skenario agar tempat kejadian perkara terlihat seperti tragedi yang murni.

Vincent menatap si sulung dengan ekor matanya yang tajam.

"Namun yang mulia, saya ingin menanyakan sesuatu." Lucas mengambil jeda sesaat. Sesungguhnya ia tak yakin tapi pria itu harus mengatakanny.

𝓐𝓭𝓸𝓵𝓮𝓼𝓬𝓮𝓷𝓬𝓮 | Nomin Fanfiction Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang