Heather [Cyno x Tighnari]

8. Is it too late for me?

[Buat lebih enaknya dengerin :
- Payphone - Maroon 5]
.
.
.
.

Cyno menaruh ponselnya setelah mengirimkan beberapa pesan singkat pada Tighnari. Entah sudah berapa lama ia mengabaikan Tighnari. Mengasingkannya seperti orang yang melakukan kesalahan fatal.

"...gue kangen sama lu"

Pesan dari Tighnari yang masih terbayang di ingatan Cyno, bahkan sampai detik ini. Ia membuka blokir dan memblokir nomor Tighnari kembali, berulang kali seolah ia tidak ingin melepaskan Tighnari begitu saja. Tapi ia masih bisa membaca pesan-pesan itu melalui aplikasi yang sudah dimodifikasinya.

Apa yang terjadi padanya?

"Ri, bisa gak sih lu pergi dari pikiran gue? Ini udah tiga tahun"

Gumam Cyno lalu memukul dinding di depannya hingga menimbulkan luka di tangannya. Namun luka itu tidak sebanding dengan apa yang dirasakan Tighnari.

Kaveh baru saja memberitahunya tentang keadaan Tighnari "Dokter bilang, umur Tighnari gak lama lagi. Dia menderita kanker. Katanya sih Leukimia. Bisa gak lu ke Avidya sekarang?"

Ia khawatir, dan sangat khawatir. Tapi apa yang bisa dilakukannya sekarang? Tighnari saja tidak menjawab pesannya. Bahkan ini sudah dua hari berlalu sejak ia mengirimkan pesan tersebut.

Alunan lagu Payphone yang sering didengarnya, semakin terasa sakit baginya. Seolah menabur garam di lukanya sendiri. Cyno berdecak kesal lalu meraih kunci mobilnya dan segera melakukan perjalanan jauh ke Desa Avidya-tempat dimana Tighnari berada.

...is it too late for me?

Sebuah pertanyaan yang terus terngiang di kepala Cyno. Selama di perjalanan, ia tidak bisa berhenti memikirkan Tighnari.

Bayangan selama 3 tahun tinggal bersama, membuatnya tersadar suatu hal. Sejauh mana pun, ia mencari, apa yang dicarinya selalu bersamanya.

"Tighnari... Plis..."

Cyno sesekali mengirimkan pesan ke Tighnari, matanya sudah mulai berkaca-kaca. Ucapan maaf saja mungkin tidak akan cukup.

Cyno bahkan mengendarai mobilnya dengan sangat cepat tanpa mempedulikan keadaannya lagi. Pemandangan malam dengan langit mendung dan udara dingin menusuk tulang menemaninya.

"Sedikit lagi... Tighnari..."