3 : jaka, hafiz dan mahardika

54 8 12
                                    

kalau bukan karena keinginannya untuk belajar jadi lebih mandiri, jaka lebih memilih tetap tinggal di rumah bersama mbaknya, gita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kalau bukan karena keinginannya untuk belajar jadi lebih mandiri, jaka lebih memilih tetap tinggal di rumah bersama mbaknya, gita.

jujur, jaka ingin sekali menjadi mandiri. seperti yang selalu mbak gita ajarkan -secara teori. namun, jaka tahu betul prakteknya tidak akan semudah teori yang diberikan mbak gita.

beruntungnya, jaka nggak berjuang sendiri. ada hafiz yang dia anggap abang sejak dulu, mau membantu jaka dalam membuka lembar baru kehidupan mandirinya.

menjadi seorang mahasiswa baru.

sesuai saran dari hafiz, jaka akan menyewa 1 kamar kost yang sama dengan hafiz dan teman temannya.

setidaknya rumah itu akan diisi oleh banyak orang. jaka tidak akan benar benar sendirian.

menjadi mandiri bukan berarti hidup sendirian bukan?

"si joshua lama banget, asu."

saat ini, jaka sedang bersama hafiz dan 1 temannya, mahardika. sejak tadi, mereka bertiga menunggu joshua di warung kopi yang masih dalam kawasan perumahan kost mereka.

hanya saja, sudah 2 jam mereka menunggu, joshua tidak kunjung datang. jangan tanya mengapa mereka tidak menelpon atau mengirim pesan, joshua tidak akan melihat apalagi membalasnya. sebab lelaki itu sedang mengadakan musyawarah besar bersama jajaran organisasi di fakultasnya.

ingin sekali mereka bertiga segera pergi ke kost dan mengistirahatkan tubuh mereka. dirasa risih karena sejak tadi banyak pandangan aneh yang mengarah kepada mereka sebab beberapa tas yang mereka bawa.

nahas, mustahil bagi mereka untuk ke kost karena semua kunci berada pada joshua.

mahardika, teman hafiz yang sedari tadi mengeluh mulai mengeluarkan ponselnya.

"gua mau login." ujar mahardika.

hafiz buru buru memegang kedua pundak mahardika. ditatapnya mahardika dengan pandangan kagum.

"oke, ikutin gua. asyhadu..."

plak!

sikap hafiz barusan sukses mendapat pukulan pada kepalanya.

"bukan login yang itu, dumbass."

"sok inggris lo, batak."

mahardika segera menoleh pada jaka. "yang kayak gini disukain sama satu keluarga lo, jak? rasis begini?" ujarnya sambil menunjuk hafiz.

jaka terkekeh, "gak tau. berguru sama orang madura kayaknya."

"gak dong, gua mah banyuwangi." celetuk hafiz.

sontak, mereka bertiga tertawa. tidak lama. sebab kedatangan seorang gadis menginterupsi ketiganya.

"WIH, ADA YANG NONGKI DI WARKOP NIH."

dalam sepersekian detik, air muka jaka berubah menjadi kusut bukan main.

yang datang adalah naila, teman sekelasnya yang sejak masa ospek sudah terkenal karena nyinyiran-nya. naila bicara lantang di hadapan semua mahasiswa baru sekaligus jajaran dosen dan rektor kampus mereka soal pembayaran spp yang tidak sesuai dengan 'tingkat kemampuan orang tua' yang sudah diisi oleh para mahasiswa.

[1] Noxious : sharehomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang