One; Hot Choco

401 30 1
                                    

Kondisi di Seoul pagi ini cukup dingin, dua hari sebelum hari natal disibukan oleh Taehyung berburu pernak-pernik lucu penyambut natal. Tak banyak yang Ia beli, hanya beberapa hiasan pohon natal dan beberapa kado untuk keponakannya. Sudah lebih dari 3 jam pemuda pemilik pipi roti itu berada di luar rumah, maka Taehyung memilih untuk berjalan menghampiri sebuah cafe di sebrang jalan dan memasukinya—menghangatkan dirinya barang sejenak.

"Ahjumma, aku butuh coklat panas satu dengan pancake stoberi," Ucap Taehyung tak lupa dengan lengkungan sabit indah di bibirnya. Setelah mendapatkan pesanannya, pria bersurai pirang itu segera mencari tempat ternyaman untuk menghangatkan tubuhnya dengan segelas coklat panas favoritnya.

Di sudut cafe, matanya menangkap sosok lelaki sebaya duduk sendirian dengan buku tebal dan kacamata yang bertengger di atas hidungnya. Lelaki itu tampak asik menikmati kesendiriannya, seolah mengasingkan diri dari keramaian.

Taehyung tidak pernah mengerti kepada orang-orang yang sulit bergaul dengan orang lain, padahal sudah jelas bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Apa orang-orang yang anti sosial seperti itu benar-benar bisa bertahan hidup?

Ponsel milik Taehyung bergetar, sebuah pesan Kakao Talk dari sahabat karibnya tak bisa membuatnya tahan untuk tidak membuka ponselnya.

Jiminie: Yak! Taehyung-ah, kenapa tidak ada di apart?! Aku sudah menunggumu lebih dari 30 menit asal kau tahu!

Me: Maaf, maaf. Aku ada di cafe dekat Hangang. Kalau kau tidak keberatan kau boleh datang, aku masih akan berburu beberapa pernak-pernik lagi.

Jiminie: Aku akan menyusul, tunggu aku.

Sembari menunggu Jimin yang akan menyusul, atensi Taehyung tak berpindah dari lelaki di sudut cafe itu. Rahang tegasnya, wajah seriusnya saat menatap buku, hidung mancungnya, kacamata yang sesekali turun membuatnya tampak menggemaskan. Tunggu, kenapa ia jadi begitu memperhatikannya?

"Astaga, aku bisa gila," Monolognya sembari menepuk dahi pelan.

"Taehyungie,” Sapa lelaki bertubuh kecil dan bermata sipit yang menghampiri Taehyung. Yang dipanggil segera melambaikan tangannya, jangan lupakan senyuman yang selalu terpantri di wajah bak pahatan miliknya.

"Aigo, lihat ini. Aku 30 menit menunggu di depan apartemen, sedangkan sang tuan rumah malah duduk bersantai di sini dengan pancake dan coklat panas." Jimin menggelengkan kepalanya heran, sedangkan yang dibicarakannya hanya tertawa kecil. Ini sudah menjadi kebiasaan Taehyung setiap musim dingin, by the way.

Keduanya berbincang banyak hal, Taehyung memang sosok yang mudah akrab dengan banyak orang, Dia juga merupakan sosok pria cerdas dan aktif di sekolahnya. Siapa yang tidak mengenal sosok Kim Taehyung? Wakil ketua osis manis dengan kecerdasan di atas rata-rata. Perhatiannya terbagi ketika ekor matanya menangkap kalau sosok lelaki tadi mulai berdiri dari dari tempatnya dan melangkahkan kaki keluar dari cafe, membuat berbagai macam pertanyaan tertanam pada pikiran pria 18 tahun itu.

"Jimin-ah, aku sepertinya harus pergi berburu pernak-pernik lagi. Tubuhku sudah cukup hangat," Ucap Taehyung tiba-tiba. Hazel pemuda bertubuh mungil itu menatap sahabatnya penuh curiga, mencari setitik penjelasan tersirat lewat bahasa tubuhnya.

"Kamu sedang tidak punya misi menguntit orang lagi, kan, Taehyung?"

"Astaga, mana mungkin.” Ketahuan. Apa sih yang tidak bisa diketahui oleh sahabatnya? Taehyung itu bak buku terbuka.

Jimin mengangguk, "Ya sudah. Mau aku tanya sejauh apapun kamu juga tetap seperti biasa, Taehyung. Jangan membuat masalah lagi, oke?" jelas Jimin, membuat kedua pemuda itu tertawa. Terakhir kali Taehyung menguntit seseorang, ia membuat kesan buruk untuk sosok yang dibuntutinya dengan tidak sengaja membuat orang itu tercebur ke sungai Han di musim semi.

Chocophany (Kookv Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang