Semuanya, dimulai dari sekarang.
Pagi ini, sekolah dibuat gempar karena sebuah kabar mengejutkan dari mading.
Sebagian nampak terkejut, bahkan tidak bisa berbicara. Selebihnya saling bergosip membicarakan oknum yang ada dalam berita tersebut.
Abella, gadis itu hanya melihat dengan datar berita yang tengah hangat pagi ini. Pikirannya berkecamuk, hanya menuju satu nama, Haikal.
Kakinya segera ia langkahkan menuju kelas, setelah sampai, ia mendapati seseorang yang dicarinya itu tengah duduk dengan tenang.
Abel segera menghampirinya.
"Haikal."
Pemuda itu menoleh,
"Apa?"
"Lo udah tau berita pagi ini?"
"Gue bukan penggosip kek ciwi-ciwi kelas."
Abel mengacak rambutnya dengan frustasi, lalu menggebrak meja, membuat Haikal kaget serta bingung.
"Ck! Ini berita penting, Kal!"
"Halah, palingan juga cogan lagi kan?"
"Bangsad! Di mading- ah, enggak. Ini soal Dalila-"
Haikal dengan cepat berlari keluar dari kelas, menuju mading sekolah tentu saja.
Abel tertawa.
Apa lagi yang membuat Haikal khawatir jika bukan tentang Dalila? Tidak ada.
Ia pun ikut menghampiri Haikal, didepan mading, dapat Abel lihat bahwa Haikal tengah menahan amarah. Tengannya pun terkepal kuat.
"Kal, ini bener?"
Haikal tak menjawab.
"Siapa Kal?"
Haikal lagi-lagi hanya terdiam sambil menatap poster itu dengan tajam.
"Ady..." Desisnya,
Pemuda itu kemudian berjalan dengan cepat menuju kelas seseorang yang ia maksud.
Menyeretnya ke lapangan setelah ia menemukan orang itu tengah berbincang santai dengan temannya.
"Apa-apaan bangsad!"
"Apa-apaan?"
Haikal tertawa sinis,
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Lila [On Going]
Teen Fiction"Pada akhirnya, hatiku akan tetap berlabuh padamu. Tempat yang salah" - Haikal Mahaprana . . . "Maaf, aku akan tetap memilih memeluk masa laluku ketimbang dirimu, sosok yang selalu ada disampingku" - Dalila Sena Garwita . . . "Mencintaimu adalah seb...