PAGE 2. PURPLE -UNSENT POEM- (Shu Yamino x Reader)

204 22 7
                                    

Ini adalah kisahku. Kisah tentang gadis biasa yang tengah jatuh cinta pada pemuda dari rumah sebelah. Pemuda dengan nama Shu Yamino yang berhasil menjerat hatiku sejak hari pertama aku pindah ke rumah ini. Namun aku tak tau bagaimana cara menggapai cinta ini.

Saat itu aku ingat kamu baru pindah. Tentu saja untuk mengikat tali tetangga yang baik, aku dan ayahku menyapa tetangga. Seorang pemuda keluar menyambut kami, saat itu aku terpana. Senyumnya, suaranya, semuanya bagai magnet yang menarik paksa seluruh kewarasanku agar berfokus padanya. Tahun itu tahun pertama aku memulainya. Mereka bilang puisi adalah cara romantis untuk mengungkapkan rasa cinta. Maka aku mulai mempelajarinya mati-matian. Tahun pertama terasa begitu sulit, tiada hari terlewat untukku menulisnya bahkan aku sering salah tulis di banyak bagian. Aku benar-benar kesulitan. Aku berharap suatu saat nanti puisiku akan menggapaimu. Kau yang tampan dan berkilau, akankah aku dapat menggapai mu?

Di tahun kedua aku masih berjuang keras untuk menulis. Setiap malam aku meremas kertas menjadi tak berbentuk lagi, aku sadar tulisanku tak ada kemajuan. Namun aku masih berjuang, masih berharap tulisanku dapat menggapaimu. Menyampaikan rasa yang kian hari semakin membesar ini. Kita juga jarang bertemu, hanya sesekali bertegur sapa. Namun hanya dengan itu aku sudah sangat senang. Caramu memanggil namaku terdengar sangat spesial di telinga ku. Membuatku amat bahagia memiliki nama itu.

"(Name) hebat. Tak kusangka kau dapat menulis puisi seindah ini..."
"Terima kasih, aku masih belajar kok.."

Tahun ketiga aku mulai terbiasa menulis. Kamus kosakata-ku pun semakin berkembang. Kemampuanku dalam menulis semakin meningkat. Hari berganti minggu berganti bulan kemudian berganti tahun. Benar kata mereka, usaha keras tidak akan pernah mengkhianati hasil. Aku mulai mengambil kontribusi lain, tak jarang aku mengunggahnya di media. Bahkan mereka berkata padaku bahwa mereka ingin menerbitkan buku kumpulan puisiku. Berkat itu aku semakin mengasah kemampuanku, namun aku begitu rindu akan suaramu. Aku rindu akan hadirmu.

Setelah karyaku menjadi terkenal, banyak orang-orang yang menyapaku. Begitu juga dengan dirimu yang memujiku dengan bangga. Aku senang sekali, kurasa ini awal dari kita yang semakin dekat. Sebagai ucapan selamat kau memberiku boneka pisang yang entah kenapa mirip sekali denganmu, dan aku memberimu sebuah gelas mug ungu dengan gambar pisang sebagai balasan. Meski nampaknya tulisanku belum mampu menyampaikan rasa cintaku padamu, tapi tak apa. Berada disisimu sudah lebih dari cukup untukku. Tak pernah kubayangkan aku bisa bercanda tawa denganmu, bahkan kau memperkenalkan teman-temanmu padaku.

Aneh rasanya mengingat semua ini berawal darimu. Bertahun-tahun lamanya ku lewati, bahkan ribuan puisi sudah kutulis. Namun adakah satu dari sekian banyak karyaku yang mampu menggapaimu? Menyampaikan rasa yang terpendam dalam sanubari, membebaskan rasa yang ku simpan dalam. Aku tak tau, kau terlalu sulit untuk ditebak.
Aku rindu setiap aku tak melihatmu barang satu hari saja, kemana dirimu pergi? Aku ingat beberapa hari lalu keempat kawanmu menghampiriku, mereka memandangku dengan iba. Salah satu dari mereka yang bernama Luca kalau tidak salah, dia bahkan memelukku dengan erat sambil menangis kencang. Aku tidak mengerti, kenapa namun kenapa mata ku berair?

Tahun demi tahun terlewati, semakin banyak orang yang menyukai tulisanku namun tak ada dirimu disana. Apakah tulisanku masih kurang untuk menggapaimu?

Tahun ke sembilan aku mengalami kecelakaan, aku bahkan kehilangan ingatanku juga tidak mengingat namaku. Namun aku masih mengingat sosok yang kucintai. Aku masih ingat bahwa aku mencintaimu. Aneh, sepertinya kau bahkan lebih penting dalam hidupku daripada diriku sendiri. Semua untaian kata itu terus mengalir, bertahun-tahun lamanya tanpa henti. Namun ingatanku belum kembali. Keluargaku selalu memandangku dengan tatapan sedih dan khawatir, nampaknya aku cukup paham alasannya namun mereka memandangku dengan sedih. Aku takut dan khawatir, apa bila aku terluka lagi aku akan melupakanmu? Hal ini membuatku takut untuk keluar dari rumah. Kumohon, datanglah padaku sekali saja. Dengarkanlah puisiku, aku mencintaimu.

Tahun ke lima belas, akhirnya aku dapat mengingat semuanya. Semua ingatan yang hilang itu kembali memasuki isi kepalaku secara tiba-tiba, tanpa permisi tanpa belas kasih. Air mataku mengalir begitu saja, aku akhirnya ingat. Bahwa kau sudah pergi sejak delapan tahun yang lalu. Saat itu kita sedang berlibur berdua dan kecelakaan menimpa kita, namun hanya aku yang selamat namun hilang ingatan. Kedua orang tua kita tidak tega memberi tahuku karna aku masih yakin bahwa kau masih hidup kala itu.

Ah akhirnya aku tahu alasan keempat temanmu menghampiriku dengan raut sedih saat itu.

"Shu, maaf..." air mataku tak dapat kutahan kala memori indah tentang kita mendobrak masuk ke dalam ingatan. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Bahkan dalam keadaan hilang ingatan pun, hanya dirimu yang kuingat.

Akankah mungkin untukmu menerima untaian kata yang kukirim padamu? Seluruh susunan kata yang penuh akan cintaku padamu. Hari demi hari selama lima belas tahun ini, tak pernah aku berhenti untuk mengirimkan kata penuh cinta untukmu. Meski aku tak lagi dapat melihat parasmu, tak lagi bisa melihat senyum dan tawamu, serta tak lagi dapat mendengar suaramu yang memanggil namaku dengan penuh kasih, aku masih mencintaimu. Aku selalu merasa aku bisa bertemu denganmu lagi, namun kemudian kau akan kembali menghilang. Aku takut, namun aku tak bisa berhenti mencintaimu. Selamanya dalam hidupku, tak pernah terpikirkan bagiku untuk berhenti mencintaimu.

Selama enam belas tahun aku selalu menuliskan puisi untukmu, puisi penuh cintaku padamu. Namun tak satupun dari semua untaian kata itu mendapat senyum darimu. Tak satupun dari kata-kata indah ini dapat kusampaikan padamu. Tapi tidak apa, aku masih mencintaimu. Untuk saat ini, dan seterusnya, kau tetaplah mimpiku. Belahan jiwaku yang tak akan pernah terganti lagi selamanya.


~||~

"(Name)! Apa kau ingat aku?" Luca menerobos kamar gadis itu dan memeluknya. Disusul dengan Ike, Mysta, dan Vox yang berjalan dibelakangnya. Mereka menatap sang gadis dengan pandangan sedih.

"Luca? Kenapa? Kalian kenapa? Shu mana?" Tanya (Name)

"... (Name)..." Ike mengalihkan pandanganya, ia merasa tak sanggup melihat kondisi sang gadis.

"(Name) .... Shu..." Mysta nyaris berteriak namun Vox menahannya dan menggeleng-gelengkan kepala, seketika itu tangisan Luca pecah. Ia menangis sangat kencang sambil memeluk (Name) erat-erat. Sementara sang gadis hanya terdiam bingung. Keempat pria itu menangis, merutuki nasib. Mereka baru kehilangan temannya, dan kini mereka harus melihat kekasih dari temannya sekaligus kawan mereka hidup dalam harapan kosong.

'....(Name) hilang ingatan, ia tidak ingat tentang kecelakaan itu. Ia masih mengira Shu masih hidup dan terus menunggunya. Kami tak bisa memberi tahunya karna dokter bilang terlalu banyak guncangan akan membuat mentalnya tidak stabil....'

END

颜色 (Colours)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang