Page 3. Yellow just like a Sunshine (Luca Kaneshiro x Fem!Reader)

173 20 0
                                    

(Luxiem AU School)

Mentari bersinar cemerlang hari itu. Luca Kaneshiro namanya. Merupakan salah satu pelajar SMA pada umumnya. Belakangan ini ia sangat bersemangat untuk bangun pagi dan berangkat sekolah.

Tipikal anak rajin? Oh tentu saja bukan. Sekali lagi seorang Luca hanyalah seorang pelajar biasa yang mual ketika melihat hitung-hitungan kalkulus serta deretan rumus fisika yang memusingkan. Lantas mengapa dia bersemangat untuk bangun pagi? Dengan senyum cerah yang terpasang pada wajahnya, netra sang pemuda bongsor itu mencari-cari hingga kemudian berhenti pada sesosok gadis seusianya lalu menghela nafas lega.

Nampaknya sang pemuda pirang itu tengah mendambakan hati seorang gadis yang nampak seusianya tengah berdiri di peron sebelahnya. Ia tak mengenal dekat gadis itu begitu pula sebaliknya, namun sang puan lah yang menjadikan paginya semakin indah. Ia bahkan rela bangun lebih pagi yang merupakan kegiatan yang cukup sulit dilakukannya (kecuali untuk joging tentunya) demi melihat sosok sang puan. Semua berawal dari satu minggu lalu, hari dimana ia pertama kali menaiki kereta dan salah naik kereta. Kereta saat itu cukup padat karna jam sibuk pagi hari, ekor matanya melirik sosok pria dengan setelan jas yang nampaknya tengah memotret rok bagian bawah seorang gadis. Namun sang gadis dengan cepat menggenggam lengan pria tersebut dan melaporkannya pada petugas tak lupa ia menginjak hingga hancur ponsel yang merupakan media si pria cabul itu. Luca sangat terkejut, karna biasanya para perempuan tidak akan menyadarinya. Sejak hari itu hingga saat ini, Luca selalu penasaran dengan sosok sang puan yang dengan sukses mencuri segala afeksi yang ia miliki.

Begitulah cinta, datang tanpa permisi tanpa diundang. Berawal dari rasa penasaran, hingga membuatnya tak lagi dapat berpaling dari gadis itu. Ia pernah memberanikan diri untuk menyapa gadis itu, namun sekeras apapun ia menyiapkan diri pada akhirnya lidahnya terasa kelu kala sepasang bola mata besar nan jernih menatapnya lekat hingga berakhir hanya dengan obrolan singkat tanpa perkenalan diri atau apapun.

Kereta yang mereka naiki berlawanan, dalam diam ia memperhatikan sang puan hingga naik ke gerbong. Dan hal itu menjadi rutinitasnya setiap pagi.

~||~

"Hey, Luca. Kenapa kau jadi sering naik kereta?" tanya Ike yang merupakan teman sekelas Luca.

"Hm? Y-yaah hanya ingin saja kok." Elaknya. Sayangnya, Luca bukanlah orang yang pandai berbohong. Gelagat yang nampak mencurigakan menarik rasa penasaran teman-teman dekatnya.

"Bohong, Luca pasti menyembunyikan sesuatu..." ucap temannya yang lain bernama Mysta Rias.

"T-Tidak kok! Sungguh! A-aku kan bukan anak kecil yang harus terus-menerus diantar dengan mobil." ucap Luca, sekali lagi perlu diingat bahwa Luca Kaneshiro adalah orang yang paling payah dalam hal berbohong. Dan tentu saja reaksinya mengundang rasa penasaran kawan-kawannya.

"Jangan-jangan Luca punya pacar beda sekolah yang disembunyikan ya?" goda Shu dengan senyum usil yang sukses membuat Luca gelagapan dan wajah memerah.

"B-Belum pacaran kok! Kami saja tidak pernah ngobrol!" ucap Luca dilanda kepanikan yang secara tak sadar malah membocorkannya.

"Hoo? Our big baby has grown up now, huh? Sudah kenal cinta, heh?" ucap Vox tersenyum bangga entah kenapa.

"A-anu... Itu..." Luca yang baru saja kelepasan bicara kini bingung harus bicara apa.

"Luca suka sama siapa? Namanya siapa? Anak sekolah mana?" tanya Ike ikut penasaran.

"Ugh...  Aku tidak tahu namanya, tapi dari seragamnya sepertinya anak SMA B.." ucap Luca dengan suara pelan yang akhirnya memutuskan pasrah dan bercerita dengan temannya walau ia sebenarnya menahan malu.

"SMA  B? Kenal dari mana? Itu kan sekolah unggulan yang bahkan jaraknya juga lumayan dari sini." tanya Shu sedikit penasaran.

Akhirnya Luca memutuskan untuk menceritakan semuanya dari awal. Mulai dari awal pertemuan serta rutinitas harian pagi nya pada kawan-kawannya.

颜色 (Colours)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang