Page 5. Orange: Warm like a Sunset (Mysta Rias x Reader)

136 20 4
                                    

(AU Classmate! Luxiem)

Pagi itu berjalan seperti biasa. Ia, Mysta Rias, hanya memandang guru dengan mata bosan. Pelajaran terasa begitu membosankan untuk sebagian anak seumurannya. Sampai sebuah keributan kecil terjadi. Seorang guru datang menginterupsi pelajaran yang tengah berlangsung, serta seorang gadis yang kemudian keluar dengan tergesa-gesa.

'Mungkin kerabatnya ada yang sakit atau apa..' batin Mysta. Kejadian kecil itu berlalu begitu saja bak angin lalu.

Seminggu kemudian berlalu layaknya tak terjadi apapun, kini sedang jam istirahat sekolah. Luca tiba-tiba berbicara pada seorang gadis. Gadis itu selalu membawa sebuah kotak kecil kokoh kemana-mana.

"(Name), ayo barter! Aku punya F*orero edisi terbatas.." ucap Luca. Tentu saja teman-teman yang lain termasuk dirinya penasaran.

Gadis bertubuh mungil sekitar 155cm itu berdiri ditengah para murid laki-laki bertubuh besar.

"Silahkan dipilih." (Name) membuka kotak yang selalu ia bawa kemana-mana itu dihadapan mereka. Isi dari kotak besi itu penuh dengan berbagai macam coklat yang tersusun amat rapih.

Mysta dan yang lainnya memandang takjub.

"Hmm, aku pilih Pocky ini ya?" Luca mengambil satu bungkus kecil Pocky.

"(Name) sangat menyukai coklat ya..." Ike memandang kagum kotak yang nampak begitu kokoh dan rapat itu.

(Name) tersenyum kemudian mengeluarkan lima buah bola coklat kecil dan memberikannya pada para pemuda yang berdiri mengelilinginya.

"Untuk kalian." ucap sang gadis dengan senyum yang tentunya disambut dengan senyum para teman sekelasnya itu.

Canda tawa riang memenuhi kelas. Mysta cukup penasaran dengan gadis itu. Baginya membawa tas berisi buku-buku saja sudah sangat melelahkan, tapi gadis itu dengan tubuh kecilnya masih menambah barang bawaan lain. Sangat tidak efesien baginya.

Hari demi hari berlalu, Mysta tidak terlalu peduli namun tak dapat dipungkiri gadis itu cukup menarik perhatiannya. Bahkan setiap melihat coklat membuatnya teringat pada sang gadis. Namun belakangan ini (Name) sering tak terlihat. Bahkan setiap istirahat atau jam makan siang, ia selalu pergi entah kemana dengan kotak coklatnya. Hingga suara derapan langkah kaki cepat menyadarkannya dari lamunannya. Itu (Name) yang berlari dan menyambar tasnya lalu berlari keluar kelas begitu saja.

"Eh, (Name)-chan mau kemana?!" Salah satu siswi di kelas yang cukup akrab memanggil sang gadis namun nihil, punggung kecil itu sudah menghilang dari pandangan mata dengan begitu cepat. Tentunya hal itu membuat bingung anggota kelas.

Usai kejadian itu, selama satu minggu sang gadis absen. Mysta sesekali melirik meja kursi yang tak lagi bertuan itu dengan tatapan sendu. Seperti pagi ini, Mysta nampak tak bersemangat. Ia cukup mengkhawatirkan teman sekelasnya itu. Aneh, padahal sebelumnya keberadaan sang gadis bukanlah sosok yang berarti untuknya. Namun mengapa setelah sosok itu tak lagi terlihat dalam jarak pandang mata membuatnya resah. Memang sejak diberi coklat oleh (Name) keduanya sering berbincang tak jarang sang gadis memamerkan koleksi terbarunya. Tapi sungguh, bagaimana bisa interaksi kecil seperti itu dapat membuatnya resah?

"Pagi.."

Mysta membelalakkan matanya terkejut. Apa ia mulai gila sampai-sampai bisa berhalusinasi mendengar suara sang gadis dipagi hari? Namun ternyata itu bukanlah halusinasi, suara itu nyata. Sosok mungil itu memasuki kelas dengan senyum dan kotak coklat seperti biasa setelah lama tak terlihat. Mysta tak dapat mengontrok tubuhnya, seakan ada yang menggerakkan tubuhnya entah apa itu membuatnya kini berdiri dihadapan sang puan yang kini tengah dikerumuni oleh anggota kelas yang menanyakan kabarnya.

颜色 (Colours)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang