Beri Penghargaan Kepada Penerjemah Dengan Klik tanda ⭐ Sebelum Membaca! Terimakasih.
Deon masih berkeliaran di jurang.
Dia mati karena dimakan segerombolan kupu-kupu merah, mencabik-cabik seluruh tubuhnya hingga tidak ada satupun pecahan yang tersisa, lalu hidup kembali dan mengulangi hal yang sama berkali - kali.
Selalu ada Roxana di awal dan akhir.
Deon menatap gadis berusia 15 tahun yang mau tidak mau menitikkan air mata di hadapannya dan mengulurkan tangannya dengan tak tertahankan.
Roxana belum pernah menyentuh ujung jarinya sebelumnya.
Tapi yang mengejutkan.....
Kali ini tangannya menyentuh air mata gadis itu.
Kehangatan meresap ke ujung jari-jarinya yang dingin.
Saat itulah, gadis yang menangis itu menjelma menjadi seorang wanita muda.
Begitu pula dengan Deon yang sudah dewasa, memandangnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Sebelum dia menyadarinya, dia terbaring di ruangan yang asing dan familiar.
Swosh.
Tirai yang tergantung di dekat jendela bergoyang.
Deon perlahan menurunkan dan mengangkat kelopak matanya, mengulanginya.
Sinar cahaya redup menembus pandangan kabur itu.
Entah kenapa, dia bahkan tidak bisa mengangkat satu jari pun, tapi itu tidak masalah karena dia tidak punya keinginan untuk bergerak.
Itu adalah sensasi yang sangat realistis, namun meski begitu, ini juga merupakan perpanjangan dari mimpi.
Kalau tidak, tidak akan ada Roxana di depannya.
"Tidak tahu malu."
Benar saja, Roxana, yang sedang menatapnya dengan mata dingin seperti biasanya, membuka bibirnya dan mengeluarkan suara pelan.
"Kamu ingin mati seperti itu?"
Meski begitu, jelas bahwa ini adalah mimpi jenis baru.
Itu adalah pemandangan dari masa depan, bukan masa lalu.
Dilihat dari kata-kata yang mengalir di telinganya, terlihat jelas bahwa momen saat ini adalah setelah ditelan kupu-kupu beracun Roxana di dataran tempat matahari terbenam.
Jadi, apakah ini surga?
Tidak.....
Tidak mungkin.
Tidak mungkin dia bisa pergi ke tempat seperti surga setelah dia meninggal.
Dia lebih suka jatuh ke neraka dan terjerumus ke dalam rawa halusinasi abadi.
"Aku belum mengizinkannya, jadi siapa yang rela kamu mati?"
Jika demikian, ini adalah ilusi nyata.
Suara-suara di telinganya dan wajah - wajah di pandangannya semuanya sejelas aslinya.
Deon tanpa sadar tertawa kecil.
Roxana, yang sedang duduk di samping tempat tidur, menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Rambut emas patah di bawah sinar matahari.
Mata merah yang tenang.
Aroma samar yang tertinggal di ujung hidung.
Bahkan angin suam-suam kuku masuk melalui jendela yang terbuka.
Seolah-olah membuktikan bahwa itu adalah mimpi atau halusinasi, itu adalah pemandangan yang sangat hangat dan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dicintai Anak Musuh Ayahku [2] [TAMAT]
RomanceNOVEL TERJEMAHAN || Novel di tl sendiri jadi harap maklum.