03

666 87 5
                                    

Haikal duduk termenung, ia meratapi nasibnya sekarang. entah dia harus bersyukur karena diberikan kehidupan kedua atau harus menyumpahi karena ia harus hidup di tubuh seorang brandal ikan teri sekarang.

ia menatap lamat-lamat tangan yang pernah digunakan untuk menampar wanita cantik yang berstatus sebagai ibu dari pemilik tubuh ini.

flasback

sesampainya di kamar ia langsung saja mengunci pintu kamar tersebut. wajahnya masih Semerah tomat, sungguh dirinya sangat malu.

Haikal langsung saja masuk ke dalam kamar mandi yang berada di kamar itu, ia membasuh wajahnya dengan kasar lalu menatap dalam-dalam wajah tampan yang sekarang adalah miliknya.

"arrggghhhhh" erangnya saat beberapa memori memaksa masuk ke dalam ingatannya.

"jangan pernah Lo nunjukin muka Lo di depan temen-temen gue lagi!" teriak seorang pemuda sembari mengarahkan jari telunjuk nya di depan wajah seorang wanita paruh baya yang sudah menangis sesenggukan.

• • •

"gausah sok perhatian sama gue! gara-gara Lo! semua temen gue pergi bangsat!!"

• • •

"Bryan sayang, kamu istirahat aja ya nak. muka kamu pucet banget mama nggak mau kamu kenapa-kenapa nanti" pemuda yang dipanggil Bryan itu menghempaskan tangan wanita yang tak lain adalah ibunya itu dengan kasar.

"jangan pernah nyentuh gue pake tangan kotor Lo itu" ucapnya penuh penekanan.

• • •

"bang Alan, bryan janji kalo Bryan bakalan belajar dengan giat biar bisa jadi kayak bang Alan" pemuda yang dipanggil Alan itu tersenyum, ia mengelus pelan rambut hitam kecoklatan adiknya sembari berkata "Abang pegang omongan kamu."

air matanya jatuh, kakinya terasa lemas sehingga tak bisa menopang tubuhnya untuk berdiri.

"Bryan sumpah bocah piyik lo, kenapa dari sekian banyaknya orang harus tubuh Lo yang gue tempatin anjing?!" Haikal mengacak rambutnya frustasi.

flashback off.

jika diringkas sekarang Haikal sedang menempati tubuh seorang pemuda bernama Bryan Nero Tyger yang baru saja berusia 17 tahun. kisah perjalanan hidup pemuda ini benar-benar membuat Haikal tak habis pikir.

mulai dari merendahkan bahkan bersikap kasar pada ibunya sendiri lalu dengan leluasa membully anak-anak di sekolahnya.

tak ada yang berani melawan karena status latar belakang keluarganya. bahkan kakak-kakaknya pun sudah menyerah dengan sikap adiknya itu.

sekeluarga lebih memilih mengabaikan apapun yang dilakukan Bryan daripada pemuda itu akan mencak-mencak tidak jelas dan membahayakan dirinya sendiri.

kebencian yang mendalam kepada ibunya dimulai ketika pergaulan liar nya dengan anak-anak liar. ia menganggap ibunya lah penyebab teman-teman nya pergi, tak lagi mau bermain dengannya.

Bryan yang otaknya memang sudah kotor sudah tak dapat ditangani lagi, hanya ada satu orang yang mau ia turuti yaitu kakak pertamanya, Alan.

ia berusaha begitu keras hanya untuk Alan, ia menganggap Alan sebagai panutannya namun karena kelakuannya kepada sang ibu, Alan begitu enggan hanya untuk menatap adik bungsunya itu.

karena hal itu pula kebencian kian besar terhadap ibunya. Haikal menangis, ia tak akan kuat menjalani hidup sebagai Bryan yang telah melakukan banyak dosa.

meski dirinya juga pendosa tetapi Bryan adalah pendosa besar baginya. ingatkan dirinya untuk tidak memukul tubuh Bryan yang sekarang menjadi miliknya ini.

(Haikal akan mulai dipanggil Bryan sekarang)

jam sudah menunjukkan pukul 7 pagi tetapi pemuda dengan kulit kuning Langsat itu masih sibuk menyelami alam mimpinya.

tok! tok! tok!

"permisi tuan muda" ketokan dan juga sapaan dari balik pintu masih tak bisa mengubris waktu tidurnya. "tuan muda, anda harus bersiap untuk sekolah" hanya dengan mendengar kata sekolah ia langsung saja bangun dan melompat dari ranjang. dengan tergesa-gesa ia menuju ke kamar mandi.

mendengar suara berisik dari dalam kamar, pelayan yang tadi mengetuk pintu itu yakin bahwa tuan mudanya sudah bangun sehingga ia tak melanjutkan aksinya lagi.

Bryan dengan kecepatan kilat segera membuka lemari bajunya untuk mengambil seragam, ia melirik ponselnya sekilas untuk melihat hari apa sekarang dan yaa sialnya sekarang adalah Senin.

dengan sangat terburu-buru ia mengancingkan asal seragamnya, lalu memasukkan buku apapun yang ia lihat ke dalam tasnya dan segera pergi keluar menuju lantai bawah.

ia tak pergi ke ruang makan, dirinya masih merasa canggung dengan keluarga barunya. saat sampai di garasi ia melihat motor sport merah yang ia yakini adalah milik Bryan asli. hanya sekedar info, seluruh ingatan Bryan telah didapatkan oleh Haikal.

Bryan langsung menyandarkan motornya ketika sudah sampai di parkiran, karena kecepatannya yang diatas rata-rata ia berhasil masuk sekolah tanpa terlambat.

ia menghela nafas sejenak sebelum membuka helmnya, saat hendak turun matanya tak sengaja menatap mata pemuda yang sangat tak asing baginya.

pemuda itu adalah farel, kakak ketiganya yang kemarin mengajaknya makan malam di rumah, Bryan menggaruk tengkuknya perlahan ketika melihat tatapan bingung dari kakaknya itu.

"pagi bang" Farell hanya berdehem menanggapi adiknya itu, sudah dari kemarin malam ia melihat tingkah berbeda dari Bryan, biasanya Bryan akan langsung lewat seakan tak kenal dengannya tetapi sekarang ia malah menyapa.

"tumben Lo masuk siang?" Farell mencoba membuka pembicaraan, karena tak biasanya Bryan datang siang-siang begini biasanya anak itu akan datang pagi-pagi buta. bisa dibilang Bryan nyaris mendekati kata sempurna.

wajah yang tampan, keluarga yang berada, dan otak yang cerdas namun minus kelakuannya yang sangat tidak dapat ditoleran. hukum dunia memang selalu seperti itu, penjahat pasti memiliki segalanya.

"ya abisnya ngga ada yang ngebangunin" jawab Bryan seadanya dan membuat farell beserta teman-temannya yang kebetulan juga berada disana cengo.

"aneh Lo" ucap farell lalu langsung pergi diikuti oleh teman-temannya. Bryan hanya menatap punggung kakaknya yang semakin menjauh. diantara ketiga kakaknya yang lain hanya farell yang entah kenapa masih baik dan peduli padanya padahal Bryan tak segan-segan merendahkan dan juga berkata tak Sudi memiliki kakak seperti farell.

"setiap gue inget-inget kelakukannya Bryan gue jadi ngeri sendiri, jangan bilang nanti orang-orang pada mau gorok gue lagi" monolognya sebelum akhirnya ia pergi menuju kelasnya.

Bad StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang