Dua

41 16 30
                                    

Hallo guys-!!!
Welcome to part 2 hehe(⁠◔⁠‿⁠◔)

Seperti biasa yang belum follow akun author follow dulu ya supaya dapet notif update dari aku ❤️

Jangan lupa juga untuk vote dan coment yaa

Happy reading guys (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)

Nadya berada di teras rumahnya, merasakan hembusan angin yang amat sejuk. Senyum Nadya merekah. "Enak banget vibes pagi-pagi gini." Gumamnya.

"Segar bukan Dya?" Sambung Bagas dari arah belakang tubuh Nadya. Nadya menoleh dan tersenyum. "Banget bang hihi."

Bagas menghampiri Nadya, dia merentangkan tangannya memberi kode kepada adiknya agar bisa mendapatkan pelukan hangat dari adik cantiknya.

Nadya yang sudah peka segara memeluk sang kakak pertamanya itu.

"Sayang bang Agas." Ucap Nadya dalam pelukan Bagas. Bagas mengecup puncak kepala Nadya "Sayang Nadya." Nadya mengeratkan pelukannya, Bagas pula tak kalah erat memeluk Nadya.

Dimas yang tak sengaja lewat depan pintu ruang tamu melihat kemesraan kakak dan adiknya.

Dimas tersenyum "Semoga kaya gini terus." Ucap Dimas dalam hati.

"Liat apa kak?" Itu suara Yudha membuat Dimas terkejut.

"Eh papah, syutt!!" Dimas menegakkan jari telunjuk ke mulutnya. Papahnya mengangguk mengerti.

***

Dimas sedang asik menonton tv dan duduk santai menikmati hari liburnya. Nadya menghampiri Dimas kemudian duduk disamping Dimas. Dimas melirik Nadya sekilas dan fokus kembali ke tv

“Kak...”

Hmm

“Gue gabut banget, main yu.”

Dimas menoleh ke arah Nadya.“Main?” Nadya mengangguk “Gak.”

“Ih kak Dimas, kenapa lo suka nolak kalo gue ajak main?Lo malu jalan sama gue?Lo malu punya adik kaya gue? Ya kan? Karena lo anak famous di sekolah, jadi pasti malu jalan sama gue, padahal gue adik lo sendiri kak.” Nadya mengerutkan bibirnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Dimas mengerjapkan matanya berkali-kali mendengar ucapan Nadya.

“Ehh Dya. Kenapa kok cemberut gitu?” tanya Bagas.

“Ngambek bang biasa.” Jawab Dimas. Bagas duduk disamping Nadya, dia mengusap kepala adiknya.

“Ngambek kenapa lagi hm?” tanya Bagas dengan lembut kepada Nadya.

“Itu Kak Dimas, masa Nad ajak main gak mau.” Jawab Nadya. “Bukan gue gak mau Nadya kembarannya kak Dimas, ini udah mulai panas tuh liat ke luar.” Jelas Dimas.

“Bilang aje lo malu sama gue, kak.” Nadya dengan sedikit menyentak Dimas.

Dimas ingin membalas perkataan Nadya, namun Bagas memberi kode agar tidak berbicara.

“Nadya, adik abang yang cantik. Diluar mataharinya terik, mungkin kakak kamu gak mau ngeliat adiknya kepanasan.” Bagas membujuk Nadya, namun kali ini bujukkannya tak ampuh untuk Nadya.

“Nadya cuman mau es krim ih abangg.”

“Yaudah sama abang yu.”Ajaknya. nadya menggelengkan kepala. “Kenapa?” tanya Bagas.

“Nadya mau sama kak Dimas, tapi kalo abang mau ikut juga gapapa kan kak.” Nadya menoleh ke arah Dimas dan menyengir kuda.

Dimas melirik Bagas seolah bertanya Gimana bang? Bagas memberi kode anggukan, maknanya Dimas harus menuruti permintaan adiknya.

“Yaudah ayo, tapi janji beli es krim abis itu langsung pulang okay?” Putusnya. Nadya bangkit dari duduknya, reflek Dimas pun mengikuti.

“Bang Agas mau ikut?”

“Abang nitip aja es krimnya ke kalian.” Nadya menaikan tangannya dengan jari oke.

“Yaudah kak, Nad siap-siap dulu yup.” Dimas hanya mengagukan kepalanya. Bagas berdiri menghampiri Dimas.

“Laen kali ikutin aja kemauan nya, biar gak rewel kaya anak kecil.” Ucap Bagas seraya menepuk-nepuk pundak adik laki-lakinya itu kemudian meninggalkan Dimas sebelum Dimas membalas ucapannya.

Tak membutuhkan waktu banyak Nadya keluar kamar dan menghampiri kakak kembarannya itu.

“Yuk kak!” ajaknya bersemangat.

“Pake motor aja ya.”

“Gue gak mau pake motor.” Bantah Nadya.

“Buset cuman beli es krim masa iya pake mobil sih Nad.”

“Yaudah kalo gak mau, gue bisa pergi sendiri.” Sebelum Nadya melangkahkan kaki, Dimas menahan tangan Nadya. “Okay fine. Kita pake mobil.”

YES!!”

***

Di perjalanan Nadya tidak berhenti-henti menyanyikan lagu sial dari Mahalini sesekali Nadya berteriak. Telinga Dimas seperti sudah kebal mendengar teriakan adik kembarannya ini.

“Ayo dong kak puter lagu Mahalini yang sial itu.” Pintanya.

“gak. Denger lu teriak teriak aja dah kenyang kuping gue.” Nadya menoleh ke arah Dimas.

“Lo ngejek gue kak?” Dimas hanya diam dan pokus mengendarai mobilnya tanpa menjawab pertanyaan Nadya.

“Sial-sialnya ku bertemu dengan cinta semu
Tertipu tutur dan caramu
Seolah cintaiku (cintaiku)
Puas kaucurangi aku?
Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu? (Cintaimu)

Yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang
Tak terpikirkan olehmu, hatiku hancur kar'namu
Tanpa sedikit alasan, pergi tanpa berpamitan
Takkan kut'rima cinta sesaatmu.”

Nadya terus mengulang setengah bagian dari lagunya. “Bocil galau.” Ucap Dimas.

“Gue gak galau kak, cuman lagi trend ngegalau aja HAHA.”

“Gaya mu.” Mereka sudah sampai di Minimarket, Dimas memarkirkan mobilnya.

Sebelum turun Dimas bertanya kepada Nadya. “Abis beli es krim langsung pulang kan?” Nadya menggelengkan kepalanya.

“Loh? Tadi bilang ke bang Agas cuman beli es krim.” Nadya tersenyum licik.

“Gue kan bilang ke bang Agas mau es krim, tapi bilang ke lu itu mau main kan?”

“jadi?” tanya Dimas bingung. “Ya, kita maen dulu lah kakak Dimas yang ganteng.” Jelasnya.

“Dih, pantes aja lu gak mau pake motor.” Nadya menyengir kuda. “Mau beli es krimnya dulu apa main dulu?” tanya Dimas.

“Ya maen dulu lah, kalo beli es nya dulu keburu meleleh dong.” Dimas hanya memutar bola matanya malas.

“Punya kakak emang suka gak di pake otaknya.” Sambung Nadya dengan nada pelan.

“Gue denger.” Balas Dimas. Nadya menahan tawanya.

***

“DIMAS!!” teriakan wanita itu mengagetkan Dimas dan Nadya.

Nadya menatap kakaknya bingung.

“Ngapain kalian?! berduaan lagi.”

“Oh lu cewe yang sosoan famous itu kan?!”

“Ngapin lo deket-deket Dimas hah?!” Wanita itu membentak Nadya.

“Gak usah bentak Nadya bisa gak?”

“Kamu bela dia?”

Nadya menatap Dimas seolah bertanya maksud dari ini.

>>>>><<<<<

TBC

Jangan lupa untuk vote dan coment yaa guys!!!

See you next part-♡

Hanya Satu Bulan [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang