Tangan Jake bergerak mengunci pintu cafe lalu memastikannya agar benar-benar terkunci. Ia pun memeriksa jendela sudah terkunci semua apa belum.
"Ayang udah belum sih!" teriak Heeseung
Jake langsung berlari menghampiri pria itu dan berdiri di hadapannya.
"Sabar napa!"
Heeseung terkekeh pelan melihat wajah marah Jake yang terlihat lucu. Tangannya bergerak mengusak surai halus itu dan memberikan kecupan ringan. Lalu setelahnya ia menyerahkan helm bogo berwarna cream polos untuk kekasihnya kenakan.
Hari ini pria itu memang tidak membawa mobil kesayangannya. Bermula saat tadi pagi hendak menjemput Jake eh mobilnya mati tiba-tiba, sudah ia cek tapi masih tetap tidak menyala. Alhasil ia memilih membawa motor vespa kuningnya.
Heeseung lebih dulu naik ke atas motor lalu disusul Jake setelahnya.
"Udah siap yang?" tanya Heeseung
"Udah."
"Ya udah turun."
Puk
Jake memukul kepala yang terbungkus helm itu cukup kencang.
"Lama-lama otakku pindah ke kanan semua gara-gara sering kamu pukul."
"Bodo amat, suruh siapa ngelucu padahal gak lucu. Udah cepet jalan, keburu pecelnya tutup dulu."
Heeseung langsung menarik gas motornya. Vespa kuning itu pun melaju membelah jalanan ibu kota yang lumayan ramai pada malam itu.
Sepanjang perjalanan hanya diisi keheningan. Baik Jake dan Heeseung tidak ada niatan membuka percakapan toh ujung-ujungnya juga tidak terdengar karena telinga mereka tertutup helm di tambah suara angin yang berhembus.
Namun, Heeseung sesekali memberikan sentuhan lembut pada lengan Jake yang bertengger nyaman di pinggannya. Mengelusnya, memberikan cubitan kecil atau terkadang tangan mungil itu ia bawa untuk di genggam dan di bubuhi kecupan ringan.
"NYETIR YANG BENER IH, AKU GAK MAU MATI MUDA." tegur Jake sembari melepaskan genggaman itu.
Heeseung melirik sekilas lewat kaca spion. Lalu terkekeh pelan melihat reaksi yang Jake tunjukkan.
"Apa susahnya sih bilang kalo kamu malu." ucap Heeseung
"HAH?! KAMU NGOMONG APA? AKU GAK DENGER." tanya Jake
"GAK KOK, BUKAN APA-APA. SEKARANG KAMU PEGANGAN YANG KENCENG, AKU MAU NGEBUT."
Jake mengangguk saja. Ia memeluk pinggang Heeseung erat seperti yang pria itu minta.
Lalu setelahnya, vespa kuning itu melaju cukup kencang, menyalip beberapa kendaraan yang melaju santai.
•
•
•
•
•
•
•15 menit menempuh perjalan. Motor Heeseung berhenti di samping tempat makan pinggir jalan yang sudah menjadi langganannya dan Jake.
Pecel lele mang Asep, tertulis di spanduk depan.
Tempat makan ini memang sudah sering mereka kunjungi bahkan sudah menjadi langganan mereka. Selain enak dan murah, tempat makan ini juga menjadi saksi hubungan cinta mereka, alias Heeseung nembak Jake di sini, mana waktu itu Jake lagi mewek karena tulang ikannya nyangkut di tenggrokkan. Makannya Jake malu banget kalo inget kejadian itu.
Pasangan bucin ini turun dari motor, tangan mereka bergerak melepas helm. Lalu setelahnya, Heeseung menggandeng tangan Jake untuk masuk. Namun, langkahnya terhenti saat menyadari sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hypen's Diner || Enhypen
FanfictionIni bukan Karen's Diner, tapi Hypen's Diner "Dikit amat pesanannya, miskin ya lo." "Ambil sendiri ya Kak, saya mager." "BUSET! SUARA LATTO-LATTO SAPA TUH." "HEH! ITU MATA MINTA DI COLOK YA! ENAK AJA GODAIN LAKI GUE." "Aduh Kak maaf ya, tapi es disin...