Chapter#1

220 21 0
                                    

Suatu hari...

Ibu bernama Heedo mengantar anaknya bernama Kim Minchae untuk bertanding balet. Heedo berpesan kepada anaknya untuk menunjukkan kecintaannya pada balet, jadi tak juara 1 juga tak masalah.

Namun karena mengikuti protokol covid 19, Heedo hanya bisa mengantar dan menonton lewat streaming.

Scene kemudian berpindah kepada Minchae yang melihat saingannya bermain balet dengan sangat baik, namun Minchae malah menyerah dan kabur dari pertandingan.

Scene kemudian berpindah lagi kepada Heedo yang kesal, mengapa Minchae menyerah sebelum mencoba. Tapi Minchae yang tau kalau dia tak akan menang malah memutuskan untuk berhenti bermain balet dan pergi ke rumah neneknya untuk menghindari ibunya.

☆☆☆

Dirumah neneknya...

Minchae berniat untuk kabur namun dia malah terjebak di kamar masa kecil ibunya yang penuh dengan medali Anggar. Neneknya bernama Shin Jaekyung hanya bingung, padahal sebelumnya Minchae sangat suka balet tapi mengapa menyerah begitu saja.

Melihat Minchae, Jaekyung hanya tersenyum karena semangatnya jauh berbeda dengan ibunya.

Namun karena Minchae bosan, dia akhirnya menggeledah kamar masa kecil ibunya. Minchae menemukan buku harian milik ibunya yang berisi tentang perjuangan ibunya dalam bermain Anggar.

Di buku itu terdapat sebuah cerita kalau ibunya selalu menemui seseorang pada hari Sabtu.

Dan dimulailah kisah perjuangan berjudul Twenty Five Twenty One....

☆☆☆

Tahun 1998...

Heedo masih berumur 18 tahun. Setiap hari Sabtu, dia selalu bangun pagi dan buru buru ke sekolah. Dia masuk kelas hanya sebagai formalitas karena merupakan atlet Anggar sekolahnya.

Sepulang sekolah, dia berlari pergi ke tempat sewa komik untuk menyewa komik favoritnya berjudul Full House.

Kebetulan, pada tahun 1998 ada krisis ekonomi yang melanda Asia, namun Heedo tak terlalu peduli kerena itu bukan urusannya.

Ia segera berlari ke SMA Taeyang, sebuah sekolah di mana terdapat idolanya bernama Ko Yurim. Yurim adalah atlet Anggar Korea Selatan yang berhasil juara di olimpiade tahun 1997 saat usianya masih 17 tahun. Heedo ingin menjadi saingan Yurim, namun itu hanyalah mimpi.

Scene kemudian berpindah ke sekolah Heedo yang karena krisis Asia, sekolah Heedo menutup exskul yang tak menghasilkan termasuk klup Anggar.

Kondisi saat ini yang menghancurkan membuat Heedo terpuruk. Dia selalu curhat dengan teman dunia mayanya dengan nama samaran Jeolmi.

Jeolmi kemudian menyarankan Heedo pindah sekolah saja ke sekolah yang sama dengan Yurim karena klup Anggar sekolah Yurim tak mungkin ditutup. Dah hal itu membuat Heedo seketika semangat kembali.

☆☆☆

Keesokan harinya...

Terlihat loper koran bernama Baek Yijin yang baru pindah di kota A, namun karena baru pindah Yijin tak tahu jalan dan akhirnya telambat mengantarkan koran.

Sedangkan Heedo yang melihat berita mengenai persatuan rakyat Korea Selatan mengumpulkan emas yang ditukar dengan Dollar untuk mengurangi inflasi, malah terkejut mengetahui ibunya menyumbangkan semua emas peninggalan ayahnya.

TwentyFiveTwentyOne{2521}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang