"Saat menjadi orangtua nanti, kelak engkau akan mengerti, begitu berartinya sosok malaikat kecil itu dalam hidupmu, ia akan mengajarkanmu untuk tak mengenal kata menyerah"
-ZAYN-
'
'
ZIRA baru saja pulang dari kampus, sesampai di rumah ia terheran melihat Bi Marni berlarian menuju lantai atas. Ia pun langsung bertanya. "Bi. Tunggu!"
Perempuan paruh baya itu pun kemudian menoleh. "Ada apa, Bi?" Zira langsung bertanya.
"Bapak jatuh, Non. Penyakit Bapak kambuh lagi," jawabnya dengan suara dan raut wajah panik.
"Apa???"
"Sekarang Papa ada dimana, Bi?"
"Di kamarnya, Non. Mau dibawa ke rumah sakit."
Zira langsung bergegas ke lantai atas. Terlihat disana Zayn tengah berusaha memapah papanya. Zira langsung berlari kesana. "Biar saya bantu, Pak." Zayn pun mengangguk.
Kini mereka sudah berada di rumah sakit. Pak Gunawan sudah mendapatkan penanganan. Tak lama kedua orang tua Zira datang. "Zira! Bagaimana keadaan Pak Gunawan?" tanya ayahnya begitu datang. Tampak mereka begitu khawatir.
"Papa masih tidak sadarkan diri, Yah. Tapi alhamdulillah sudah dapat penanganan," jelas Zira.
"Semoga tidak terjadi hal yang buruk pada beliau," sahut bundanya dan diangguki oleh ayah.
Zayn yang tengah di landa kekhawatiran hanya bisa terduduk dengan pandangan tak pernah lepas dari ruangan papanya itu, membuatnya bahkan tak menyadari kehadiran mertuanya, hingga rangkulan pundak dari ayah Zira menyadarkannya. "Kamu yang tabah ya, Zayn."
"Ayah?"
"Maaf aku tidak menyadari kehadiran kalian," ucapnya menyesal.
"Tidak apa-apa, Zayn. Kita sama-sama berdoa yang terbaik untuk kesembuhan papa kamu, ya."
"Aamiin. Terimakasih, Ayah, Bunda."
"Tidak perlu berterimakasih, Zayn. Kita kan sekarang adalah keluarga," ujar Ayah Zira seraya menepuk pundak pria itu.
oOo
Sudah sejak kemarin Pak Gunawan belum juga siuman, membuat Zayn semakin khawatir. Ia bahkan tidak tidur semalaman. Hingga kemudian dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu memberi kabar baik bahwa papanya kini sudaah sadar dan ingin bicara dengan Zayn.
Begitu masuk langsung ia menhampiri papanya. "Syukurlah papa sudah sadar," lirihnya lalu menggenggam tangan laki-laki paruh baya itu.
"Zayn..." panggil papanya lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zayn ✓Lengkap
Science Fiction"Dia seperti mata kuliah yang diampunya. Rumit!" Kalimat itu cukup untuk Zira menggambarkan seorang Zayn Malik Akbar, tidak ada yang tidak mengenal dosen muda sekaligus Doktor termuda di Jurusan Kimia Murni di University of Science and Technology it...