"Doa-doa yang dilangitkan, tak akan kembali dalam keadaan kosong. Tuhan hanya mengatur waktu untuk memberikan"
-ZAYN by SN Aisyah-
.
.
.
SEBELUM bekerja, Zayn menyempatkan diri untuk jogging. Bagaimanapun olahraga sangat penting untuk menjaga kesehatan. Apalagi untuk ia yang banyak bekerja duduk sepanjang hari ataupun berkutat di laboratorium seharian.
Setibanya di rumah, ia langsung di sambut oleh Zira. Perempuan itu langsung memberikannya senyum yang, manis dimata Zayn. "Papa mau mandi dan siap-siap ke kantor lagi, kan?"
"Ini mimi sudah siapkan pakaian untuk Papa, nanti selesai mandi dan berpakaian langsung turun ke bawah ya, Pa. Mimi sudah masakkan nasi goreng putih kesukaan Papa," sambungnya.
Zayn menoleh ke sepasang pakai yang sudah terletak rapi di pinggir kasur. Ia sedikit tertegun, bagaimana bisa Zira begitu memahami style berpakaian hingga makanan kesukaannya, tadi ia memang sempat mencium aroma wangi dan melihat nasi goreng yang sudah tertata rapi di atas meja makan. Semua yang Zira siapkan itu seakan tak ada celah.
"Saya minta maaf, kamu jadi melakukan semua ini. Tapi saya pastikan lusa ART sudah masuk kembali."
"Husss apaan sih Pa, ini sudah kewajiban Mimi untuk melayani Papa dengan baik, okay?"
Terdengar seperti sebuah rengekan.
"Itu sepertinya Abil sudah bangun. Mimi mau ambil anak itu dulu. Papa buruan sana mandi, nanti telat."
"Iya."
Setelah selesai berpakaian, sebelum turun ke bawah Zayn menyempatkan untuk melihat Abil. Ternyata disana Abil tengah minum ASI dengan sang ibu. Zayn hanya tersenyum melihat style lucu anaknya yang tengah menyusu itu. Dan, lagi-lagi Zayn kagum bagaimana Zira mengasuh dan merawat anaknya.
"Wah, Papa sudah siap ternyata. Sudah selesai sarapan , Pa?" tanya Zira begitu menyadari kehadiran Zayn.
"Kamu sudah sarapan?" Zayn malah bertanya balik.
"Belum. Aku rencananya nanti saja, mau mandikan Abil dulu. Sudah bucuk ini anak kamu, Pa," ujar Zira seraya menciumi Abil.
"Tidak apa, saya malah suka baunya kalau belum mandi begini," ujar Zayn seraya tercengir lalu ikut menciumi anaknya itu.
Zira hanya tertawa melihatnya lalu melihat ke arah jam dinding. "Papa gak jadi sarapan? Itu waktunya sudah hampir jam delapan loh."
"Iya. Kamu tidak sekalian?"
"Papa duluan saja, Mimi mandikan Abil dulu bentar, abis itu baru langsung ke bawah. Sekalian Abil juga makan nanti."
"Oo begitu." Ia pun kemudian menciumi Abil kembali sebentar barulah menuju ke bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zayn ✓Lengkap
Science Fiction"Dia seperti mata kuliah yang diampunya. Rumit!" Kalimat itu cukup untuk Zira menggambarkan seorang Zayn Malik Akbar, tidak ada yang tidak mengenal dosen muda sekaligus Doktor termuda di Jurusan Kimia Murni di University of Science and Technology it...