___________________________
"Hati dan pikiranmu boleh lelah, tapi skripsimu tetap harus selesai. Kamu sudah memulai, maka laksanakan hingga selesai. Jangan sampai perjuangan kurang lebih empat tahun ini sia-sia hanya karena 7 kata yang bernama s-k-r-i-p-s-i"
-Nazira Afifah-
.
.
.
Tak ingin lagi bahan skripsi di lupakan Pak Zayn, kali ini Zira bertekad menyerahkannya di kampus. Ia sudah menanyakan pada Pak Zayn jam berapa sang dosen di kampus dan bisa di temui. Kini Zira sudah duduk manis di kursi ruangan seminar menghadiri seminar hasil seniornya, Pak Zayn tadi hanya mengatakan kalau ia jadi penguji di seminar jam sembilan, oleh karena itulah Zira sekarang disini hingga dua jam lamanya, agar begitu seminar selesai ia langsung bisa menemui Pak Zayn. Se-effort itu memang untuk menemui dosen untuk bimbingan. Tak peduli ia adalah istri sang dosen atau bukan, semuanya dipukul rata.
Begitu seminar selesai, Zira langsung sigap berjalan ke arah Pak Zayn sebelum dosen itu pergi meninggalkan ruangan. "Permisi Pak," ucap Zira sopan. Lupakan kemarahan Zira pada pria itu. Disini konteksnya sudah beda. Ia adalah dosen yang bisa saja menggagalkan skripsinya. Jadi untuk urusan marahan pada suami, simpan saja untuk di rumah.
"Iya?" ucapnya menoleh.
"Maaf, Pak. Saya mau bimbingan, Pak."
Zayn kemudian menoleh ke jam tangannya. "Saya ada kelas pengganti setelah ini jam 09.20. Nanti saya kabari saja kamu setelah saya selesai. Teman-teman kamu yang lain juga mau bimbingan, jadi bisa sekalian saja. Stay saja di grup bimbingan nanti saya kabari disana."
Zonk!
Zira hanya bisa berkata, "Baik, Pak." Meski dihatinya sebenarnya sudah menyumpah serapahi suami sekaligus dosen di depannya ini. "Brengzekk Pak Zayn!!! gak ada gunanya gue capek-capek gue nungguin lu dua jam disini!!! Iiiiiiiiiii!!!." Jika bisa digambarkan kobaran tanduk api sudah membara-bara di atas kepalanya siap menerkam pria itu. Namun Zira berusaha untuk meredamnya, karena tak mungkin kan ia menjambak suaminya disini?
Zira tak sadar, sembari menunggu bimbingan dengan Pak Zayn ia tertidur di perpustakaan. "Aiikk!! Gue tertidur!! Jam berapa ini??!!" Matanya lansung melotot. "Apa?? Jam 15.16!!!! telat enam belas menit, mati gue!!!" Ia langsung berdiri dan berjalan cepat menuju ruangan dosen di jurusan. Ia butuh waktu sekitar empat menit untuk berjalan. Sesampai disana jadilah ia telat 20 menit. Ia sangat sadar bahwa Pak Zayn sangat-sangat membenci keterlambatan! Dapat di lihat bagaimana cara pandang Zayn melihat kedatangannya. "Assalamualaikum, permisi, Pak," cicit Zira takut-takut. Kedua tangan dan lututnya sudah dingin sekarang.
"Waalaikumussalam. Masuk," jawab sang dosen dingin, sedangkan teman-temannya melihatnya dengan tatapan khawatir, "benar-benar cari mati ini Zira", pikir mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zayn ✓Lengkap
Science Fiction"Dia seperti mata kuliah yang diampunya. Rumit!" Kalimat itu cukup untuk Zira menggambarkan seorang Zayn Malik Akbar, tidak ada yang tidak mengenal dosen muda sekaligus Doktor termuda di Jurusan Kimia Murni di University of Science and Technology it...