.
.
Reminder!
Ini hanyalah sebuah cerita fiksi belaka. Terinspirasi dari sebuah trailer music video dengan berbagai kombinasi imaji. Cerita ini murni dari imajinasi dan pemikiran penulis.
Selamat membaca!
┌⌯━━━━━━━━━━⊰⍣⊱━━━━━━━━━⌯┐
.
"It's okay, you're not alone."
.
[3 : Kala]
Kala Chandratama, nama lelaki lembut tutur kata nan halus sikapnya. Laki-laki penyuka anak kecil nan cerdas. Laki-laki yang hampir seluruh pekerjaan mampu ia lakukan. Saat ini Kala adalah seorang mahasiswa Seni Rupa yang sedang berada di akhir semester empat. Ia selayaknya mahasiswa-mahasiswa lainnya yang sedang disibukkan dengan berbagai tugas syarat ujian akhir semester.
Kala orang yang menyenangkan. Kala orang yang rajin, gemar membenahi kamar yang ia gunakan bersama Natha. Definisi yang hampir sempurna untuk seorang pria. Kala adalah orang ketiga setelah Saka dan Devan dalam urusan kesabaran. Ia mampu menjadi tempat penampungan segala isi hati manusia lain yang terpendam. Bukankah Kala terlalu baik? Kala bahkan akan menempatkan seluruh atensinya untuk menjadi pendengar yang baik. Semua orang butuh sosok seperti Kala kan?
Kala juga yang membawa serta Brian tinggal bersama Saka saat adik kelasnya itu kehilangan orang tuanya. Bukan tanpa alasan, Kala juga membutuhkan naungan sebenarnya. Kala bertemu Saka saat dirinya menangis di lantai dasar gedung terbengkalai dekat sekolahnya dua tahun lalu. Kala sendirian duduk meringkuk memeluk lututnya menangis pilu. Tidak ada yang mendengarnya, tidak satupun, sampai Saka menemukannya.
"Ceritalah. Lampiaskanlah."
Titah Saka saat itu membuat Kala semakin menangis gencar. Kala terlihat sangat kacau dengan seragam putih abu-abu kusut degan celana yang kotor di beberapa sisi. Rambutnya acak-acakan tak karuan. Kala terlihat sangat menderita, seperti menahan berton-ton batu besar yang apabila tertahan terlalu lama semakin menyakitkan.
"Orang tuaku menyuruhku memilih tinggal sama siapa. Mereka sibuk bertengkar sampai gak pernah ingat ada aku di rumah. Hampir semua perabotan hancur. Mereka juga gak tahu aku kerja sampingan karena gak pernah dikasih uang. Ayah hamili bocah SMA seumuranku, Ibu selalu mabuk sewaktu pulang kerja. Sekalinya mereka di rumah, semua barang dipecahkan. Aku...aku tidak pernah diberi kesempatan bercerita seperti anak lainnya." curahnya.
"Sejak kapan?"
"SMP." jawab Kala.
Tentu saja Saka menaruh iba padanya. Saka melihat kertas-kertas di dekat Kala meringkuk, semuanya gambar nirmana. Bayangkan saja, seorang siswa SMA yang sebentar lagi menempuh Ujian Nasional dan tes masuk perguruan tinggi itu mampu mengerjakan tugas nirmana mahasiswa seni. Sayang sekali apabila laki-laki bertalenta ini terluka sejak lama.
Saat Kala sudah mulai dapat mengendalikan dirinya, Saka mulai bertanya suatu hal. "Semua ini punyamu?"
"Customer joki gambar." jawabnya saat itu. Dari sana Saka sudah bisa menyimpulkan bahwa Kala bekerja untuk menyambung hidup dan mencicil biaya sekolahnya.
"Aku lupa kenalan, aku Saka. Namamu?"
"Kala."
"Okay, Kala. Mau tinggal sama aku? Di rumahku ada satu orang lagi yang kurasa bisa diajak berbagi cerita setiap hari. Kala tetap bisa sekolah dan lakukan apa yang Kala mau. Kala ga akan kesepian." tanya Saka.
"Boleh?" Saka mengangguk disertai senyum hangatnya. "Boleh aku mengajak seseorang juga? Dia juga sedih, dia leboh kasihan, kedua orang tuanya meninggal." Saka kembali mengangguk mengiyakan.
Kini, laki-laki itu sudah menghilangkan segala memori buruk keluarganya. Kala lebih senang hidup dengan keadaan seperti ini, hidup dikelilingi teman-teman serumahnya yang menciptakan kekeluargaan. Kala dapat bercerita bebas, mendengarkan cerita orang lain, menenangkan yang lainnya ketika sedih. Kala, laki-laki baik, hampir sempurna. Tidak seharusnya Kala melewati kepahitan yang tidak banyak orang alami. Saat ini Kala masih memiliki pekerjaan sampingan sebagai joki gambar atau tugas seni rupa lainnya. Bahkan, dirinya pun memiliki hobi memasak dan bermain musik. Hidupnya lebih hangat disertai para kakak dan adiknya dalam satu bangunan yang Saka bangun.
"Kal, Natha kemana?"
Kala yang tengah membereskan mixer kue dan alat lainnya menoleh ke sumber suara. Didapatinya Saka dari ruang tengah menuju ke arahnya. "Tadi terakhir kulihat sama Rakkay, main PS, kak."
Kala masih sibuk mengambil satu-persatu alat masaknya untuk kemudian dicuci. Di sela ia membersihkan meja, Saka tergerak mencuci alat masak Kala yang berada di wastafel. "Loh, tadi cari Natha. Kok sekarang malah cuci mixer?" tanya Kala.
"Ga apa-apa. Nanti kalau selesai kan bisa cari Natha. Kamu juga pasti capek. Habis kuliah bukannya istirahat malah bikin kue."
Kala tersenyum melihat Saka mengomelinya. "Kak, makasih banyak, ya?". Saka menghentikan acara mengusap mixer kue disertai tatapan heran. Kala tertawa kecil sembari melanjutkan kalimatnya, "Kala ngucapin terima kasih ke Kakak."
"Kenapa?"
Laki-laki manis itu masih mempertahankan senyumnya, "Karena aku jadi punya keluarga lagi."
.
.
.
To Be Continued
![](https://img.wattpad.com/cover/335628691-288-k481603.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
No Way - TBZ
Fanfiction"Semua manusia punya cerita 'kan? Semua manusia tokoh utama di dalam ceritanya 'kan? Kami semua juga punya kisah dimana kami adalah tokoh utama dari masing-masing milik kami." - Arsaka Abhimana Written in Bahasa Indonesia The Boyz au