Chapter 6 Thane

7 3 0
                                    

Thane sebagai manusia biasa memiliki banyak penyesalan.

Keputusan yang dia telah pilih namun berharap dia bisa merubah hasilnya.

Seperti saat waktu SMA, dia berbohong ketika mengatakan akan menginap di rumah temannya dan malah berujung kunjungan ke rumah sakit karena kelakuan bodoh dia dan teman-temannya yang memilih berkendara dalam keadaan mabuk.

Beruntungnya tidak ada yang terluka parah.

"Yang terluka hanyalah kebebasanmu karena kau anak muda dalam masalah besar." Kata Ibunya sambil menatapnya tajam.

"Ma!" Rengeknya.

"Kau sudah membuat aku dan mamamu khawatir. Jadi terima saja." Sambung ayahnya.

Thane hanya menekuk bibir.

"Sekarang berhenti bertingkah dan minum air ini. Suaramu serak sekali." Perintah ibunya.

Setelah beberapa hari di rumah sakit, Thane dihukum dilarang keluar rumah kecuali untuk sekolah dan hal-hal penting lainnya. Dan itu berlanjut selama beberapa bulan sebelum dia mendapatkan pemaafan dari kedua orang tuanya.

Kejadian lain yang dia sesali adalah ketika dia gagal melakukan tembakan tiga poin saat pertandingan final melawan sekolah lain. Yang membuat mereka kalah dan teman-teman tim basketnya kecewa.

"Tidak apa-apa, Thane." Kata Pelatihnya. "Kita bisa sampai final saja sudah merupakan pencapaian yang luar biasa."

Tapi Thane tahu dia bisa melakukannya. Dia sudah berlatih sekuat tenaga. Seandainya saja dia melempar bolanya agak kesamping.

Ada juga kejadian lainnya yang dia sangat sesali, yaitu saat dia menerima ungkapan cinta dari sahabat baiknya meskipun apa yang dia rasakan berbeda dengan apa yang Link rasakan.

"Aku mencintaimu, tetapi hanya sebagai sahabat." Ucapnya saat dia akhirnya memilih mengakhiri hubungan mereka. "Tapi aku mohon jangan hal ini membuat hubungan kita berubah. Kau adalah sahabatku pertama dan setelahnya."

Namun pada akhirnya hubungan mereka berubah. Sekangan dirinya dan Link sudah tidak sedekat seperti dahulu.

Dan bicara soal sekarang, Thane bisa merasakan ledakan perih di tulang pipi kanannya ketika sebuah tinju berhasil mendarat disana. Dia terdorong ke belakang dan mulai oleng.

Thane coba balas melayangkan serangan balik namun malah mendapatkan bogem mentah di pipi kirinya. Membuat dia akhrinya jatuh terlentang.

"Itu akibatnya mencuri pacar orang." Ucap cowok yang meninjunya. Thane bisa mendengar kawan-kawannya tertawa.

Inilah penyesalan terbaru Thane. Dia tidak seharusnya mendekati Ing. Meskipun ini semua hanyalah kesalah pahaman saja. Dia tidak punya maksud apa-apa. Thane hanya menjadi tempat curuhan hati bagi gadis yang baru dikenalnya itu. Dan sekarang dia bisa merasakan seluruh tubuhnya ngilu. Kepalanya seperti berputar-putar. Dia mengerang kesakitan.

Dan saat itulah dia mendengar seruan dari ujung gang.

"Hey!!"

Thane masih kesusahan mengatur fokusnya dan pandangannya juga masih mengabur. Tetapi ketika dia berhasil mengontrol dirinya. Dia mendapati sesosok lelaki yang dengan mudah menghajar kawanan cowok yang mengeroyoknya tadi.

Langit malam sangat cerah. Tidak ada bintang, namun bulan bersinar lebih terang.

Dan sinar itu pula yang menerangi sosok lelaki tersebut bagai sebuah spotlight. mengiluminasi dirinya seperti sebuah keajaiban. Thane memandangnya takjub.

Lelaki itu terlihat seumuran dengannya, sekitaran awal dua puluhan tahun. Dengan tinggi yang rata-rata namun tubuh yang terlihat jelas atletis. Rambut hitam yang dipotong pendek dan wajah yang terlihat kuat dan dingin. Dan tampan.

Namun yang menarik perhatiannya adalah senyuman di wajah lelaki itu. Thane tidak bisa menjelaskannya namun saat dia menatap senyuman itu, dia bisa merasa seolah semuanya berhenti. Nafasnya tersendat untuk sesaat dan debatan jantungnya berdengung di telingannya. Thane seolah telah menatap sesuatu yang sangat indah.

Dan tentu saja hal-hal indah tidak pernah bertahan lama.

Ketika senyuman itu menghlihang, Thane langsung kembali ke dunia nyata.

Gang yang tadinya diisi oleh mereka saja kini penuh dengan banyak penonton. Thane tidak tahu kapan mereka datang namun dia tidak perduli karena lelaki itu mulai beranjak pergi. Dia buru-buru bangkit untuk mengejarnya.

Dia tidak akan kehilangan lelaki itu—Pahlawanku!—pergi tanpa mengucapkan satu katapun.

"Hey, bro. Apa kau baik-baik saja?" Tanya salah satu penonton di dekatnya.

"Aku baik-baik saja." Jawabnya tanpa menoleh dan terus bergerak mendekati penyelamatnya.

"Thane! Aku sudah menelpon teman-temanmu. Mereka akan segera kemari." Kata salah satu penonton lainnya. Thane hanya menggumam kata terima kasih meski dia tidak tahu siapa yang bicara karena fokusnya masih ada sama pahlawannya yang sudah semakin dekat.

Ketika dia sudah sampai dijangkauannya, Thane tanpa pikir panjang meraih tangan lelaki itu dan menghentikan pergerakannya.

Pahlawannya langsung memutar badan, menoleh genggaman tangannya, sebelum mengangkat kepalanya dan menatap tajam dirinya. Dan Thane bisa mendengar detak jantungnya.

Namun ketika tatapan itu melembut, Thane tahu dia sedang menatap sebuah kesempatan kebahagiaannya.

"Terima kasih."

[BL] First Aid KitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang