Hari ini, Haechan benar-benar tidak melakukan apapun di hari liburnya. Orang-orang yang kebanyakan menghabiskan waktu liburannya dengan berjalan-jalan di luar. Maka, berbeda dengan Haechan yang hanya akan merebahkan diri di atas ranjang sembari menonton film kesukaannya.
Haechan memang seperti itu, terlalu malas keluar, udara di luar sana juga terlihat panas sekali, mendukungnya untuk semakin bermalas-malasan di kamar. Matahari memancarkan cahaya nya dengan begitu terik, langit bahkan terlihat terang sekali. Maka, Haechan memilih di rumah saja daripada akan membuat kulit nya semakin menghitam.
Namun, berbeda lagi dengan lelaki kelahiran Agustus ini. Ia mencari kesibukan dengan mengunjungi kediaman calonnya, seperti saat ini. Pagi-pagi, mungkin sekitar jam tujuh, Jaemin sudah berada di dalam rumah Haechan. Lelaki itu bahkan ikut sarapan bersama dengan keluarga Haechan, sudah tidak kaget lagi, sedangkan, Haechan pada saat itu masih tertidur pulas.
Saat Haechan tengah bersantai menonton film, tiba-tiba saja sang Bunda memasuki kamarnya dengan membawa tumpukan bajunya, yang ia duga itu adalah bajunya sendiri. Haechan hanya memandangi sang Bunda tanpa berniat membantu beliau, sungguh tega sekali.
"Loh? Chan? Di bawah ada Jaemin, kamu nggak mau nemenin?" tanya Bunda.
Haechan yang mendengar nama Jaemin langsung terbangun, apalagi saat mendengar lelaki itu berada di rumahnya, matanya membulat sempurna. Haechan langsung terbangun dari acara rebahan nya. Matanya membelalak terkejut, selimut yang sebelumnya menutup seluruh tubuhnya, kini tersingkap dan jatuh ke lantai yang dingin.
"Ngapain Jaemin ke rumah, Bun?" Bukannya menjawab, Haechan malah bertanya balik.
Bunda berhenti sejenak dari kegiatan merapikan baju Haechan di lemari, wanita itu menoleh pada Haechan yang terduduk di atas ranjangnya.
"Loh? Jaemin nggak bilang dulu apa sama kamu?" tanya balik Bunda. Haechan menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa Jaemin tidak mengabarinya apapun.
Bunda mengangkat bahunya, kemudian melanjutkan kegiatannya, "Nggak tau juga Bunda, Chan, mungkin mau main aja, kamu tanya sendiri aja, deh, sana, sekalian temenin, daritadi Ryujin aja yang ngajak main," lanjut Bunda.
Tanpa berniat menjawab ucapan Bunda, Haechan langsung bergegas turun, hingga pijakan kakinya terdengar seperti raksasa saat melangkahkan kakinya.
"Haechan! Santai aja! Kamu bisa bikin rumah roboh!" teriak Bunda dari dalam kamar.
Saat Haechan telah sampai di lantai dasar rumahnya, ia dapat melihat ayahnya yang sedang menonton berita, dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Langsung saja Haechan menghampiri ayahnya. Dengan tidak santainya, Haechan duduk tepat di samping ayahnya sedikit melempar tubuhnya, hingga Ayah nya tengah duduk santai itu sedikit memantul.
"Haechan, biasa aja dong duduknya, Nak," tegur Ayah, melepaskan kacamata nya, kemudian ia letakkan di meja berlapis kaca di atasnya.
"Maaf, Ayah." Haechan nampak celingak-celinguk, membuat Ayah mengikuti pergerakannya, memperhatikan sekitar mereka.
"Kamu nyariin apa, toh, Chan? Celingak-celinguk gitu kenapa?" tanya Ayah pada akhirnya.
"Jaemin ada ke sini, Yah?" tanya Haechan, kepalanya masih menoleh ke kanan, ke kiri, terkadang melihat ke arah lantai atas. Sedang mencari seseorang.
"Iya, pagi-pagi tadi udah ke sini, sekarang, sih, dia lagi main sama Ryujin di gazebo," jawab Ayah.
"Dih? Ngapain ke gazebo panas begini? Ngapain juga Jaemin dateng nya pagi banget?" tanya Haechan bermonolog sendiri.
"Ayah nggak tau, Hyuck, mending kamu nyusul sana," saran Ayah.
"Panas, males, Ayah," keluh Haechan. Kemudian ia sandarkan punggung nya pada sandaran sofa.
![](https://img.wattpad.com/cover/333149139-288-k900062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANT 2 BE [✔️]
Cerita Pendek2023. Nahyuck's first story ----- "Selamanya, dia bakal jadi milik gue, kan? Gue mau egois kalau tentang dia." Haechan hanya tidak ingin apa yang menjadi miliknya direbut oleh siapapun, bahkan sahabatnya sendiri. Dan cinta Jaemin, akan abadi hanya u...