7 - Bayangan

214 36 6
                                    

Sinbi memandang kosong cermin didepannya yang memantulkan bayangannya sendiri disaat seorang perias  datang untuk meriasnya. Malam ini tanpa ia duga akhirnya dirinya akan bertemu dengan pria brengsek itu lagi. Dan ini adalah pertemuan keduanya setelah semua masalah yang bergiliran datang ke hidupnya akhir-akhir ini.

Seharusnya Sinbi memiliki waktu yang tepat untuk menunjukkan pada semua orang khususnya keluarganya jika semua ini tidak benar adanya, namun apa yang terjadi justru sebaliknya. Sinbi seakan pasrah jika dunianya akan benar-benar hancur. Karena menyetujui pernikahan dengan pria itu sama saja menyatakan jika kejadian yang menimpanya selama ini adalah bukan sebuah jebakan atau kebohongan.

Sinbi hanya tidak berdaya dan terlalu lelah dengan semua ini, ia tahu dirinya memiliki kesempatan untuk menyangkal masalahnya, namun perkataan pria misterius itu sudah mengaliansi pikirannya sepenuhnya.

Ia hanya perlu bertahan dan menjalaninya. Nayeon benar, kalimat itu benar-benar terdengar putus asa dan nyatanya memang begitu. Dan setidaknya itu jauh lebih baik daripada berusaha menyangkal, tapi pada akhirnya ia juga kalah. Ya, Sinbi juga sudah dikuasai rasa pesimistisnya.

"Nona, malam ini adalah malam spesial anda tapi mengapa anda terlihat sedih?" tanya perias itu yang menyadari mimik sedih dan juga pucat wajah Sinbi. Sementara Sinbi yang mendapatkan pertanyaan semacam itu pun hanya menanggapinya dengan senyum lemah.

"Aku hanya sedikit merasa tidak enak badan," jawabnya singkat. Dan perias itu mempercayai alasannya begitu saja tanpa bertanya lebih lanjut.

Sinbi pun kembali melamatkan dwinetranya ke arah cermin didepannya. Perias itu dengan ahli merias wajahnya menjadi lebih enak dipandang. Karena akhir-akhir ini ia jarang bersolek, sekarang wajah pucatnya terlihat lebih segar dan hidup.

Dari pandangannya saat ini, Sinbi merasa tidak mengenali dirinya sendiri. Ya, dirinya sudah hilang. Sinbi gagal memegang dirinya sendiri, rasanya sekarang ia hanya hidup untuk pemain pendukung orang-orang disekitarnya dan bukan untuk dirinya sendiri karena gairahnya tenggelam ditelan keputusasaan.

Cklek!

Tidak berapa lama pintu di ruangan itu terbuka, dari cermin itu terlihat seorang wanita baru saja masuk ke dalam sana. Setelah sekian lama, akhirnya ia bertemu dengannya lagi. Dari raut wajahnya, Sinbi bisa menangkap ada kesedihan disana.

"Oh, lama tidak berjumpa kak." Sinbi menyapa Eunbi dengan kalimat yang begitu formal. Seharusnya untuk sepasang kakak beradik, kalimat hangat sebatas sapaan terdengar akrab, namun kali ini terasa canggung dan jauh.

Sementara Eunbi yang merasa adiknya bersikap berbeda hanya menghela nafas. Wanita itu berdiri tak jauh dari dimana Sinbi berada. "Maafkan aku, Sinbi. Aku ingin membantu tapi..."

"Kak, aku baik-baik saja," kata Sinbi memotong kalimat Eunbi. Hal itu membuat Eunbi mematung memandang adiknya. Dia sangat berbeda dan berubah. Hal itu bahkan menyentaknya dan membuatnya seperti tidak mengenali wanita itu yang jelas-jelas adiknya sendiri.

"Sinbi, aku tahu kau pasti kecewa padaku. Tapi percayalah aku tidak akan menyerah membuatmu tidak menikah..." Eunbi menghentikan kalimatnya ketika menyadari jika mereka tidak sendirian di ruangan itu. Sementara seorang perias yang merias Sinbi tadi terlihat kaget mendengar arah pembicaraan kakak beradik itu. Sepertinya dia pun sadar jika sebab mimik sedih Sinbi bukan karena tidak enak badan, tapi karena wanita itu tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. "Pokoknya kita mengobrol setelah kau selesai," tambahnya.

Sinbi terkekeh. Kekehannya begitu miris. "Kak, jangan menyiksa diri. Aku tidak akan mundur, toh semua juga percuma."

Kali ini pandangan Eunbi ke arah Sinbi menjadi ngeri. Mengapa adiknya seakan tidak memiliki keinginan menyangkal pernikahan ini tidak seperti awal kali dia menolaknya mati-matian? Tampaknya sesuatu hal sudah terjadi padanya dan Eunbi merasa sedih karena hal itu.

"Sinbi, ada apa denganmu? Kau tidak boleh begini."

"Kak, kau tidak perlu susah-susah memikirkan cara untuk membatalkan pernikahan ini. Maksudku, ini akan berlalu secepatnya!"

"Tapi kau tidak menginginkan pernikahan ini!" Pada akhirnya Eunbi tidak bisa menahan kalimat yang keluar dari bibirnya. Persetan dengan perias itu yang menjadi orang ketiga di antara mereka saat ini, Eunbi hanya ingin memastikan jika adiknya tidak menderita seumur hidupnya karena pernikahan konyol ini. Apalagi pria yang akan ia nikahi adalah mantan kekasihnya yang brengsek.

Ya, ketika pertama kali mengetahui orang yang berada di foto itu adalah pria itu, Eunbi dibuat tidak bisa berkata-kata. Bagaimana bisa seorang Jeon Jungkook, mantan kekasihnya yang sudah putus dengannya beberapa bulan yang lalu bisa ada disana dengan adiknya sendiri?

Meski dalam foto itu posisi Sinbi dan Jungkook terlihat tidak begitu intim, keadaan Jungkook yang shirtless dan memandang Sinbi mesra yang sedang tertidur pulas pun membuat orang berpikir jika mereka baru saja melakukan sesuatu. Namun tidak ada yang tahu jika dalam foto itu hanyalah bualan semata. Adiknya dijebak. Entah motif apa yang membuat Jungkook melakukan itu, tapi Eunbi yakin semua ini ada sangkut pautnya dengan dirinya.

Eunbi sama sekali tidak bisa membayangkan jika pada akhirnya Sinbi nanti tahu jika motif Jungkook menjebaknya adalah karenanya. Pasti dia akan merasa menjadi korban yang salah sasaran.

Pada akhirnya mereka berhasil berduaan di ruangan itu setelah perias mengatakan jika akhirnya sesi merias Sinbi pun selesai. Mereka pun tidak perlu menahan perkataan mereka lagi karena tidak ada orang asing disana.

Eunbi mendekati Sinbi, posisi wanita itu masih sama dan duduk di depan cermin. Saat ini Sinbi terlihat cantik dengan riasan itu. Dia cocok sekali dengan dandanannya. Seharusnya jika malam ini adalah malam lamaran adiknya itu, Eunbi dibuat senang, tapi bagaimana ia bisa senang jika semua kesengsaraan adiknya bermuara darinya?

Dengan pelan Eunbi menggenggam tangan Sinbi dan meremasnya pelan bermaksud menyalurkan semangat untuknya meski Eunbi tahu saat ini hal itu sama sekali tidak berguna. Adiknya itu terlihat begitu tegar namun juga hancur.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, Sinbi. Meski saat ini aku tidak bisa melakukan sesuatu karena pernikahan sialan itu, aku tidak akan membiarkanmu menderita karenanya!"

Sinbi memandang Eunbi balik, wanita itu membalas genggaman tangan kakaknya dan tersenyum. Meski sebenarnya terlihat senyum itu begitu dipaksakan.

"Kak Eunbi, semua sudah terjadi. Kakak tidak perlu bertindak sesuatu hal yang sia-sia."

"Apa maksudmu sia-sia?! Aku kakakmu, kau pikir aku bisa hidup dengan tenang dengan semua yang menimpamu?!" katanya. "Kau tahu? Dulu saat kau pertama kali lahir aku masih berusia sepuluh tahun, kau terlihat kecil dan lemah. Dan sejak saat itu aku berjanji akan melindungimu sampai aku sudah tidak bernafas lagi. Dan hingga saat ini janjiku tidak akan pernah berubah," tambahnya.

Sinbi yang awalnya terlihat menyangkal perkataan kakaknya pun dibuat tidak bisa menahan tangisannya. Kalimat kakaknya begitu menyentuh hatinya, meski ia terluka dengan ketidakadilan mama dan papanya yang seakan-akan ia hidup berada dibawah bayang-bayang Eunbi selama ini, namun wanita itu jugalah yang menjadi sumber semangatnya untuk bertahan. Hwang Eunbi, dia akan selalu menjadi role model sejatinya. Dia pantas mendapatkan hal baik apapun di dunia ini, sementara dirinya? Ia hanya akan terus hidup menjadi bayangan dan tidak ada kebahagiaan disana.

Eunbi yang melihat Sinbi menangis pun memeluknya dengan erat. "Aku disini, Sinbi. Aku disini, jadi bertahanlah untuk sebentar saja."

Sinbi menggelengkan kepalanya, ia menjauh dari Eunbi dan memandang kakaknya sambil tersenyum. Kali ini senyumnya tulus tidak dipaksakan. "Kak, aku hanya bayangan. Hidupku memang sepatutnya berakhir naas. Jadi, kakak tidak perlu berusaha menghentikan takdirku."

"Apa maksudmu?! Mengapa kau menyerah begitu saja?!"

"Tolong panggilkan perias kemari kak, riasanku rusak."

"Sinbi?!"

"Aku akan tetap menikah dengan pria itu kak." Dan Eunbi hanya bisa terdiam melihat ekspresi dingin di wajah Sinbi saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pernikahan Kontrak Dengan Mantan Kekasih KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang