•2•

122 14 0
                                    

Benar-benar terkagum oleh pemandangan jeju. Apalagi kebun jeruk sang kakek, terbentang sangat luas. Setiap pohonnya di penuhi buah jeruk berbagai ukuran. Terlihat sangat terawat dan bersih dari sampah dedaunan kering.

Sang kakek berkacak pinggang setelah melihat ekspresi kekaguman sang cucu "Gimana kebun kakek ? Bagus kan ?"

Chan mengangguk dan mengangkat dua jempolnya "Bagus banget. Gimana caranya kakek merawat kebun seluas ini ?"

Kakek mendengus lalu tersenyum "Jangan berpikir kalo kakek sendiri yang ngurus."

Chan menoleh kepala menatap kakek heran "Terus siapa ?"

Kakek menoel jidat si cucu "Ini memang kebun kakek, tapi disini lah warga setempat mendapat penghasilan."

Chan mengerutkan dahinya.

"Masih belum mengerti ? Gini. . . Jadi disini ada petani jeruk. Mereka setiap hari memanen terus ngejual ke swalayan, ke tempat sortir dan ada juga yang mengolah jadi selai maupun jus."

"Ooh. . . Dari situ mereka dapat penghasilan ya kek ?"

"Udah ngerti ternyata." Kakek menepuk bahu Chan.

Chan mengangguk dan "Terus kakek dapat bagian kan ?"

"Hem. . . Enggak dapat."

"Yah rugi dong !?"

"Enggak akan rugi kalau kita tidak berhitungan. Lihat, mereka merawat kebun kakek dengan baik. Gak ada sampah yang berserakkan, mereka dengan senang hati mau menyiram, memupuk dan bahkan kakek sering dapat hadiah." Kakek tersenyum sangat cerah saat bercerita.

"Hadiah ?"

"Iya hadiah. Kamu nanti bisa lihat sendiri di depan rumah ada apa nanti."

Kakek dan Chan mengelilingi kebun. Melihat-lihat aktivitas dari petani jeruk. Chan bertukar senyum dan hormat pada mereka. Hati Chan merasa tentram dan damai. Orang-orang desa sangat ramah.

Sang kakek dengan senang hati mengenalkan sang cucu tampan dari seoul ini.

"Bang Chan ya ? Umur berapa kamu nak ?" Salah satu petani bertanya.

"Dua puluh satu tahun, paman." Ucap Chan ramah. Berbincang-bincang ringan hingga mendapatkan beberapa jeruk yang di petik.

Rasa jeruknya sangat manis dan segar. Keduanya kembali berjalan menuju rumah. Chan terkaget melihat banyak kotak kayu yang berisi buah-buahan dan sayur mayur. Ada juga berbagai bunga lalu beberapa daging.

"Apa ini hadiahnya ?" Lagi-lagi Chan terkagum.

Kakek terkekeh dan membuka pintu rumah. Jujur, ini pertama kali bagi Chan menginap di rumah kakek. Biasanya kalau datang ke jeju, orang tua Chan menolak untuk menginap. Kata ibu, banyak nyamuk dan ayah bilang jauh dari kota.

Rumah ini sangat besar di tengah-tengah kebun jeruk. Paling megah di antara pepohonan jeruk terbesar di kebun. Di desain khusus oleh arsitektur kepercayaan kakek.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
belle àmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang