•9•

77 13 8
                                    

Chan meremas kedua bahu Seungmin "Kita gak akan putus." Menatap dalam-dalam mata sang kekasih.

"Terserah hyung. Aku mau putus." Seungmin kembali menjawab penuh keyakinan.

"Kenapa Seungmin ? Kenapa ? Aku begini karena ingin buat kamu tidak perlu lagi berkebun dengan keadaan sakit. Aku hanya ingin kamu menikmati hasil yang aku dapat."

"Hyung. Aku gak perlu itu. Aku cuma butuh hyung, tetap berada di sisi aku. Mau aku baik dan sakit." Seungmin mengelus tangan di bahunya lalu perlahan melepaskan diri.

"Aku gak mungkin melepaskan apa yang udah di perjuangkan. Pekerjaan dan kamu. Gak bisa."

"Kalau begitu. Pilih hyung. Aku atau pekerjaan ?"

"Jangan gitu. Ku mohon Seungmin." Frustasi Chan.

"Harus. Karena hubungan jarak jauh tidak akan berjalan mulus. Saling curiga, khawatir dan yang paling parah akan ada orang ketiga. Aku gak mau. Mending kita putus." Seungmin berucap tanpa sedikitpun emosi.

"Putus ? Putus ? Kenapa enak banget kamu keluarin kata-kata putus." Dada Chan mulai sesak akibat emosi.

Seungmin berbalik dan berjalan menjauh dari Chan.

"Oke. Kalau itu mau kamu !! Tapi ingat, jangan menyesal. Aku tetap selalu mencintaimu, Seungmin. Tunggu dan biar aku buktikan. Saat kita bertemu lagi, aku sudah jadi orang sukses !!" Teriak Chan.

Seungmin terus berjalan tidak mengubriskan teriakan Chan. Sebenarnya ia sudah meneteskan air mata. Rasa cintanya juga masih sama besar. Benar adanya yang di katakan Chan, lelaki itu akan banyak menghasilkan uang. Tetapi Chan akan bekerja di bawah tekanan ayahnya. Itu yang di khawatirkan Seungmin.

Berharap Chan akan baik-baik selama bekerja. Doa terbaik untuknya dari Seungmin. 'Datang lah kembali, aku mungkin sudah lupa dengan perasaanku. Atau mungkin tidak.' Ucapnya dalam hati.

Mata Chan menatap sedih kepergian Seungmin. Tiada sedikitpun untuk menoleh. Salam perpisahan yang menyedihkan.

Keesokkan pagi, Chan berangkat menuju bandara di jemput supir yang dikirimkan sang ayah. Kakek memberikan pelukan hangat terakhir untuk sang cucu semata wayangnya ini.

"Jaga kesehatanmu, Nak. Kapan aja kamu bisa pulang kerumah ini." Tangan keriput kakek mengelus bahu lelaki muda berumur dua puluh tahun itu.

"Kakek juga, jaga kesehatan. Akan Chan usahakan buat bisa kesini lagi."

"Jangan khawatir sama yang disini. Kakek bakal ngerawat dengan baik."

Tahu apa yang di maksud oleh kakek. Chan mengangguk lemah.

Dari jarak beberapa meter terlihat rumah Seungmin. Seperti tidak ada aktivitas, Chan mencari-cari keberadaan lelaki manis itu. Nihil, ia sedikitpun tidak terlihat.

Chan berjalan menunduk kecewa masuk ke dalam kursi belakang penumpang. Duduk bagai raga kosong yang kehilangan semangat. Sudah terlanjur jika ingin membatalkan. Sudah lah, walaupun hatinya sedih. Ia harus melakukan apa yang sudah menjadi pilihannya.

Mobil berjalan lancar menuju bandara. Masuk ke dalam pesawat menuju Seoul. Sampai tanpa ada kendala sedikitpun.

Lagi, Chan masuk ke dalam mobil yang sudah menunggunya mendarat. Berjalan menuju mansion ayahnya, kemungkinan akan menghabiskan empat puluh menit dari bandara.

Jalan besar nan luas membuatnya tidak berfirasat apapun. Sampai mobil kembali berjalan setelah lampu lalu lintas berubah hijau. Tiba-tiba mobilnya di hantam keras dari sebelah kanan.

Mobil yang berisikan Chan dan supir terguling di atas aspal keras. Keseret cukup jauh dari jalan. Keadaan badan mobil remuk, kaca jendela pecah, dalam keadaan terbalik Chan terkapar.

belle àmeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang