02 - she's beautiful isn't it?

192 28 0
                                    

"Lalu kau tetap bertahan?" Tanya Ten pada Taeyong yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. Malam itu Ten berencana menghabiskan malam minggu di apartemen Taeyong.


Ten sedang sibuk dengan masakannya sedangkan Taeyong masih harus membereskan sedikit pekerjaannya agar ia dapat bersantai di hari minggu.


"Hmm... setidaknya dia bisa menunda pernikahan." Ten mendecih pelan mendengar jawaban yang dilontarkan Taeyong.


"Tunggu sampai dia memberimu undangan pernikahan." Taeyong mendelik mendengar sindiran sahabatnya itu.


Lalu hening keduanya kembali berkutat dengan pekerjaan masing-masing sampai dua puluh menit kemudian Taeyong melepas kacamata dan menutup laptopnya lalu membereskan kertas-kertas yang berserakan di meja.


"Aku sudah selesai Ten bagaimana denganmu?" Ujar Taeyong sembari berjalan ke area dapur dan menemukan Ten masih disibukkan dengan masakannya.


"Sebentar lagi siap kau tunggu saja di balkon." Taeyong mengangguk dan memeriksa belanjaan Ten. "Dimana wine nya?"


"Wine?" Ten menoleh kearahnya dengan alis yang diangkat sebelah, "I bought some champagne darling. Ada di kulkas." Ujar Ten dengan nada meledek.


"Wow kau tahu bagaimana cara menghabiskan uang."


"Yes I am." Respon Ten sembari mengedipkan sebelah matanya.


Setelah memeriksa kulkas ia menemukan dua botol mengkilat yang terlihat mencolok diantara botol-botol lain yang ada di kulkasnya. Pria itu mengambil satu botol champagne dan dua buah gelas lalu berjalan lebih dulu kearah balkon.


Suasana malam hari itu cukup damai, langit yang indah dengan taburan bintang yang terlihat cantik dan juga lampu-lampu yang menyala terlihat seperti kunang-kunang raksasa.


Sudah lama Taeyong tidak merasakan kedamaian seperti ini, bersantai dengan sahabat semasa mereka masih duduk di bangku kuliah.


Taeyong sangat bersyukur memiliki Ten sebagai sahabatnya. Pria itu hadir dimasa terpuruknya saat ditinggalkan oleh orang tua untuk selamanya karena kecelakaan mobil.


Dengan sifat yang lembut namun tegas, Ten sangat cocok dengan kepribadian Taeyong yang keras kepala dan sulit diatur. Mereka seolah direncanakan untuk bersatu di waktu yang tepat.


Drrtt.. Drrtt..


Suara telpon yang berbunyi menyadarkan Taeyong akan lamunan manisnya, dilirik layar ponsel tersebut yang menampilkan inisial seseorang yang akhir-akhir ini menjadi beban pikirannya.


J is calling...


Menekan tombol hijau Taeyong berdiri dari duduknya dan bersandar pada pagar pembatas balkon.


'halo'


"hmm?" Taeyong menjawab dengan gumaman.


'how's your date with Ten?'


"Fantastic."


'glad to hear that.'


"Ada apa?"


'eum.. begini besok aku harus menjemput Teresa dan ibunya di bandara dan juga sepertinya aku akan menetap beberapa hari di rumah orang tuaku mungkin sampai pertunangan dilakukan. Jadi untuk sementara waktu kita tidak bertemu dulu selain di kantor, tak apa kan?'


illicit affairs (jaeyong)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang