"SHOOT." Karina hampir saja mengumpat kala Winter dengan santainya keluar dari kelas.
Apa yang dilakukan gadis itu disekolah? Kenapa dia tidak pulang? Kenapa pula ia seolah tak tahu apapun? Apa yang membuat penasarannya memuncak? Apa yang dilakukan katak diatas meja guru?
Oke, yang terakhir bukan pertanyaan walau ia juga cukup penasaran tentang itu.
Tapi ini lebih penting.
"Kenapa Lo disini?"
Mengabaikan 101 pertanyaannya, Karina memilih bertanya seadanya sembari masuk ke dalam.
Winter kembali masuk setelah membuang sebungkus plastik berisi roti yang sudah dimasukkan ke perut.
"Kenapa Lo nanya?"
Karina menaikkan sebelah alisnya, "Kenapa Lo gak mau jawab?"
"Kenapa gue harus jawab?"
"Karena gue penasaran, monyet!"
Gadis bersifat dingin itu berpikir keras kala Karina mengambil tasnya dan duduk di sudut ruangan.
Sebegitu monyetkah dia?
Sehabis meletakkan tasnya disana, Karina kembali bangkit, menyenggol sedikit bahu milik Winter.
"Minggir Lo."
Yang disenggol tak terima, dan langsung menarik seragam milik Karina dari belakang.
Gadis itu berbalik menghadap Winter, begitu juga dengannya.
"Punya masalah sama gue?" Winter terlebih dahulu bertanya, mengabaikan aura gelap disekitar Karina.
"Well, punya. Lebih banyak dari yang Lo bayangin."
Tap.
Winter kembali mencegat tangan milik gadis tersebut, membuat kemarahannya semakin berpendar.
"Oh? Sebanyak apa?"
"Perlu gue jawab?"
Wajah Winter berubah, memberikan senyum kecil, dan kilas kejahilan tampak dimatanya.
"Apa tentang, mereka?"
Seketika semua memorinya terkumpul, tentang mereka yang disebut oleh Winter.
Karina tidak lagi melawan menyadari siapa yang Winter coba ingatkan. Padahal kata 'mereka' bisa merujuk pada siapapun.
"Haha, lucu."
Dalam sekali hentakan, Karina melepaskan tangannya dari genggaman Winter.
Ia berbalik dan berjalan namun sesuatu mendarat dengan mulus di punggungnya.
"Almet Lo. Tadi Yeji nitip."
Karina lanjut berjalan setelah mengambil jasnya, namun satu kalimat yang dilontarkan Winter selanjutnya membuat langkahnya kembali terhenti.
"Btw, thanks."
"Buat?"
Winter berjalan melewatinya dengan tas yang dijunjung di salah satu pundak.
"Benda ditangan Lo."
Karina menurunkan pandangannya, menatap benda halus yang masih bertengger indah ditangannya.
Benda ini, tadi pagi telah menemani Winter dalam tidurnya, sekaligus membuat gadis itu mengerti arti kehangatan.
Kelas terdiam sunyi. Tak ada yang berbicara, hanya angin serta sedikit suara berisik dari para petugas dibelakang sekolah.
Gadis dengan rambut hitam legam itu menjatuhkan diri ke lantai, menatap jas digenggamannya yang baru ia sadari menyimpan aroma tubuh Winter.
Benda itu ia peluk erat, begitu erat sampai ia sendiri tidak mampu merasakan tubuhnya.