part 5

299 50 12
                                    

Beberapa jam berlalu kini aku di perbolehkan untuk pulang, namun aku tidak akan kembali ke rumah ibu Ningsih karena Dani terus bersikeras memaksaku hingga akhirnya aku tinggal di rumahnya.

   Aku terdiam menatap keluarga Dani yang begitu baik serta ramah terhadapku berbeda dengan keluarga Ibu Ningsih yang entah mengapa mereka sangat tidak menyukai kehadiranku kecuali ibu Ningsih.

   Aku tersadarkan dari bayanganku, aku menatap keluarga Dani yang kini sudah duduk di meja makan, Dani langsung menarik tanganku untuk makan bersama dengan mereka.

     Canda tawa terdengar jelas di depanku, aku begitu iri terhadap keluarga Dani yang begitu harmonis berbeda sekali dengan keluargaku yang sering mengasingkanku di gudang, aku menangis tanpa suara. Entah mengapa air mataku mengalir begitu saja saat Dani yang begitu bahagia.

    Ya allah.. Atha juga ingin kayak Dani.. mengapa Dani begitu beruntung...

   Dadaku terasa sesak menahan tangis hingga Dani menatapku dengan senyum.
 
    Ia langsung merangkul tubuhku dan membantuku untuk makan.

"Buka mulut Atha!"ujar Dani langsung kuangguki dengan lemah.

    Aku menatap isi piring yang di pegang Dani untuk menyuapiniku.

   Makanan yang menurutku sangat jarang aku temukan.. makanan sisa adalah makanan pokokku untuk mengganjal perutku yang keroncongan.. namun ini sangat berbeda dengan rumah Dani.

    Selesai makan, Dani mengajakku ke kamarnya yang terlihat begitu luas dan mewah berbeda sekali dengan rumahku yang begitu kecil jika di sanding dengan rumah Dani yang begitu mewah.

"Tha?"

  Aku menengok dengan wajah bingung, Dani langsung memeluk tubuhku dengan air mata.

"Atha, Dani masih kepikiran tau soal soal Kafka.. kok dia tega banget ya sama kamu.. sumpah Dani pengen banget menjarain dia Tha!"keluh Dani membuat aku menggeleng.

   Aku mengambil buku dan pena dan menyerahkannya pada Dani.

   Aku mengambil buku dan pena dan menyerahkannya pada Dani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

   Dani itu terdiam dengan mata berkaca-kaca.. ia memeluk tubuhku erat hingga aku bisa merasakan isakan yang keluar dari mulutnya.

"D-da..ni... At..ha, eng.. gak pa..pa.. kok.."ujarku dengan terbata-bata hingga membuat Dani menangis.

"Tha, kamu bisa bicara!"tangis Dani yang terlihat terharu hingga membuatku mengangguk.

   Ia begitu menyayangiku seperti layaknya saudara sendiri, pagi harinya kamu berangkat menuju sekolah, walaupun hatiku tegang tapi aku mencoba menguatkan hatiku kembali yang hampir saja pupus harapan.

  Aku, Dani dan Dimas melangkahkan kaki kami menuju kelas dengan senyum mengembang diiringi gelak tawa dari mulut kami.

    Namun langkah kami terhenti ketika ada Kafka dan teman-temannya yang terlihat tidak berdosa padahal ia telah melakukan hal yang luar biasa.

mengapa aku dilahirkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang