part 7 pengakuan

210 38 4
                                    

      Dani memukul keras wajah Kafka hingga membuat Kafka tersungkur.

    Aku menatap mereka dengan wajah tak berdaya, pasalnya aku merasakan tubuhku yang mati rasa akibat darah yang keluar bebas melewati jari-jariku yang hilang.

     Dani langsung memeluk tubuhku dengan erat, ia menangis menyesal karena tidak mengantarku tadi.

"Maaf Tha, aku harusnya gak ninggalin kamu.."tangisnya membuatku terdiam sambil menatap orang-orang yang merundungku tadi sudah ikat dan di bawa ke pihak berwajib. Sementara aku dan Dani pergi ke rumah sakit.

    Aku lagi-lagi hanya bisa diam saat tatapan penuh penyesalan itu timbul di wajah keluarga Dani.

    Dani langsung memeluk tubuhku dengan erat sambil menangis tak henti-henti.

"Dani, udah sayang.. jangan nangis lagi"ujar Mama Dani namun di gelengkan oleh Dani.

   Aku perlahan mengelus rambut Dani dengan tanganku yang di balut perban tebal.

   Aku perlahan tersenyum paksa hingga membuat Dani terdiam.

"Atha, bisakah kamu jangan pernah ninggalin aku? Lihat kedua tanganmu terluka oleh para bajingan sialan itu. Aku gak bakal bisa maafin mereka Tha, mereka udah buat kamu cacat buat selamanya!!"keluh Dani membuatku terdiam.

   Ia langsung memelukku dengan erat hingga membuat kedua orang tua Dani terdiam dengan wajah khawatir.

"Dan, udah.. kasian Atha Dan"ujar Mama Dani sambil mengelus punggung putra semata wayangnya.

    Perlahan ia melepaskan pelukannya sambil menatapku.

"Kamu besok sekolah Dan, kamu sebaiknya pulang ke rumah. Biar Mama yang jagain Atha di rumah sakit."

"Tapi Ma..."

"Udah Dani, kamu harus istirahat di rumah" ujar Papa Dani sambil menepuk pundak Dani.

"Iya Pah, kamu jangan kemana-mana ya? Jangan pergi lagi oke? Papa sama Mama ada disini!"ujar Dani sambil menunjuk diriku.

   Aku hanya mengangguk pasrah sambil melihat kepergian sahabatku yang mulai menghilang dari pandanganku menyisakan kedua orang tua sahabatku yang menatapku dengan lekat.

   Tak ada pembicaraan yang mereka bicarakan hingga membuat suasana begitu canggung. Aku mencoba membaringkan tubuhku yang mulai terasa nyeri kembali.

   Aku menatap kedua tanganku yang terlihat di tutupi oleh perban putih dengan bercak merah.

"Masih sakit Tha?"tanya Papa Dani langsungku angguki lemah.

"Hmm... saya panggilin dokter dulu Ma, sebentar ya Tha"ujar Papa Dani langsung kuangguki.

    Keadaan menjadi hening kembali, aku berusaha untuk tidak peduli dengan kecanggungan antara aku dan Mama Dani. Aku kini paham mengapa Dani sama sekali tak peduli dengan keluarganya.

"Atha"panggil Mama Dani membuatku menengok.

"Em... saya mau bilang sama kamu, kamu jangan terlalu dekat dengan putra saya ya? Bukan karena saya tidak suka Atha tapi kamu harua tau ini semua saya lakukan agar kamu dan Dani tetap dalam kendali."

   Aku terdiam dengan raut wajah bingung, terkendali? Apa maksud semua itu?

   Mama Dani mengelus pipiku dengan lembut, ia melihat setiap setiap inci wajahku dengan seksama hingga membuatku salah tingkah.

"Kamu itu tampan Atha, saya tidak ingin anak saya merusak kamu Tha. Saya tau kamu tidak bisa bicara makanya saya mengatakan hal ini karena saya gak pengen kamu di manfaatkan putra saya"ujar Mama Dani semakin membuatku bingung.

   Mengapa ini begitu rumit apa maksud dari melindungi ini sebenarnya? Gumamku dalam hati.

   Aku langsung mengambil pena dan menulis sebisaku, aku begitu bertanya-tanya ada apa ini.

"Atha, kamu gak ngerasa beda sayang? Dani ketika menatapmu?"tanya Mama Dani semakin membuatku tambah bingung.

"Huft.. kamu ini benar-benar lola ya? hmmm... Atha, Dani itu gak normal Atha. Dia penyuka laki-laki"ujar Mama Dani membuatku membulatkan mata.

    Aku meneguk ludah dengan susah payah entah mengapa perkataan itu membuat hatiku sesak. Pantas saja ia sering memelukku erat dan kadang ngelindur jika ia tertidur menyebut namaku.wm

    Aku meneteskan air mataku saat pengakuan itu, aku menunduk perlahan dengan bibir bergetar.. rasanya aku ingin mati saja, jika aku tau akan begini aku lebih baik untuk tinggal di jalanan ketimbang di rumah sahabatku...

   Namun apa daya semua itu sudah terlambat, aku harus tetap menjalani hidupku ini yang penuh dengan cobaan dan rintangan.

   Lelah? Ya, aku sangat lelah.. garis takdirku sangat rumit seperti ini.. ya Allah tolong Atha.. Atha capek ya Allah...

    Ya Allah.. Atha pengen hidup normal tanpa ada beban yang rumit... ampuni dosa-dosa Atha, keluarga Atha dan orang-orang yang jahatin Atha..

    Aaminn...

    Aku merasa aku sendirian tanpa tujuan, aku terhempas tanpa ada pangkuan yang melindungi diriku dari tubuh ringkih dan cacat ini, aku hanya berharap ini berakhir dengan indah layaknya cerita negri dongeng.

    Aku menatap cahaya di tengah kegelapan hidupku yang suram, hanya menangis tanpa suara yah.. hanya itulah yang kubisa.

   Emang aku bisa bicara? Haha.. tidak kan? Hmm.. Atha hanya bisa menangis dan bicara gagu?

   Mengapa orang harus mengasihaniku? Bukankah aku pantas untuk di buly dan di lecehkan?

   Atha si bisu memang pantas menyerahkan? Buat apa Atha bertahan tanpa ada belas kasihan? Sekali pun ada malah nyeleweng?

   Berharap apalagi terhadap tuhan?

***

    

   

mengapa aku dilahirkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang