Pulang? Pulang.

477 18 0
                                    


"Abang Taufan hamil, Solar" begitulah isi pesan tersebut, Halilintar sempat melihat pesan tersebut dan tak dapat dipungkiri ia terkejut setengah mati. Itu berarti jarak kelahiran anaknya dan anak Taufan nanti hanya berbeda sedikit atau bahkan sama.

"Shit."
Solar menggeram rendah, ketara dia sedang menahan amarah. Namun Halilintar menenangkannya,
"Aku tau abang dah tengok massage tu, tapi jom lah balik. Blaze, Ice ngan Duri cari kite, diorang pergi ke hutan juga"

Halilintar menghela nafas lalu mengangguk, "baikah, tapi aku minta waktu sampai besok. Jika aku besok tidak pulang ke rumah, kau berhak kembali ke sini atau marah padaku. Aku masih ingin menenangkan diri disini" ucap Halilintar

"Kalau begitu izinkan aku disini bersamamu!" ucap Solar

Hali menggeleng, "tak, macam mane ngan Blaze, Ice dan Duri? Baik kau balik je Solar, temui diorang dan bawa diorang pulang"

"Tak." Solar menjawab dengan sangat singkat, "lagipun diorang dah nak sampai, buat ape nak suruh diorang balik?" Solar tersenyum miring lalu masuk kedalam goa bersama Halilintar






Mereka berdua duduk dan berbicara ringan, agak aneh memang melihat yang awalnya tidak pernah akur menjadi akur.

Tak lama terdengar sebuah suara yang memanggil nama Solar,
"Solarr!!" panggil Duri dan Blaze, Ice hanya diam dia malas bersuara katanya.

Yang dipanggil pun keluar dari goa dan melambai, "korang! aku kat sini!" teriak Solar. Mereka bertiga pun bergegas menghampiri Solar

"Kau nih, puas kitorang cari kau tau tak!" ucap Blaze

"Dah jangan nak ribut, jom masuk kat goa ni" ajak Solar yang menyalakan Bola Cahaya-nya untuk menerangi goa tersebut.

Solar meletakkan Bola Cahaya itu di sebuah gantungan, dan mereka baru sadar bukan hanya mereka berempat disana




"Hai korang" sapa Halilintar

Mereka menoleh bersamaan dan Duri langsung memeluk Halilintar dengan sangat erat
"ABANG HALII!!" teriaknya

"Adoyy.. haha, halo Duri"

"Huwaaa, abang kenape tinggalkan Duri?!"

"Maafkan abang ye, Duri. Abang tak sanggup kat sana lagi, abang sakit hati.." ungkap Halilintar dengan jujur sembari menunduk, "ditambah sekarang Taufan tengah mengandung anak Gempa juga"

Mereka terdiam, tidak ada yang bisa membalas perkataan Halilintar, mereka tau Halilintar saat ini sedang sedih namun mereka tidak punya cara yang ampuh untuk mengatasi itu.

"Dahlah, jom kita tidur? Dah malam ni" ajak Halilintar sembari tersenyum, yang disenyumi langsung terpesona dan mengangguk patuh. Mereka mengambil posisi masing-masing lalu tidur.

Siapa sangka disaat semua adiknya sudah tertidur dirinya masih saja terjaga? Siapa lagi kalau bukan Halilintar si tertua dari 7 bersaudara?

Lirik lagu yang dulu sering ia putar kini terngiang dikepalanya,

"So say we'll be always, always
Say it will be you and me 'til the old days
Let us be always, always..
Through the highs and the lows, we'll be always."

"Kau menipuku, Gempanattara. Aku ingin membencimu tapi aku tak bisa.." gumam Halilintar. "mana janjimu, Gemmy? Mana janji yang telah kita buat bersama? Kemana perginya semua kenangan dan janji itu? Apakah memang benar orang lama akan kalah dengan orang baru?" lanjutnya dengan sendu sembari menatap langit malam.

Hal ini rupanya membuat salah seorang dari mereka terbangun, Solar. Solar terbangun lalu menghampiri Halilintar dan duduk disampingnya, Hali tidak tau karna sudah hanyut dalam pikirannya sendiri.

"Bagaimana aku akan menjelaskan pada anak ini nanti? Jika ia bertanya siapa ayah ibunya aku harus jawab apa? Ku dengar Taufan tengah mengandung anakmu juga? Ku harap anak kalian baik-baik saja dan tampan seperti kedua orangtuanya" ucap Halilintar. Lalu sesaat kemudian dia merasakan ada sebuah tangan yang melingkar dan memeluknya

"Kau takyah risau soal anak tu, biar aku yang tanggungjawab dan urus anak tu"

Halilintar tersentak terkejut lalu menoleh kebelakang, dilihatnya kini Solar sedang memeluknya. Halilintar terdiam sejenak lalu berbalik dan membalas pelukan Solar.

"Kau tak perlu pikirkan tentang tu, Solar. Dan kau tak perlu tanggungjawab karena bukan kau yang melakukannya" ujar Hali dengan pelan. Solar menggeleng lalu tersenyum

"Takpe, lagipun aku nak lindungi kau" ucap Solar sembari menatap kedua manik ruby dihadapannya. Yang di tatap membalas tatapan dari dua iris silver yang tersembunyi dibalik kacamata visor yang Solar kenakan, sedetik kemudian dirasakannya benda lembut menyapa bibirnya.

Terkejut dan berusaha melepaskan diri, tapi tenaganya kalah telak dari tenaga Solar, biar bagaimanapun Hali benar-benar sudah lelah karena terlalu banyak kegiatan yang dia lakukan hari ini. Hali hanya diam dan memejamkan matanya, dibiarkannya Solar mencium bibirnya. Hanya sebentar, lalu Solar melepaskan ciumannya. Ia lalu beralih mengecup kening Halilintar yang membuat si empunya memerah merona.

"Dah, jom kite tidur" ajak Solar yang diangguki Halilintar. Mereka berdua pun akhirnya beranjak untuk tidur dengan posisi Solar yang memeluk Halilintar dan Halilintar yang memeluk Duri. Sepertinya, Duri adalah adik kesayangan Halilintar, haha.






Esok paginya mereka berlima bersiap untuk kembali ke rumah. Membereskan tempat yang jadi rumah singgah mereka lalu setelahnya mereka berjalan untuk kembali ke rumah.

"Hali, kalau kau penat cakap je ngan aku, biar aku gendong kau" tawar Solar ditengah-tengah perjalanan mereka.

"Alah, tak jauh lagipun. Mana ada penat" balas Halilintar sembari tersenyum kecil





Sesampainya mereka di rumah, Gempa dan Taufan rupanya sudah bersiap menyambut mereka di pintu.

"Hali, maaf atas kejadian waktu tu" ucap Gempa

"Takyah minta maaf, aku takpe. Bahagia ngan Taufan ye? Anggap anak ni bukan anak kau." balas Halilintar, ia sedikit tersenyum miring saat melihat Gempa. Halilintar dan yang lain pun masuk kedalam rumah.

Kalau menurut kalian mereka sudah berbaikan hari itu, kalian salah. Nyatanya mereka juga butuh waktu untuk mengembalikan keadaan dan selama itu pula Solar mencoba mendekati Halilintar meskipun Halilintar terkadang menolak untuk di dekati Solar. Bukannya apa, tetapi Halilintar hanya merasa ia tak pantas untuk Solar. Solar tidak pernah melakukan hal seperti yang pernah ia lakukan dulu, dan masa iya Solar harus menerima dia dengan segala kekurangan dan ketakutannya?

Butuh waktu sekitar 4 bulan untuk mereka kembali bersama-sama seperti dulu, Halilintar juga sudah berdamai dengan keadaan meskipun terkadang dia masih merasa sakit melihat Gempa dan Taufan bermesraan di depannya.

𝙰𝚕𝚠𝚊𝚢𝚜? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang