04

35 4 5
                                    


Disinilah Riley berada sekarang, di sebuah ruangan mewah yang hanya diisi satu meja panjang beserta kursi kursi yang mengelilingi meja itu. Namun sayangnya dari sekian banyak kursi yang ada disana hanya ada dua yang terisi. Malang sekali nasib mereka.

Di meja itu, banyak aneka makanan mewah khas kerajaan Athenous. Namun malang sekali nasib mereka karena setelah 30 menit yang lalu dihidangkan jumlah mereka masih tetap sama saja, alias tidak tersentuh. Dilain sisi, ada sesosok manusia yang sedari tadi menahan laparnya karena menunggu wanita di depannya makan.

Salah satu etika kerajaan Athenous adalah orang yang pangkatnya rendah tidak boleh makan terlebih dahulu sebelum yang berpangkat tinggi makan. Jadi sedari tadi Riley hanya diam saja sambil menunggu Duchess mengangkat sendoknya.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu oleh Riley terjadi juga, Duchess mulai menyendok hidangan di piringnya. Namun sebelum makanan itu masuk kemulutnya Duchess menghela nafas lalu menurunkan kembali sendoknya. Riley yang melihat itu merasa frustasi padahal tinggal sedikit lagi cacing cacing diperutnya akan mendapat makanan, mereka sudah mendemo sedari tadi.

"Riley, Ibu tahu kau kehilangan ingatanmu, akan tetapi Ibu harus tetap memberitahu mu tentang hal ini. Ingat, apapun yang terjadi jangan sampai mengusik putra mahkota beserta tunangannya!" Duchess berucap penuh penekanan.

"Memang sebelumnya aku pernah mengusik mereka bu?" Riley memainkan perannya, karena yang Duchess tahu dirinya adalah Riley namun tengah hilang ingatan. Duchess mengangguk.

"Iya, maka dari itu. Jika suatu saat nanti ingatanmu kembali jangan mengusik mereka lagi ya nak."

"Untuk sekarang aku akan setuju, tapi aku tidak tahu nanti." Jawab Riley, yah lagi lagi ia memerankan perannya dengan baik. Menjadi Riley yang selalu menjunjung tinggi harga dirinya sehingga pantang menyetujui ucapan siapapun.

Duchess kembali menghela nafas lalu mengurut keningnya seolah lelah dengan sifat keras kepala Riley. Kemudian beranjak dari duduknya, pergi dari hadapan Riley yang tengah kegirangan sekarang karena bisa makan sepuasnya.

Setelah merasa kekenyangan akhirnya Riley beranjak dari sana menuju kamarnya sendiri. Namun kali ini ia berjalan memutar agar perutnya sedikit lebih baik.

Riley melewati sebuah lorong yang terhubung dengan lorong asrama kesatria. Karena sudah agak malam, yah mungkin sekitar jam setengah sebelas malam jadi disana cukup sepi karena para kesatria sedang berkeliling disekitar gerbang depan dan belakang kastil ini untuk mencegah adanya penyusup.

Setelah melewati lorong itu, Riley berjalan dijalan setapak belakang asrama yang dikelilingi oleh pohon cemara. Baru beberapa langkah ia berjalan ia mendengar suara seseorang yang tengah batuk.

"Uhuk uhuk.." suara itu terdengar dari balik pohon, tiga langkah didepannya. Karena penasaran Riley mengintip saja, malam ini cukup gelap jadi ia hanya melihat siluet orang itu saja.

Didepannya terpisah oleh sebuah pohon, Riley melihat seseorang yang terlihat sedang sekarat karena dari belakang saja orang itu tampak menyender ke batang pohon dengan lemas. Riley memutuskan untuk menghampirinya setelah ia melihat orang itu kembali batuk dan mengeluarkan darah.

Saat sampai didepannya orang itu sudah tak sadarkan diri, Riley pun panik dibuatnya. Tapi tunggu, warna kulitnya berbeda! Dia coklat! Berarti dia orang Timur itu. Mengapa ia ada disini? Bukankah seharusnya ia masih beristirahat? Riley bertanya tanya.

Sebetulnya Riley ingin menggotong orang itu, namun karena tidak kuat ia memutuskan untuk membangunkannya karena disituasi ini sangat tidak memungkinkan untuk mencari bantuan. Karena jarang sekali ada pelayan ataupun kesatria yang melewati tempat itu.

Im Not a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang