06

24 3 5
                                    

Riley POV

Tak terasa seminggu sudah berlalu, selama seminggu ini pula aku belajar menguasai sihirku serta belajar bela diri diam diam dengan Elren. Walaupun sampai sekarang aku masih belum bisa its okeh, aku akan berjuang. Maklum dulunya tuh mager banget orangnya, jadi apa apa gabisa.

Heran deh dari sekian banyak bukan beban keluarga diluar sana, kenapa aku yang hanya beban ini yang dipilih masuk dunia ini!? Padahal masih mau males malesan. Seenggaknya masuk sini tapi ga disuruh jadi pahlawan juga lah, misal jadi pengangguran kaya raya gitu. Atau ngga jualan apa kek, makanan atau apa gitu.

Hmm tiba tiba pengen usaha seblak disini. Boleh juga tuh, tapi ntar ajalah habis nolong tokoh utama.

Selalu seperti ini, aku berlatih dengan Elren sebelum matahari terbit mungkin sekitar pukul tiga pagi dan akan menyudahinya saat matahari sudah terbit karena aktivitas penghuni disini dimulai saat itu. Kami berlatih di tempat aku menemukan Elren terluka dulu, karena disanalah tempat yang jarang didatangi oleh para pelayan maupun kesatria.

Hal yang paling bikin aku malas itu pas menyelinap keluar kamar diam diam, di depan pintu kamarku selalu ada sekitar dua orang kesatria yang menjaga di kanan dan kiri pintu. Jadilah aku tidak pernah pergi lewat pintu, aku selalu lewat balkon dengan bermodalkan tali tambang yang kuambil diam diam di gudang. Untungnya letak kamarku tak begitu tinggi hanya di lantai dua, kalau di lantai yang lebih atas mungkin aku mengurungkan niat untuk berlatih karena aku takut ketinggian.

Setelah loncat tanpa membuat suara di tanah, aku berjalan mengendap-endap menuju tempat biasa kami berlatih. Walaupun disekeliling tampak gelap karena tak disinari cahaya bulan, untungnya aku sudah berlatih sihir melihat dalam gelap supaya tidak menabrak pohon disekeliling tempat ini.

Saat aku hampir sampai di tempat latihanku, aku melihat bayangan hitam melesat melewatiku. Aku terkesiap, apa itu tadi? Hantu kah? Ah masa di dunia ini ada hantu. Ehh tapi bisa saja kan, duh jadi merinding. Aku pun mempercepat jalanku sambil menatap sekitar dengan was was, siapa tahu yang tadi itu perampok kan.

Tapi hingga aku sampai di tempat latihanku, aku tak melihat bayangan itu lagi. Memutuskan untuk tidak terlalu memikirkan, aku pun menghampiri Elren yang tengah bersandar di salah satu pohon namun kemudian berdiri dan menundukkan kepalanya hormat. Yah seperti biasa, dia selalu seperti itu padahal aku tidak masalah jika ia tak menundukkan kepalanya saat melihatku.

"Nah, Nona latihan hari ini adalah belajar menyerang menggunakan senjata. Sebaiknya kita memulai dengan senjata yang paling mudah didapat yaitu.. pisau dapur. Salah satu alasan saya melatih nona menggunakan pisau dapur adalah alat ini mudah di dapat serta tidak begitu berat hingga mudah dibawa kemana-mana." Ujarnya sambil tersenyum, halah walaupun alasannya melatihku menggunakan pisau dapur tidak sepenuhnya salah, tapi aku tahu kalau ia sebenarnya malas mencari pedang ataupun senjata lain di gudang senjata.

Aku sih ngikut guru aja, jadi tanpa banyak protes aku menerima pisau yang ia sodorkan.

"Jadi aku akan menyerang apa kali ini?" Tanyaku sambil melihat sekitar, karena selain pisau digenggamanku tak ada tanda tanda ia membawa boneka jerami yang biasanya kugunakan berlatih. Kalau tak menggunakan itu biasanya ia menyuruhku menyerang pohon terdekat.

"Diriku." Hahh dia serius kan? Masa aku yang newbie ini disuruh nyerang pro kayak dia.

"Nona harus mencoba menyerang manusia asli, namun karena saya yang melatih nona ini juga manusia jadinya seranglah saya." Hahh apa apaan ucapannya itu, membingungkan sekali. Tapi yasudahlah tak apa kalau aku menyerangnya, pasti dia tidak akan serius menyerangku kan?

Okeyy aku salah, ternyata dia serius menyerangku. Elren mengeluarkan pisau dari balik punggungnya, lalu mulai menebas kearahku. Aku pun sebisa mungkin menghindar dan menghindar lagi karena aku tak memiliki kesempatan untuk menyerang balik.

"Nona tidak boleh terus terusan menghindar dari musuh, sebisa mungkin cobalah untuk menyerangnya juga." Ini aku juga sedang mencoba tauu!

Aku memberengut kesal kearahnya. Lalu mulai mengayunkan pisau ditanganku, sebisa mungkin aku mencoba untuk mengenai lengannya yang juga sedang mengincarku. Namun ia berhasil menghindar kemudian menjegal kaki ku, aku pun ambruk dengan lututnya menindih punggungku. Yah memang tidak mungkin kan aku bisa mengalahkannya, tapi ya kalau kalah secepat ini namanya juga memalukan.

Aku pun berdiri dengan sekuat tenagaku agar Elren oleng, dan ya itu berhasil. Tak memberinya kesempatan untuk terkejut, aku pun menendang rusuknya. Yah walaupun aku tahu pasti dia tak akan merasa sakit dengan tendangan payah itu.

Tak tinggal diam, Elren pun melakukan serangan balasan dengan pukulan yang cepat namun beraturan. selain memukul dia juga mengayunkan pisaunya, hahh hampir saja pisau itu mengenaiku tapi tak apa aku bisa mengindarinya. Aku
menghindari serangannya yang mencoba memukulku dari arah kanan, namun sial itu hanya tipuan.

"Akhh!" ringisku karena dia menendang punggungku, aku pun terjatuh ke tanah dengan suara berdebum yang cukup keras.

"Aku menyerahh.." ujarku masih dengan posisi tengkurap di tanah, sungguh aku capek sekali ingin tidur rasanya.

"Baiklah mungkin kita sudahi dulu latihan hari ini, saran saya mungkin nona harus meminta izin dari Duchess agar bisa berlatih dengan guru yang lebih baik daripada saya. Agar nona bisa berlatih dengan efisien dan juga dengan waktu yang tidak terbatas seperti saat ini." Ujarnya, tapi mana mungkin aku berani meminta izin.

Mungkin kapan kapan aku akan mencobanya,, tapi kalau dilatih orang selain dia mungkin aku akan menjalani pelatihan yang lebih berat daripada ini.

Aku pun bangkit berdiri, sambil menatap matahari yang mulai terbit. Sebentar lagi para pelayan akan memulai aktivitasnya masing masing salah satunya adalah membangunkan ku, jadi sebaiknya aku segera kembali.

"Maaf nona sepertinya saya harus segera pergi, hari ini kami akan berlatih pagi pagi sekali. Saya permisi" Elren berujar lalu kemudian melesat pergi setelah aku mengangguk.

Saat akan kembali ke kamarku, aku harus berhati hati karena terkadang ada beberapa pelayan yang berlalu lalang dari dapur menuju ke gudang untuk mengambil bahan makanan. Karena jika ingin ke gudang mereka harus melewati jalan ini, maka aku harus cepat cepat berjalan pergi dari tempat ini.

Sampailah aku di bawah balkon kamarku, aku kemudian memanjat menggunakan tali tambang yang kubuat turun tadi. Tak lupa juga mengambilnya kembali agar tidak ketahuan. Dan tepat saat aku menghempaskan diri ke kasur, kemudian menyelimuti diriku oh jangan lupa dengan akting pura pura tidurku yang selama ini menipu pelayanku.

Aku mendengar suara pintu terbuka, gorden yang disibak hingga cahaya menyilaukan mengusikku yang tengah memejam.

"Nonaa.. ini sudah waktunya anda bangun." Ujar Helen pelayan yang telah mengasuh Riley sejak kecil, setelah Riley beranjak dewasa ia hanya bertugas membangunkannya serta menyiapkan air mandi untuk Riley sambil bertugas di dapur.

Helen sangat menyayangi Riley seperti anaknya sendiri, bagaimana ya jika beliau tahu bahwa sekarang ini yang sedang berhadapan dengannya hanyalah Riley kw? Hmmm ntahlah aku tak bisa menebak.

==================

Hayy readers🖐️

Sekedar inpo, cerita ini gaada jadwal update nya yak- jadi maaf banget nih update nya sesuai mood dan kesibukan author di real life🤗






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Im Not a VillainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang