Lima

1.3K 105 2
                                    

"Abang!" seru Stella semangat sambil memeluk leher Calvin.

Setelah seruan itu, kini di ruangan itu hanya ada keheningan. Stella juga bisa merasakan jika tubuh Calvin menegang. Mungkin dia terkejut pikir Stella.

Teman-teman Calvin pun mengalihkan pandangannya pada Stella, begitu juga Calvin yang mendongakan kepalanya ke atas untuk melihat Stella.

Stella bisa melihat jika mata Calvin sudah berkaca-kaca, dan itu membuatnya panik. Dia pun segera melepaskan pelukannya pada leher Calvin, dan berjalan menuju tempat duduk di sebelah Calvin, dan duduk disana.

"Eh eh eh abang kenapa? Stella ngagetin abang yah maaf." ucap Stella sambil menunduk dan memainkan jari-jarinya.

Dan itu terlihat lucu di mata mereka. Mereka bahkan tidak mengalihkan pandangannya dari Stella.

Melihat Stella seperti itu, Calvin segera memeluk sang adik dengan erat, sesekali dia mencium kening Stella.

Stella yang diperlakukan seperti itu, tentu merasa sangat nyaman. Dia baru merasakan kasih sayang seorang saudara. Di kehidupan dulu dia hanya sendiri, meskipun ada orangtua tapi mereka tidak memperdulikannya.

Setelah puas berpelukan, mereka pun segera melepaskan pelukannya.

"Kamu kenapa ngak bilang sama abang kalau mau pulang hari ini? Kalau abang tau kan abang bisa jemput kamu di bandara." ucap Calvin.

"Hehehe aku kan mau kasih kejutan buat abang." ucap Stella sambil cengengesan.

"Ada-ada aja kamu ini." kekeh Calvin sambil mencubit pelan hidung Stella.

"Oh iyah, gimana keadaan kamu sekarang? Udah lebih baik kan?" tanya Calvin.

"Aku udah sehat kok abang, makanya aku bisa pulang." jawab Stella.

"Abang kangen ngak sama aku?" tanya Stella.

"Kangen dong,,,, siapa yang ngak akan kangen sama adik abang yang cantik dan manis ini." jawab Calvin sambil terkekeh.

"Hehehe iyah dong harus."

"Ekhemm!" batuk Revan dan itu membuat kedua saudara itu mengalihkan pandangannya pada Revan.

"Hehehe, kita kok ngak di anggap sih? Emang kita nyamuk apa?" kesal Revan.

"Tau lo Vin, mentang-mentang ada adek lo kita diabaikan." seru Rendy.

"Ya sorry..." ucap Calvin santai dan mendapatkan dengusan sebal dari keduanya.

"Neng Stella udah sembuh?" tanya Revan genit.

"Neng Stella makin cantik aja." goda Rendy..

"Kalian berdua jangan godain pacar gue dong." sahut Evan.

"Jangan godain adek gue!" kesal Calvin.

"Ngak papa kali, orang Stella aja diem aja tuh." ucap Revan.

Mendengar jawaban Revan, Calvin hanya mendengus sebal. Mereka terus saja berdebat membuat ruangan itu semakin ramai.

Sedangkan Stella sedang gugup saat ini. Tadi dia tidak terlalu memikirkan kehadiran teman-teman Calvin, yang ada di pikirannya hanya ingin segera memeluk Calvin. Apalagi ditambah dengan seorang pria, yang menjadi teman Calvin sedang menatapnya dengan intens, itu membuatnya semakin gugup.

"Neng Stella kenapa diam aja dari tadi?"tanya Revan.

"Iyah, daritadi kenapa diam aja, perasaan tadi sama Calvin bawel deh." heran Rendy.

Sekarang di ruangan itu hanya ada keheningan, tidak seperti tadi yang dipenuhi celotehan Calvin dan teman-temannya. Kecuali seorang pria yang sedari tadi menatapnya intens.

Sekarang semua tatapan mengarah pada Stella, Dan itu semakin membuatnya gugup. Stella semakin menunduk sambil meremas tangannya sendiri tanda dia sedang gugup.

Sebuah usapan di rambutnya membuat Stella mendongakan kepalanya. Bisa dia lihat jika abangnya sedang menatapnya sambil tersenyum. Melihatnya, Stella pun menjadi tersenyum juga.

"Stella amnesia, dia ngak bakal inget sama kalian." jelas Calvin.

Pernyataan Calvin tentu saja membuat teman-temannya kaget. Mereka kembali menatap Stella yang kini juga tengah menatap mereka dengan senyuman manisnya.

"Jadi neng Stella amnesia yah? Jadi ngak inget sama aa dong?" tanya Revan dengan ekspresi sedihnya, dan Stella menjawabnya dengan anggukan.

"Ngak papa kita bisa kenalan lagi kok." ucap Rendy.

"Iyah kita kenalan lagi aja." sahut Evan.

"Kalau gitu gue duluan!  Nama gue Revan bintang Syaputra."

"Nama gue Rendy Putra Firmansyah."

"Gue Evander Joseph."

Semua teman-teman Calvin yang ada di sana sudah menalkan diri mereka pada Stella, kecuali satu orang yang sedari tadi menatap Stella dengan intens, tidak lupa dengan wajah datarnya.

"Bos, lo ngak mau ngenalin diri lo gitu?" tanya Revan.

"Hooh bos."

"Jangan sok-sokan datar deh itu muka. Padahal waktu ngak ada,terus liatin fotonya" ucap Evan keceplosan dan langsung ditatap tajam oleh orang itu, Adelard.

Sementara Calvin dan Stella hanya memasang wajah bingung, lalu saling pandang, dan mengangkat bahu acuh.

"Adelard Alexander." ucap Adelard dengan wajah datarnya, dan itu membuat teman-temannya mendelik kesal.

Stella sempat kaget mendengar nama Adelard, karena itu berarti dia adalah pemeran utama laki-laki. Dan dia juga baru sadar jika Calvin adalah salah satu figuran juga sama sepertinya.

"Emmm kalau aku-" belum sempat ia memperkenalkan diri, ucapannya sudah dipotong oleh Revan, tapi mendengar apa yang diucapkan Revan membuatnya tersenyum.

"Stella Kirania Prasetya." potong Revan.

"Lo ngak perlu ngenalin diri lo, kita semua disini udah tahu kok lo siapa." ucapEvan tersenyum.

"Hehehe syukurlah kalau begitu. Maaf kalau aku ngak inget sama kalian."

"Ngak papa yang penting lo udah sehat sekarang." ucap Revan.

Bersambung...

TRANSMIGRASI FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang