PRAN BAGIAN 3

195 23 0
                                    

"Oh, aku memang ingin bicara tentang ini."

Ucapku datar sambil mengaduk bubur instan setelah menuang air panas ke bubur kering di mangkok. Lelaki itu, sedang mengupas telur untuk dimakan, mengangkat alisnya ke arahku.

"Tentang?" Pertanyaan singkat dan tidak lengkap itu membuat alis ku berkedut.

"Mengapa kamu muncul lagi disini pagi-pagi sekali? Apakah kamu tidak merasa cukup sudah mengganggu ku tadi malam? Aku pasti gagal *melakukan kebaikan dengan benar bulan ini karena aku terus-menerus dihantui oleh roh jahat."

Note* yang ini pembahasannya lumayan menarik, jadi di engglish version nya Pran bilang kalo dia gagal merit-making bulan ini, dimana merit-making ini sendiri berhubungan dengan ajaran agama Buddha, ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan kehidupan yang bahagia dan damai, atau intinya ini adalah ajaran untuk melakukan perbuatan baik sehingga mendapatkan karma yg baik (ini sepemahaman aku ya, kalo salah mohon dikoreksi)

"Mungkin karna kamu tidak memiliki cukup kebaikan."

"Itu tidak akan pernah cukup dibandingkan semua dosaku. Dan satu lagi, memangnya kamu tidak punya makanan di tempatmu? Itukah sebabnya kamu selalu datang ke sini untuk mencuri milikku?"

"Par pergi lebih awal untuk menyerahkan pekerjaan rumahnya. Ada sepotong roti tapi tidak ada susu kental manis. Aku benci selai."

"Apakah aku perlu tahu itu?"

"Siapa tahu Kamu ingin selalu menyimpannya." (Kayanya di ngomongin susu kental manisnya deh)

Bocah tak tahu malu itu menjawab, menggelikan, dan menyendok sesendok bubur kental ke dalam mulutnya. Aku meringis saat melihat beberapa gumpalan yang tidak larut di sendok.

"Apakah kamu memang benar-benar idiot sehingga kamu tidak bisa mengaduk bubur dengan benar?"

"Huh, kamu mengamatiku. Apakah kamu tertarik padaku?"

"Aku kasihan padamu."

"Adopsi aku, kalau begitu."

"Ga, ga bisa."

"Tuan Pran pasti bisa menafkahi pat kecil yg malang ini."

"Kasihan, Pat kecil dengan mulut besar yang aneh."

Melihat senyum puas terbentuk di wajahnya bahkan ketika dia dihina, aku benar" putus asa. Aku mengalihkan pandangan dari wajahnya dan menghabiskan bubur panasku.

-

"Berapa kali aku harus menyuruhmu untuk membersikan setelah menggunakan sesuatu?" Sial, aku pergi untuk buang air kecil sebentar, dan sekarang aku merasa kesal lagi. "Kamu bahkan menaruh mangkuk di wastafel tanpa membilasnya."

"Sebagai seorang yang cerewet, kau nomor dua setelah adikku."

"Cuci mangkuk kotor itu sendiri."

Pat menanggapi dengan seringai. Jenis seringai yang membuatku mengerutkan kening setiap saat. Ekspresinya yang menjengkelkan benar-benar membuatku kesal. Aku berhenti berbicara dengan orang bodoh itu dan mengalihkan perhatian ku ke mangkuk yang kotor. Aku bertanya-tanya bagaimana dia dibesarkan menjadi seseorang yang menjijikkan seperti ini. Dia mungkin akan pergi tepat setelah perutnya terisi. Dan saudara perempuannya juga harus merawatnya di apartemen mereka.

Aku memelototinya, yang juga balas menatapku, melihat rambutnya yang diikat membuatku semakin frustasi. Tidak bisakah dia memotongnya saja? Itu menggangguku sama seperti keberadaannya.

"Kau akan cepat tua jika cemberut seperti itu."

"Dan kamu mungkin tidak akan pernah menjadi tua sama sekali."

Bad Buddy The Series ( Behind The Scene by After day ) Terjemahan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang