Seseorang mengatakan kepada ku bahwa tidak ada rahasia di dunia ini. Saat rahasia itu diketahui oleh lebih dari dua orang, maka itu bukan lagi rahasia. Aku tidak suka memiliki rahasia, aku tidak pernahmerasa senang menyembunyikan sesuatu. Itu hanya akan menyebabkan masalah terus menerus.Meskipun begitu. Aku punya satu rahasia ini sejak aku lahir. Ini adalah rahasia yang diketahui oleh lebih dari dua orang. sebuah rahasia yang tidak sengaja terjadi, dan saat ini masih menjadi rahasia yang aku coba sembunyikan sebaik mungkin.
Mungkin itu karna aku takut... dimana jika rahasia itu bukan lagi rahasia... sesuatu akan hilang.
"Pran! Awas!" FWIP! GEDEBUK!
Wai berteriak dari belakang dan aku mengelak melalui insting. Pria lain menerjang melewati tempat aku berdiri dan jatuh ke tanah, meleset dari sasarannya.
Pria itu menoleh dan cemberut padaku sebelum melompat bangkit. Tangannya yang terkepal terangkat, siap mematahkan rahangku. Aku mengambil kesempatan untuk membungkuk, memiringkan kepalaku menghindari serangannya, dan memukul tepat di bawah dagunya.
Aku terengah-engah dan mundur selangkah, kehilangan cukup energi dengan gerakan barusan.
"Kau!" GEDEBUK!
"Ugh!"
"Pran!"
Butuh waktu lama untuk menyadarkan diri, aku diserang dari belakang, ditendang oleh seseorang di belakang, diikuti dengan pukulan di mulut. Aku jatuh dan tersungkur kesakitan akibat benturan antara lenganku dan tanah beton.
Melirik ke atas, Aku melihat Wai mencoba menahan mahasiswa teknik itu dengan menendang mereka. Aku meludahkan sedikit darah, menyeka cairan itu di sudut mulutku dengan sembarangan, dan mencoba berdiri dengan bantuan temanku.
"Wai, bantu Ke dulu!" Aku berkata padanya dan memberi isyarat untuk langsung menemui teman kami yang sedang dipukuli oleh dua orang. Wai mengangguk dan memukul salah satu musuh di perutnya, lalu dia berjalan ke sana dengan kakinya yang panjang.
Meskipun aku mengatakan itu, aku bahkan hampir tidak bisa menelan air liurku ke tenggorokan ku sekarang karena aku harus berhadapan dengan tiga anjing yang memamerkan taring mereka.
Pada saat seperti ini, di mana anak-anak yang memulai semua masalah ini?!
"Apa- Apaan? Ternyata orang kayak Pran Parakul bisa pucat juga?" Salah satu dari mereka bertanya padaku dengan cara yang menjengkelkan. Dia bergerak mendekatiku, dengan sebuah seringai di sudut bibirnya, memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Aku mengerutkan (alis) dan menyipitkan mataku seolah bertanya, " Apaan sih yang kau inginkan?"
"Apakah kamu sekarang jadi kaku?"
Hah, Aku menyeringai dan mengejek. POW!
Aku melemparkan tinjuku ke pipinya tanpa peringatan. Wajahnya tersentak mundur karena tinjuanku. seringai yang menyebalkan masih menempel di wajahnya. "Kamu bangsat!"
Antek-antek di belakangnya bingung mendengar kalimatku untuk pemimpin mereka. Mereka menggonggong seperti anjing bersiap menyerangku, tetapi ketika mereka melihat lengan cokelat terangkat di depan mereka, mereka semua membeku, tampak bingung.
"Kenapa, Pat?"
"Serahkan dia padaku."
Mengucapkan kalimat itu, Pat memberiku seringai jahat, seringai akrab yang sudah kulihat beberapa kali di perkelahian sebelumnya. Mata kami bertemu, dan aku balas tersenyum padanya untuk menerima tantangannya. Kami saling menatap sampai kami mendengar bel berbunyi di kepala kami. Itu adalah pandangan terakhir kami sebelum kami bergegas menuju satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Buddy The Series ( Behind The Scene by After day ) Terjemahan
Fiksi RemajaHalo ini adalah terjemahan unofficial dari novel bad buddy the series atau BTS oleh afterday, jadi buat yg memang bisa baca dalam bahasa English sebaiknya lihat di official webnya ya Dan buat teman yg ingin baca dalam bahasa indonesia silahkan dini...