Bab 1

164 16 10
                                    

Assalamualaikum.
Bagaimana puasanya hari? Lancar dong.

Kita absen dulu yuk dari mana aja?
Dapat salam dari Sumbar 😁✌️

Berikan vote dan komentar terbaik kalian di sini!!

Terima kasih

Di Bawah Senandung Cinta
By Mira Yulia

"Aina, buka pintunya!" Suara itu diiringi ketukan tidak sabar dari daun pintu kamar Aina. Sedangkan si pemilik sedang meringkuk di atas kasurnya. Air mata tak mampu lagi keluar, ia hanya berdiam dengan pandangan kosong menatap lurus ke langit-langit. Telinganya sudah tuli untuk mendengar semua panggilan, bukan hanya panggilan kedua kakaknya yang sedang ribut di depan pintu kamarnya, namun juga pada panggilan di ponselnya yang datang silih berganti.

Aku mencintaimu Han, demi Allah.

Kata-kata itu terus saja terngiang di kepala Aina. Bagaimana wajah kesungguhan Fahmi tatkala mengatakannya masih tergambar jelas. Hati Aina hancur, ia terluka. Hari yang seharusnya menjadi hari paling bahagianya menjadi hari yang penuh luka.

"Aina, buka pintunya! Jelaskan pada kami apa yang sudah kamu perbuat hari ini. Aina?"

"Sudah Bila, mungkin adikmu butuh waktu sendiri dulu." Aina bisa mendengar suara Umi yang mencoba membelanya.

"Umi, tapi apa yang Aina lakukan sudah membuat malu keluarga kita. Bisa-bisanya dia lari di hari pernikahannya. Umi tidak lihat Buya? Dari tadi Buya tidak henti dapat telfon dari koleganya yang ingin tau kebenaran kejadian ini."

Wanita paruh baya itu mengalihkan pandangannya pada suaminya yang kini tengah mengurut kening. "Bila, Diah, biarkan adik kalian menenangkan dirinya dulu. Nanti kalau sudah tenang baru kita bicarakan baik-baik. Aina melakukan ini pasti ada alasannya."

Aina semakin meringkuk, ia merasa sangat bersalah, tentu saja. Anak mana yang tidak merasa bersalah karena telah membuat malu keluarganya. Tapi Aina juga tidak mampu bersuamikan lelaki yang jelas-jelas mencintai wanita lain. Bukan Aina tidak ingin berjuang, tapi perasannya sudah terlanjur hancur bahkan sebelum akad terucapkan.

Aina ingat betul dimana hari mereka di jodohkan. Sejak awal, Fahmi tidak pernah mempermasalahkan tentang perjodohan ini. Ia menerimanya tepat dihadapan Aina. Bahkan ketika Aina bertanya secara empat mata, lelaki itu dengan yakin mengatakan ia bersedia menjadi suami Aina. Aina yang memang sudah jatuh cinta sejak awal tentu saja tak perlu pikir panjang untuk menerimanya.

Selama hampir sebulan mereka menyiapkan persiapan pernikahan, tak ada tanda-tanda Fahmi tak menyukai Aina. Ia memperlakukan Aina sebaik mungkin. Memang terkadang lelaki itu sibuk, hingga membiarkan Aina sendirian mengikuti kedua ibu mereka mempersiapkan segala persiapan pernikahan mereka.

Namun menjelang hari H, Aina mulai merasa janggal. Fahmi memang tak pernah langsung menunjukkan penolakannya. Ia masih bersikap seperti biasanya, tapi Aina mulai merasakan Fahmi mulai menjauh. Setiap kali Aina datang untuk membahas pernikahan atau hanya sekedar mengantar sarapan, lelaki itu tak pernah ada. Dia selalu beralasan ada pekerjaan. Seolah-olah menghindari Aina.

Pernah suatu malam Aina memberanikan diri menelfon Fahmi hanya untuk menanyakan apakah lelaki itu yakin untuk melanjutkan pernikahan mereka. Lagi-lagi Fahmi menjawab 'ya'. Sejak hari itu Aina mencoba untuk tidak berfikiran buruk tentang Fahmi. Mungkin ini hanya perasaanya yang gugup karena akan menikah.

Dibawah Senandung CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang