Bab 4

158 18 5
                                    

Assalamualaikum...
Maaf ya udah lama nggak update. Aina sibuk siapin baju lebaran soalnya kemaren. Hehehe.

Sebelumnya Minal Aidzin Wal Faizin.


Di Bawah Senandung Cinta
By Mira Yulia

Berikan vote dan komentar terbaik kalian di sini!!

Terima kasih

Siapa yang tau akan takdir hidupnya sendiri. Bahkan ketika semua sudah di depan mata, namun jika bukan takdirnya maka tidak akan terjadi. Contohnya saja apa yang terjadi pada Aina. Siapa yang akan menyangka pernikahannya akan batal tepat dihari akad akan dilangsungkan.

Mata Aina menerawang jauh ke depan. Masih terngiang ucapan Fahmi malam itu. Ya, lelaki itu tak pernah berniat menyakiti Aina. Bukan salah Fahmi ketika Aina mendengar lelaki itu menyatakan cintanya pada Hana, tapi takdir Allah. Allah lah yang memperlihatkan jalan-Nya pada Aina. Sekiranya Allah membiarkan Aina menikah dengan Fahmi, lalu ia mengetahui lelaki mencintai wanita lain, mungkin sakit Aina akan lebih jauh dari ini.

"Astaghfirullah." Aina mengusap wajahnya. Fokusnya kembali pada hamparan kertas pola dan penggaris di atas meja kerjanya. Lamunan itu membuat pekerjaannya terbengkalai. "Fokus Aina," bisiknya pada diri sendiri.

"Aina." Suara halus dan merdu menarik perhatian Aina. Seorang gadis bertubuh tinggi dengan paras yang rupawan berjalan tergesa namun tak menghilangkan keanggunannya. Suara heels yang melangkah terdengar mendominasi di ruangan Aina yang tidak terlalu besar.

"Farah?" Aina hanya bisa pasrah ketika Farah mendekap tubuhnya yang tidak setinggi gadis itu.

"Ai, aku ikut sedih dengar kabar pernikahan kamu. Maaf aku tidak ada disana hari itu. Kalau ada, sudah ku hajar pasangan yang sudah menyakiti sahabatku ini."

Farah adalah sahabat terdekat Aina. Sebagai seorang model, Farah tidak bisa meninggalkan show-nya di Paris yang bertepatan dengan hari pernikahan Aina. Padahal Farah sudah menganggap Aina sebagai adiknya sendiri. Mereka pertama kali bertemu di acara fashion show Aina di Jakarta. Kebetulan Farah salah satu modelnya.

"Ai, mungkin Fahmi bukan yang terbaik. Kamu yang sabar ya. Aku yakin Allah akan ganti dengan yang terbaik. Yang mampu mencintai kamu sebaik-baiknya, yang menjadikan kamu satu-satunya," lanjut Farah.

"Makasih Far, sepertinya takdir ini memang yang terbaik." Farah mengangguk setuju. Aina begitu senang ketika ada yang mengerti perasannya. Selain kedua kakaknya, Farah lah tempat Aina berbagi pikiran. Tempat ia bercerita ketika hari-harinya buruk maupun senang.

"Aku dengar, Hana itu anaknya buronan ya?" tanya Farah ketika mereka sudah beralih ke kursi santai yang ada di sudut ruangan.

"Hust, jangan nge-judge."

"Bener Ai, aku lihat beritanya di akun gosip, kamu tau sendiri gimana hebatnya netizen."

Sebenarnya Aina sudah mengetahuinya. Kedua kakaknya tidak berhenti mengirimkan berita terbaru kedua pasangan itu. Tapi Aina tidak ingin ambil tau. Ia tidak berhak sampai ikut campur mengenai latar belakang Hana. Kadang ia prihatin dengan netizen sekarang, suka sekali ikut campur masalah orang, bahkan sampai ke akar-akarnya. Tanpa tau batas privasi seseorang.

"Udahlah Far, bukan urusan kita."

Farah memberenggut kesal, jadi ia alihkan pembicaraan mengenai acara fashion show nya di Paris beberapa Minggu lalu. Aina jadi antusias mendengar keasikan yang Farah ceritakan. Salah satu mimpinya adalah menampilkan karya-karyanya di negara yang dikenal dengan menara Eiffel nya itu. Seharusnya Aina bisa ikut berpartisipasi kemaren, namun karena rencana pernikahannya, Aina harus mengubur mimpinya itu.

Dibawah Senandung CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang