Bab 5

169 19 1
                                    

Assalamualaikum..
Sebelumnya terima kasih untuk teman-teman yang masih setia menunggu cerita ini.
Maaf ya slow update.
Selamat membaca

Di Bawah Senandung Cinta
By Mira Yulia

Berikan vote dan komentar terbaik kalian di sini!!

Terima kasih

Semua orang bisa berubah kapan saja, itu memang benar adanya. Orang-orang yang Aina kenal dengan kelembutan hatinya itu, siapa yang menyangka mampu berbuat seperti ini. Aina mengenal keluarga Fahmi dari semasa kecilnya. Tak pernah sekalipun mereka memperlakukan Aina dengan kasar, bahkan Aina sudah menganggap Ibu Rani seperti ibunya sendiri. Sungguh, Aina tidak menyangka semua ini.

Perempuan itu akhirnya terlelap setelah lelah menangis. Matanya bengkak, hidungnya memerah, luka-luka lebam itu masih terlihat jelas di kulitnya yang putih. Aina akui, Hana adalah gadis yang cantik. Hidungnya kecil dan mancung, wajahnya tirus dengan kulit putih bersih, bibirnya kecil dan berwarna merah muda alami. Jadi tak heran jika Fahmi jatuh cinta pada wanita disampingnya ini. Selain itu, Aina akui Hana juga wanita yang baik hatinya.

Ingatan Aina kembali ke beberapa saat yang lalu. Tatkala ia menemukan Hana menangis seorang diri di pinggir jalan, dengan luka lebam menghiasi wajahnya.

"Astaghfirullah, Hana. Kamu kenapa?" Aina mengambil tempat duduk di samping Hana, ia coba periksa keadaan perempuan itu. "Kamu habis kecelakaan atau kena rampok? Kamu luka-luka? Fahmi mana?"

Aina memutar kepalanya, mencoba mencari keberadaan suami Hana. Tapi ia tidak melihat siapapun, hanya ada mereka berdua di sini.

"Tidak apa, aku hanya terjatuh," jawabnya dengan suara parau. Aina yakin Hana sudah menangis sejak berjam-jam yang lalu.

"Tidak mungkin terjatuh dengan luka begini Han. Ini seperti luka tamparan." Aina menyentuh luka di ujung bibir Hana, juga ada bekas tancapan kuku di dagunya dan lebam disekitar pipi bagian kanan. Hana sedikit meringis ketika merasakan sakit dibagian lukanya. "Maaf Han."

"Aku tidak apa Ai."

"Fahmi mana? Dia tau kamu di sini? Sebentar Aina telfon Fahmi dulu." Hana segera menghentikan gerakan Aina yang ingin merogoh tasnya untuk mengambil HP. "Kenapa?"

"Tidak apa Ai. Tidak perlu telfon Fahmi."

Aina mengernyit heran, "jangan bilang luka ini karena Fahmi?"

"Tidak, tidak. Bukan Fahmi." Aina diam, namun matanya masih menatap Hana. Ia menunggu perempuan itu untuk bercerita dengan sendirinya. Aina yakin ada yang tidak beres di sini, tapi Hana tetap bungkam. "Aku hanya tidak bisa bertemu Fahmi malam ini," tuturnya.

"Lalu kamu akan kemana Han? Ini sudah larut." Hana menggeleng, ia sendiri tidak tau kemana tujuannya. Ia tidak mungkin pulang ke rumah ibunya. Jelas-jelas wanita itu telah mengusirnya. "Ayo kita ke rumahku!" Aina meraih tangan Hana, tapi gadis itu tak bergeming.

"Aku tidak mungkin ikut kamu Ai, aku tidak bisa bertemu keluargamu."

"Orang tua Aina sedang keluar kota, Aina sendirian. Ayo, sebentar lagi hujan."

Akhirnya mau tidak mau Hana mengikuti Aina ke rumah gadis itu. Benar saja, baru beberapa menit mereka sampai di rumah, hujan turun dengan sangat deras. Angin juga berguna kencang, diiringi petir dan gemuruh. Aina tak mengungkit apapun, ia biarkan Hana menenangkan dirinya terlebih dahulu. Membiarkan Hana menyantap makan malamnya, entah kapan gadis itu terakhir kali mengisi perutnya.

Dibawah Senandung CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang