BEL istirahat telah berbunyi sekitar empat menit yang lalu, Ruby serta kedua sahabat nya tengah berada di kantin.
"Kaya nya Ruby salah jawab deh key" ujar gadis itu ke Aline. Sang sahabat menaikan bahunya "mikirin amat lo. Udah pasrah aja, Mtk udah jelas bukan keahlian kita bersama" jawab Aline mendapat anggukkan dari Mentari.
"nah, bener itu. Don't think about it, percaya sama keberuntungan aja kalo soal Mtk"
Saat ini, ketiga gadis itu baru saja selesai ulangan matematika. Tanpa mencontek, ketiganya berpegang teguh pada keberuntungan dan juga Logika. Padahal tadi malam mereka bersama-sama membaca beberapa rumus lewat video call, tapi saat berada di posisi mengerjakan soal semua rumus perlahan hilang.
Ruby mendelik "mana bisa gitu, ntar kalo nilai Ruby jelek, bunda bakalan sedih" ujarnya dengan wajah sedih, Mentari yang memiliki rasa kemanusiaan sedikit lebih tinggi dari Aline lantas mengelus pundak Ruby. "gapapa Ruby, ntar kalo nilai nya nol bulat tinggal minta bunda u ceplok-in"
Plak!
"apaan sih!?" sungut Mentari kesal pada Aline yang barusan memukul nya.
"Ya elu ngomong kok ngelantur gitu"
"terserah i dong, kenapa u pula yang sibuk"
"kok malah berantem sih, kalian gak kasian apa sama Ruby?" tanya gadis itu, bahu nya lesu pun diikuti langkah kaki yang lambat.
Aline memutar bola matanya, malas sekali kalau sudah begini. Mengapa dia memiliki teman yang suka sekali bertingkah aneh seperti ini sih?
"Badan lo yang tegak Ruby, sakit mata gue liatnya" suruh Aline.
Ruby menggeleng singkat, masih betah pada posisinya "gamau Aline, Ruby lagi kena 3L"
Aline memasang wajah cengo "3L apaan?"
" lemah, letih, loyo" jawab Ruby memberitahu
Mentari menggeleng disebelah nya "bukan 3L Ruby, tapi 5L, lemah, letih, lesu, loyo, letoy, lunglai"
Terserah! Aline memilih untuk mencoba mengabaikan perkataan aneh kedua sahabatnya. Di sudut matanya Aline menangkap kehadiran Sabian bersama teman nya- Jake.
Dia melirik kearah Ruby yang masih menjalankan tingkah aneh nya. "Ruby, ada bian ! " usai Aline mengatakan hal itu, secara ajaib tubuh Ruby menjadi berdiri tegak, tidak lupa raut penuh keantusiasan nya yang tampak menyilaukan mata.
"eh, AYANG BIAN!?!"
••••
"Gue lagi males ke kantin" ujar Sabian dengan dahi berkerut tak nyaman saat Jake memaksa nya untuk ikut.
Jake menggeleng "gak bisa, lo harus ikut pokoknya, hari ini jadwal lo yang mesen" Dia menarik lengan Sabian agar segera berdiri dan mengikuti nya untuk ke kantin.
Dengan ogah-ogahan pemuda itu bangkit dan secara naluri menyentak tangan Jake yang masih memegang lengan nya.
"oh, iya. Lo udah denger dari Raka kalo minggu depan ada turnamen basket?"
"dia gak ada bilang"
Jake mendengus "lah? Raka udah ngechat lo anjir, lo kali sok seleb gak bales chat dia"ujar nya. Bahkan Jake yang notabene nya sahabat dari Sabian sendiri pun membutuhkan waktu lama agar di balas. Emang yang paling benar adalah langsung menelpon Sabian jika ada urusan penting.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju kantin, ada beberapa siswi yang menyapa namun hanya di balas anggukan kecil. Alasannya karena mereka berdua tidak mengenal siapa orang yang menyapa tersebut.
"waduh, ada cewek lo noh"
Sabian langsung menajamkan matanya saat mendengar perkataan Jake, di ujung sana terlihat Ruby bersama kedua sahabatnya tengah berbincang sambil menunggu pesanan. Yang aneh dari Ruby adalah gadis itu tampak tidak bersemangat, biasanya selalu ceria hingga membuat siapa saja silau oleh keceriaan nya.
Aline melirik mereka, mulutnya bergerak seolah ingin memberi tahu Ruby kehadiran nya.
Kemudian dapat di pastikan apa yang akan terjadi setelah nya.
"eh, AYANG BIAN!?!"
Ruby berlari kecil, rambut kuncir dua nya bergoyang mengikuti pergerakan gadis itu. Pita berbentuk beruang menjadi pemanis untuk penampilan nya. Gadis itu terlihat imut dengan berlari menggunakan kaki pendek milik nya.
Jake yang ada di sebelahnya gemas "kalo lo gak mau buat gue aja deh Sa, lucu banget gitu anak nya" mendengar itu membuat Sabian tak senang, terbukti dengan wajah nya yang semakin dingin.
"cari yang lain" ujarnya penuh penekanan.
Dia menatap Ruby yang sudah ada di depannya. Masih tetap menatap Sabian dengan sorot mata kagum "Bian hari ini ganteng banget" ucap Ruby membuat Sabian meneguk ludahnya diam-diam.
Jake yang sudah tau apa yang akan segera terjadi berujar "lo ngobrol aja dulu, hari ini biar gue yang mesen, tapi lo yang bayar" Sabian mengangguk kecil mendengar itu.
Dia berjalan menuju ke arah meja tempat biasa diikuti dengan Ruby yang berjalan sambil memegang ujung seragam nya.
Murid-murid lain sudah biasa melihat hal itu bahkan ada yang beranggapan kalau mereka berpacaran karena sikap Sabian yang amat berbeda saat bersama Ruby, jika ada gadis lain yang mendekat malahan Sabian akan menanggapi nya dengan dingin.
"Bian hari ini Ruby lagi sedih tau" ujarnya memberitahu saat mereka sudah duduk dengan posisi saling hadap-hadapan.
"kenapa" Ruby mengerutkan dahinya, merasa aneh dengan nada Sabian yang seolah bertanya namun seperti tidak bertanya.
Ruby memilih abai, dia saat ini ingin bercerita banyak hal pada Sabian. Rasanya amat menyenangkan bisa seperti ini, biasanya Sabian akan menjauhinya dengan segala macam cara.
Gadis itu menatap manik mata Sabian "Tadi ada ulangan matematika, soalnya aneh tau bian, masa ada yang susah ada yang mudah? Kenapa gak semuanya aja yang mudah? Ruby kan jadi gak tau apa jawaban nya"
Sabian masih diam mendengarkan, matanya bergulir memandangi setiap inci wajah Ruby.
"Ruby takut dapet nilai jelek, soalnya jawab asal-asalan, pasti bunda sedih liat nilai Ruby" Gadis itu cemberut membuat Sabian tersenyum kecil melihat nya.
"kalo nilai lo jelek, belajar lebih giat lagi lah"
Ruby menatap Sabian "gitu ya bian? Oke deh, Ruby bakalan belajar giat biar jadi pinter kaya bian"
"oh iya, bian hari ini lucu dan ganteng banget tau! Ruby sampe lupa kedip liatnya mwhehe" kata nya dengan nada bicara yang genit. Seakan sudah terbiasa, Sabian menanggapi perkataan kelewat jujur gadis itu dengan senyuman kecil.
Jangan kira jika setelah ini suasana akan menjadi canggung. Tentu saja hal itu tidak akan pernah terjadi sebab Ruby mempunyai banyak topik random di kepalanya jika sudah bersama dengan Sabian.
Sabian marah? Tentu saja tidak.
yang jelas Sabian sudah terlampau biasa dengan segala tingkah Ruby."Bian, hari ini Ruby cantik ga?" Ruby bertanya dengan wajah penuh harap.
Sabian menelisik penampilan gadis itu. Seperti biasa, Ruby selalu terlihat menarik dengan penampilan imut yang terkesan sederhana.
"Cantik"
Ruby tak dapat menyembunyikan senyum nya, dia menatap Sabian lalu berujar "Terus kenapa bian gak mau jadi pacar Ruby? Padahal kalo bian terima Ruby bakalan seneng banget, terus juga Ruby janji gak akan buat bian kesel. Ruby anak baik kok bian"
Sabian memiringkan kepalanya sedikit dengan pandangan yang menatap Ruby lekat, tangan pemuda itu bergerak untuk menyingkirkan helaian poni yang mengganggu penglihatan Ruby.
"Karna lo anak baik, makanya gue takut nantinya nyakitin lo Ruby"
_________
0 0 2
B i a n g a n t e n g
KAMU SEDANG MEMBACA
SABIAN
RomanceBerbeda dari yang lain, saat di depan gebetan bukan nya menjaga image Ruby seringkali cosplay menjadi gadis bar-bar dan penuh ambisi. "Bian kapan terima Ruby?" "nanti" "oh, nanti itu berarti gak lama lagi ya? satu jam lagi kah?" © vbymilee, 2023