RubyLyoney Anastasia, berjongkok di atas rumput taman kota yang lumayan sunyi. Hanya ada ia dan seorang pemuda tampan yang saat ini tengah gadis itu genggam ujung kaos hitamnya.
Mata kucing nya menyipit seolah memberi mantra pada lawan tatap untuk di kasihani. Pemuda itu — SabianHarvles Arganta menghela nafas jengkel kearah nya “kenapa ? ”
“ ayo jadi pacar aku, kalo nolak gak mau aku lepas ! ” kata nya dengan nada bicara meninggi, memberitahu pada sang pendengar agar mengikuti keinginannya.
Sabodo anjing, disentak dikit juga lepas. Namun Sabian bukanlah tipe pemuda yang gampang mengasari wanita, cowok tinggi itu ikut berjongkok hingga mata tajam nya bertabrakan langsung pada manik mata gadis menyebalkan didepannya.
Ruby terdiam, senyum kecil tercetak di wajah pemuda ini. Dengan pelan dan penuh rencana, Sabian melepaskan genggaman tangan itu pada ujung kaos nya. Seakan sadar, Ruby membuka mulutnya hendak melayangkan sebuah protes.
Sabian menggeleng, tangan kiri nya meraih jemari mungil Ruby untuk bertautan dengan jemari besar ia. Kemudian menepuk-nepuk pucuk kepala gadis itu menggunakan tangan kanan nya yang kosong.
“ sekarang pulang, caper nya besok aja ” ujar pemuda itu membuat Ruby Mencabik bibirnya kesal, berbanding dengan wajah nya yang tampak bersemu merah.
“ iya, tapi besok bian harus terima ya lamaran jadi pacar aku? ”
“ LOH BIANNN KOK DILEPAS SIH GENGGAMAN NYAA??! ”
“ gak perduli, Pulang sana sendiri ”
“ iya lah, Kan aku ada supir sendiri — bian ngode ngajak pulang bareng yaa?!? ”
“apa?! Gue gak denger, lagi pake helm!! ”
“ maksudnya helm transparan? Hmm, bian kok aneh banget ya hari ini? ”
