My Luna - 23

235 47 31
                                    

"Kim Hyunjin! Ayo lepaskan panahnya!"

"Kim Hyunjin! Kamu pasti bisa!"

"Kim Hyunjin, relax aja gak usah buru-buru!"

"KIM HYUNJIN KAMU PASTI MENANG!"

"Hyunjin! Ingat waktu itu kita latihan sampai malam untuk bisa mencapai ini semua! Ayo lo pasti bisa!"

"Kim Hyunjin!"

"Kim Hyunjin!"

"Kim Hyunjin!"

Berbagai macam ucapan semangat dilontarkan kepadanya. Ia sedang berkonsentrasi agar tidak meleset dari sasaran. Matanya semakin tajam dan fokusnya semakin baik. Kemudianㅡ

SHUT!

SLAP!

"10 POINTS FOR KIM HYUNJIN FROM SOUTH KOREA!"

Suara sorakan terdengar riuh ramai, begitupun juga senyuman gadis itu yang kian melebar.

Ia berhasil.

Latihan yang selama ini dia emban sudah membuahkan hasil. Ia berhasil membawa medali emas kali ini. Ia sudah menunjukkan kepada dunia kalau ia bukan lagi pecundang. Kim Hyunjin mempunyai keahlian.

"Yeayyyy!!! Kim Hyunjinnnnnn!"

"Kim Hyunjin! Kim Hyunjin! Kim Hyunjin!"

Teman-temannya memberikannya selamat kepadanya karena mendapatkan kemenangan atas pertandingan panahan yang hari ini ia jalani. Gadis itu tersenyum puas dengan apa yang ia dapatkan.

Sebentar lagi, kehidupannya akan berubah. Ia sudah mempunyai tujuan yang pas untuk dijalankan.

Semoga...

Semoga saja...

Tetapi, semuanya berubah hanya sampai disitu saja.

"Jangan diteruskan."

"Tapi papa, menjadi pemanah itu sudah menjadi cita-cita aku!"

"KAMU INGIN MEMBANTAH AYAH KAMU?!"

"..."

"Semua biaya sekolah kamu papa yang tanggung semuanya. Kamu sekolah itu untuk pintar, bukannya ikut hobby gak jelas begini! BUANG!"

TRAK!

BRUSH!

Busur dan alat panahnya dibuang di tempat perapian.

"Pa?! Papa apa-apaan sih?!"

"Membuang hal yang gak berguna. Sana kamu! Belajar yang benar! Jangan cuma bisanya nyusahin orang tua!"

Kim Hyunjin menangis dalam diam. Sial, usahanya kini sia-sia hanya karena ayahnya tidak mendukung prestasinya. Cita-citanya yang dia inginkan dari dulu.

Hyunjin langsung beranjak dari ruang tamu untuk pergi ke kamarnya. Gadis itu membanting pintu kamarnya sendiri dan berbaring sambil menangis dalam diam. Sejak dulu, ayahnya tak pernah mendukung apa yang ia mau dan selalu menyetir hyunjin dalam segala hal.

Mamanya tak bisa berbuat apa-apa, pun demikian ia hanya bisa mengikuti suaminya karena tujuan mereka sama. Ingin hyunjin belajar dengan benar.

Hyunjin saat ini sedang mengenang kemenangan yang baru saja ia raih, namun sekarang, kini sudah menjadi memori yang ia harus kubur dalam-dalam.

My LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang