My Luna - 25

282 45 19
                                    

"Kita sudah berjalan dua hari dan aku masih belum menemukan sesuatu yang mengikuti kita." Ucap Jeno sambil membakar daging kelinci yang ia buru.

Siyeon tertawa kecil, "kau salah. Kita sudah diikuti sejak pertama kali kita berangkat."

"H-hah?! Ta-tapi aku tak menciumㅡ"

"Tenang saja. Dia belum ada tanda-tanda untuk menyerang. Sekitar 3 km mungkin? Masih lumayan jauh, tapi kita harus waspada." Ucap siyeon serius.

Jeno memandang gadis itu lekat-lekat, "mengapa kau sangat tenang sekali ya? Bagaimana kalau makhluk itu adalah syntrivon atau iblis, atau Rogue?"

"Tentu saja, aku seorang prajurit, begitupun juga kau. Aku rasa kita dilatih untuk waspada meskipun bahaya semakin mendekat." Balas siyeon dengan tenang.

Jeno terdiam. Kemudian ia mengeluarkan pedang fortivia yang diberikan oleh para tetua peri untuk dirinya.

"Apakah pedang ini dikhususkan untuk membunuh iblis dan makhluk jahat lainnya?"

"Mungkin iya, mungkin tidak. Pedangku tidak dikhususkan membunuh mereka dalam sekejap, karena aku terbiasa membunuh iblis kelas menengah. Kekuatan mereka tak sebanding dengan iblis kelas S."

Iblis kelas S yang mereka ketahui adalah syntrivon. Kalau kalian melupakan syntrivon, mereka adalah makhluk yang menyerap habis nutrisi pada tubuh kita karena kita menyentuh mereka. Syntrivon bisa menghilang dalam sekejap dan keberadaan mereka sangatlah tersembunyi.

"Informasimu sama sekali tak membuatku tenang." Ucap Jeno sambil tersenyum datar.

Siyeon mengibaskan tangannya, "kau tau apa yang harus kita lakukan saat ada syntrivon?"

"Apa?"

"Lari."

Jeno menghela napasnya lelah, "very funny."

"Aku serius. Kita belum menemukan cara untuk memusnahkan mereka, jadi kita harus bersembunyi dari mereka dan lari sejauh mungkin." Bela siyeon dengan ucapannya yang tenang.

Di waktu malam ini, menjadi akhir perjalanan mereka karena jaraknya sudah dekat. Dunia peri dan dunia manusia itu mempunyai jarak yang sangat jauh. Bahkan Jeno memerlukan waktu sekitar 3 hari untuk berhasil menemukan hutan peri.

"Menurutmu, kenapa ya peri dan werewolf bisa menjadi pasangan?" Tanya siyeon menerawang sambil melihat bulan.

Jeno menggedikkan bahunya, "Mungkin Dia menginginkan sesuatu yang berbeda."

"Yang berbeda? Mungkin iya. Tapi aku sama sekali gak berpikir akan berhubungan dengan kalian." Ucap siyeon penasaran.

"Aku juga tak punya pikiran seperti itu. Apalagi peri itu adalah makhluk yang lembut dan berperasaan. Aku sangat khawatir dengan pasanganku yang mungkin akan mudah menangis, dibandingkan melawan."

Siyeon nampak ingin protes.

"Tapi, itu sebelum bertemu denganmu. Kau peri ksatria, mungkin rasa sakit pun akan menjadikanmu semakin bersemangat."

Siyeon mengangguk setuju.

"Dibandingkan rasa sakit, aku akan terus berjuang sampai orang-orang jahat tak bersisa. Dunia peri akan musnah jika para orang jahat itu mengambil alih kekuasaan. Kami para peri terlalu mudah untuk mengalah karena rasa kasihan dan perhatian kami terlalu tinggi."

Jeno memperhatikan siyeon dengan seksama. Jeno awalnya sanksi kalau siyeon akan tertutup kepadanya, atau yang lebih parah menolak untuk menjadi pasangan, tapi ternyata ia salah. Memang peri itu adalah makhluk bijaksana dan baik.

My LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang