R

32 1 0
                                    

di hadapanku, tangannya terasa dingin, sesekali aku menatap matanya yang dipenuhi perasaan campur aduk, bibirnya bergetar ingin mengucapkan sebuah pertanyaan, nada bicaranya sangat halus, pipinya seketika memerah, dengan tersipu malu ia bertanya...

"al, jika dahulu kau mengizinkanku untuk pergi, kenapa sekarang kau malah melarangku untuk melakukannya? da-n...dan kenapa kau berusaha mencariku di saat aku tidak ada kabar ketika saat itu?"

aku terdiam,
sesekali aku bertanya kepada diri sendiri,
dan tetap tak ada jawabannya,
tentang bagaimana bisa sepasang bola mata itu, kedua pipi yang menyatu di antara hidung dan bibir yang merah merona itu, kepada tangan yang belum sempat aku genggam yang diiringi sela jari jemari ku yang menyatu dengan jarimu, kepada tubuh yang belum aku dekap dengan erat, kepada kedua kaki yang belum sempat aku ajak berkeliling disekitar, kepada rambut, telinga, hati, pankreas, usus, paru-paru, semuanya, dan.. dan kepada kening yang belum bisa ku kecup selamat tidur, bagaimana bisa semua hal tentangnya, memporak-porandakan dinding yang telah lama aku bangun?.

dia begitu spesial,
sangat spesial,
melebihi martabak rasa keju yang ia sukai,
mie kuah yang ia nikmati dikala hujan turun,
dia lebih dari apapun.

dan demi seluruh bima sakti yang ada,
aku tidak akan menyia-nyiakannya,
walau hanya satu mili detik-pun.

PHF -


PAST, HER, FUTURE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang