FM-03√

50.7K 5K 42
                                    

Lengkungan senyum kebahagiaan terpancar dengan jelasnya dari wajah tampan seorang rean. Remaja itu benar-benar menikmati waktu yang berharga dengan berjalan-jalan dan berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di kotanya.

Rean benar-benar kalap dan lepas kendali selama berada di pusat perbelanjaan ini. Ia dengan santainya membeli semua barang-barang, makanan dan memainkan berbagai permainan yang ada di pusat perbelanjaan yang jika di total sampai menghabiskan uang dua ratus juta lebih!

Lihat saja sergio yang sedikit kesusahan membawa kantong belajaan milik rean yang banyak! Ditambah tiga tas yang di bawa sendiri oleh rean, seolah menjadi bukti seberapa banyak barang yang telah remaja itu beli.

Wajar saja, ini adalah pertama kalinya rean bisa menghambur-hamburkan uang sesuka hatinya tanpa takut tidak bisa makan atau tidak memiliki tempat tinggal. Ditambah, ini juga adalah pertama kalinya ia keluar dari mansion kelurga wiracana untuk jalan-jalan. Membuat rean tidak sedikitpun menyia-nyiakan waktunya ini. Walaupun masih ada banyak waktu untuknya bisa melakukan ini semua.

Jadi, ayo bersenang-senang!!!

"Tuan muda! Sudah jam tujuh malam, waktunya kita pulang. Sebentar lagi saatnya makan malam"ucap sergio kepada rean yang saat ini tengah asik mainkan game claw machine atau capit boneka untuk mendapatkan boneka kelinci incarannya.

"Bentar lagi om gio, gue belum dapet bonekannya!"balas rean tanpa melihat sergio yang setia menemaninya.

"Tidak bisa tuan muda, nanti kita bisa terlambat sampai kemansion!"ucap sergio lagi tapi tidak di hiraukan oleh rean yang semakin serius bermain.

"Ayolah tuan muda, nanti tuan deric bisa marah!"rean berdecak saat mendengar ucapan dari sergio yang terdengar menyebalkan di telinganya.

Apa tadi? Tuan deric marah? Mana mungkin ayah barunya itu akan marah kepadanya hanya karena rean tidak pulang tepat waktu dan ikut makan malam bersama. Justru yang ada ayahnya itu malah senang tidak melihat kehadirannya di meja makan. Karena yang terpenting bagi keluarga wiracana hanyalah arila, anak pungut kesayangan mereka. Jadi buat apa rean takut ayahnya akan marah? Santai aja kali.

"Marah? Inget gue aja kagak om"ucap rean dan fokus bermain lagi. Mengabaikan sergio yang terdiam dengan apa yang baru saja di katakan oleh rean.

Ini pertama kalinya rean mengatakan sesuatu tentang kesedihannya akan ketidak pedulian kedua orang tuanya. Biasanya rean akan memendam semuanya dan menerima semua ketidak pedulian mereka kepadanya dalam diam.

Tapi sejak rean bangun dari pingsan nya beberapa hari lalu, sikapnya menjadi berubah. Dia menjadi cuek dengan keluarganya dan tidak peduli dengan semua hal yang di lakukan oleh keluarganya. Rean juga seperti mejaga jarak dengan keluarganya. Mulai dari tidak ikut saat keluarganya sedang berkumpul bersama sampai lebih banyak menghabiskan waktunya di dalam kamarnya dengan bermain game di ponselnya atau hanya sekedar bermain gitar. Membuat sergio sedikit merasa aneh dengan rean. Karena selama sergio bersama rean, ia tidak pernah sekalipun melihat tuan mudanya melakukan dua hal di atas. Dulu rean lebih suka membaca buku dan melukis.

Pertama kali sergio melihat rean bermain gitar, dia segera bertanya kepada rean sejak kapan dia bisa bermain gitar? Tapi dengan santainya remaja itu akan menjawab jika ia hanya menemukan hobi barunya dan meminta sergio untuk tidak membahasnya lagi.

Awalnya sergio merasa khawatir dengan perubahan dari rean, tapi melihat rean yang sangat menikmati hobi barunya dan bagaimana remaja itu lebih ceria dari sebelumnya. Membuat sergio sedikit tenang dan ikut merasa senang dengan perubahan positif dari tuan mudanya.

Sejak saat itu sergio berjanji akan menerima semua perubahan dari rean selama perubahan itu baik dan tidak akan membahayakan tuan mudanya itu.

Sergio menghela nafasnya pasrah. Sepertinya kali ini dia akan mengalah dengan rean dan membiarkan tuan mudanya itu untuk menikmati waktu bermainnya lebih lama lagi. Biarlah kali ini rean sedikit terlambat pulang dan tidak mengikuti makan malam bersama. Lagipula seperti yang rean katakan, deric tidak akan peduli dengan kehadiran rean. Karena memang begitulah kenyataanya.

"Baiklah tuan muda, mari kita bermain lebih lama lagi"

•••

Berbeda dengan rean yang asik dengan permainan mencapit bonekanya. Dimansion wiracana, keluarganya rean terlihat begitu tenang dan damai.

Seluruh anggota keluarga sedang menikmati makan malam mereka dengan khidmat dan hanya terdengar suara dentingan sendok yang sesekali bertemu dengan piring.

Sudah menjadi kebiasaan di dalam keluarga wiracana untuk tidak berbicara saat sedang makan dan hanya boleh memulai obrolan ketika sudah selesai. Itupun lebih sering dilakukan ketika mereka sudah berkumpul di ruang santai keluarga.

Setelah kurang lebih lima belss menit, merekapun selesai makan malam.

Deric andrew wiracana atau sang kepala keluarga terlihat selesai lebih dulu. Ia melihat semua anggota keluarganya yang ada di meja makan. Keluarganya terdiri dari istri, tiga putra dan seorang putri.

Untuk kedua orang tua dan saudara-saudara deric yang lainnya, mereka tidak tinggal di indonesia seperti dirinya. Tapi mereka tinggal di kanada kecuali kakak perempuannya yang memilih tinggal di korea bersama suaminya.

Deric adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Selain kakak perempuan. Deric juga memiliki seorang adik laki-laki yang masih tinggal bersama kedua orang tuanya di canada dan hanya sesekali datang ke indonesia saat ia merindukan keponakan-keponakannya terutama reandra, anak bungsu deric.

Berbicara soal reandra, deric baru menyadari ketidakhadiran anak bungsunya itu.

Kenapa anak itu tidak ikut makan malam? Biasanya rean akan datang paling pertama di meja makan dan menyambut mereka dengan senyuman terbaiknya dan hanya di balas dengan wajah tidak peduli dari dirinya dan saudara-saudaranya.

Tunggu, kenapa deric peduli? Mau anak bungsunya itu ikut makan malam atau tidak bukankah tidak ada bedanya? Lalu, kenapa dia...

Tak

"Ada apa papa?"tanya arila, putri satu-satunya di keluarga wiracana saat melihat deric yang meletakkan gelas minumannya dengan sedikit kasar ke atas meja.

Mendengar pertanyaan dari arila, deric hanya tersenyum dan mengelus kepala putri kesayangannya itu dengan lembut.

"Tidak apa-apa sayang"jawab deric yang di balas anggukan mengerti oleh arila.

Berbeda dengan deric, destian sang putra sulung keluarga wiracana terlihat sibuk dengan ponselnya dan sesekali melirik kursi kosong yang biasa adik bungsunya tempati dengan tatapan datarnya.

"Dimana anak itu?"


🐾Tbc.

=========
Jangan lupa
Vote+comen+follow me🐣
=========

Figuran Matre [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang