𝖵𝗈𝗅. 𝖨𝖨; Anti-hero.

6 5 0
                                    

Note.
Tidak diperbolehkan adanya plagiarisme di wilayah ku. Vote & komen jika kamu merasa puas dengan cerita ini, sampaikan krisar dengan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung. Terimakasih & selamat membaca~

✧✧✧

Chapter II.
'Anti-hero.'

Sejak kejadian topi kemarin, Selena semakin kesal dan marah kepada kedua orangtuanya. Bagaimana tidak? Mereka secara terang-terangan berbicara tentang Selena, ditambah dengan bumbu liciknya.

"Huft.. kalau aku tidak manja, apa mereka tulus membanggakan diriku?" Selena bergumam lirih. Merebahkan dirinya ke kasur, mencoba berpikir secara jernih.

Karena tidak kunjung mendapatkan ide, ia menelepon temannya, Meilusha.

"Halo?" Telepon sudah tersambung ke Meilusha. Ini adalah saatnya untuk mengeluarkan curhatan. Ia mencoba membuka topik santai. "Huhuhu, Mei.."

Ia berharap dengan seperti ini, Meilusha mau mendengarkannya.

"Kenapa, Selena? Apa yang terjadi?" Tanyanya. Ada sedikit guratan khawatir pada nada bicaranya.

"Aku.. di marahi ibu dan ayah.. mereka jahat!"

"Hmm?"

Apa itu? Mengapa responnya biasa saja? "Mei?" Selena ingin memastikan, apakah temannya ini terpengaruh juga atau tidak?

Selena mendengar helaan nafas di sana, "Aku tidak peduli, Selena. Kau harus hentikan drama klasik mu. Kau bisa mengisi waktu luang mu dengan bekerja. Itu pasti akan membantumu. Dan mereka, akan berpikir bahwa kau bisa dibanggakan." Meilusha mengatakan itu? Sungguh?

"Mei, kenapa menjadi seperti ini? Apa kau dengar sesuatu dari mereka? Terakhir kali saat kita di pesta, kau sangat baik padaku. Katakan apa yang kau tau dari mereka-" Ucapan Selena di potong langsung oleh Meilusha dengan cepat.

"Jika kau membutuhkan pekerjaan, aku bisa bantu. Hubungi aku nanti malam atau kau takkan dapat bantuan ku lagi."

Tut!

Telepon nya benar-benar berakhir.

"Huh.. ku kira kau baik, ternyata kau sama saja dengan mereka. Apa aku harus menerima tawarannya?" Selena menatap telepon nya dengan nanar.

Seperti layaknya manusia lainnya, labil. "Ah tidak! Mereka akan menertawai aku jika terlihat banting tulang sendirian. Harga diriku lebih penting. Naif sekali mereka semua." Ia menatap jendela kamar. Ada rasa iri akan kesuksesan teman-temannya.

"Seperti kata lagu, 'Hi, It's me. I'm the problem, It's me.' miris sekali jika lagu itu terdengar relate-able pada kehidupan ku. Huft.."

Karena jenuh, ia keluar dari kamar. Ia menemukan ayahnya disana. "Ayah sedang apa?" Tanyanya.

"Kau tak lihat? Ayah sedang sibuk dengan kantor. Bantulah perekonomian keluarga kita."

"Huft.. baik, ayah." Mendengar perkataan ayahnya tadi, Selena langsung tertunduk lesu. Rupanya apa yang dikatakan temannya ada benarnya, ia harus membantu.

Selena masuk ke kamar lagi. Membuka laptop yang berada tak jauh dari nakas ranjangnya. Kemudian, ia membuka situs web yang menyediakan lowongan pekerjaan disana. Tapi, ia mengingat ucapan teman nya. "Oh ya! Aku harus menghubungi Meilusha."

Mata dan tangannya sibuk. Matanya sibuk meneliti web di laptop, sedangkan tangannya sibuk mencari nomor Meilusha.

"Rupanya teman kita satu ini membutuhkan pekerjaan juga. Ya, kan?" Ledek Meilusha.

#𝖲𝖤𝖫𝖤𝖭𝖮𝖤; "𝖩𝗎𝗅𝗒, 𝖨 𝗍𝗋𝗎𝗌𝗍 𝗒𝗈𝗎!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang