𝖵𝗈𝗅. 𝖵; Do you like dandelions?

5 3 0
                                    

Note.
Tidak diperbolehkan adanya plagiarisme di wilayah ku. Vote & komen jika kamu merasa puas dengan cerita ini, sampaikan krisar dengan bahasa yang sopan dan tidak menyinggung. Terimakasih & selamat membaca~

✧✧✧

Chapter V.
'Apa kau suka bunga Dandelion?'

Setelah kejadian tadi pagi yang mencekam, sekarang ia sudah di perbolehkan istirahat. Bagaimana bisa seorang iblis lolos di perusahaan itu? Apa mereka di sogok?

Selena merentangkan tangannya pegal. Melihat jendela, rupanya ini waktu yang tepat untuk mendengarkan lagu. Ia memutar lagu lengkap dengan earphone nya. Yah.. supaya tidak menggangu pegawai yang lain. "Hoamhh."

Ah, rupanya Selena sudah mengantuk.

"Tempat ini sunyi, tapi sangat menenangkan." Bahkan ia sudah merebahkan dirinya dengan rileks. Ia membuka buku catatannya. Sudah tidak heran jika Selena lebih memilih untuk curhat di buku catatannya.

"Suasana tadi sangat mengerikan. Kok bisa ya, Mei merekomendasikan tempat ini padaku?" Gumamnya.

Ia mengambil ponselnya, memulai obrolan di chat dengan Meilusha adalah cara yang tepat, sepertinya.

Meilusha.
Terakhir dilihat pada...

Mei |
Aku mau ngomong sesuatu deh.. |
✓✓

Selena menghela nafasnya. Pasti ia sibuk di jam ini. Lalu, ia terpikirkan ide bagus supaya mental nya kuat. Ini baru hari pertama, masa sudah menyerah?

Ting!

Messages • now
 F. Meilusha.

| Hmm? Mau ngomong apa?

"Akhirnya dia balas juga. Kalau aku jujur, apa dia akan mengatakannya kepada mereka? Aku takut.." Selena diam-diam menahan ketakutannya saat ini.

Tapi, kau jangan marah ya? |
✓✓

Semoga ini bukan bencana pertamanya.

Baru saja ia mengirimkan itu, ia sudah di telepon oleh Meilusha. Ah, teman yang perhatian~ buru-buru ia angkat.

"Halo? Kau sibuk?" Tanya Selena. Tidak mungkin kan jika berbicara tanpa harus menanyakan kesibukannya?

"Sedikit. Katakanlah apa yang ingin kau katakan. Aku akan mendengar nya."

"Aku kurang suka dengan orang-orang sini.. kenapa kau merekomendasikan perusahaan ini kepadaku? Mereka sangatlah keras. Aku sedikit takut, Mei." Selena memang tidak berbohong saat ini.

"Oh.. itu sudah biasa. Malahan itu ujian pertama mu di dunia kerja. Kalau kata ayahku, ini ujian mental. Kau harus kuat, agar mendapatkan hasil terbaik di sini. Aku merekomendasikan perusahaan ini kepadamu, karena aku melihat potensi mu. Kau sudah keren!"

Selena tercengang akan pujian Meilusha.

"Potensi ku? Memangnya apa?"

"Pokoknya-" ucapan Meilusha terhenti saat ada seseorang yang mengajaknya mengobrol. "Sudah ya. Aku sibuk. Intinya kau harus kuat, bersikaplah dewasa, Selena. Jika kau butuh sesuatu, hubungi aku lagi ya. Bye."

Tut!

Teleponnya sudah terputus. Selena hanya menatap ponselnya nanar. Temannya sendiri seolah tak peduli. Dirinya hanya bisa menghela nafas untuk kesekian kali.

#𝖲𝖤𝖫𝖤𝖭𝖮𝖤; "𝖩𝗎𝗅𝗒, 𝖨 𝗍𝗋𝗎𝗌𝗍 𝗒𝗈𝗎!"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang