NURSE CHAPTER THREE: AMBROXOL

57 28 14
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••


Jika ada orang yang bertanya apa cita-citaku, maka aku akan menjawab ingin menjadi orang kaya.

Aku tinggal sendiri di rumah peninggalan Nenek Mojang yang sempit tapi muat digunakan sedikitnya dua orang. Aku bekerja di dua tempat yang berbeda untuk menghidupi kebutuhanku.

Kata orang-orang, aku ini cantik. Tinggiku 160 sentimeter dengan berat badan 60 kilo dan tidak pernah melakukan operasi plastik. Aku memiliki tubuh yang ramping juga tidak terlalu kurus. Di sekolah, aku termasuk siswa berprestasi yang sering mengikuti olimpiade. Mungkin karena itulah teman-teman cewek di kelasku iri melihatku.

Di sekolah aku tidak terlalu aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler karena langsung pulang ke rumah begitu jam pelajaran telah selesai. Tapi entah mengapa ada murid-murid dari kelas lain yang mengenalku.

Aku juga tidak punya banyak waktu untuk bermain karena harus bekerja. Betapa beruntungnya anak-anak yang terlahir dari keluarga kaya raya. Sedangkan, aku dari dulu berusaha untuk mengubah sendok kayuku menjadi sendok emas.

Aku seringkali tidak menghabiskan makananku kantinku di sekolah dan membuangnya ke plastik untuk nantinya akan kumakan di rumah. Miris? Ah, aku  tidak peduli orang-orang mau berkomentar apa. Yang paling penting aku bisa kenyang.

Tapi meskipun bukan terlahir dari keluarga kaya raya, aku tidak pernah diperlakukan semena-mena oleh orang. Berkat wajahku ini, aku jadi selamat dari ancaman bullying. Tapi sebagai gantinya, seringkali aku digoda kakak-kakak yang ada di daerah Gangbuk. Menyebalkan sekali melihat mereka yang menggoda perempuan hanya karena cantik dan merendahkan yang buruk rupa.

Omong-omong, aku juga pernah hampir diculik saat pulang ke rumahku sehabis bekerja di minimarket. Waktu itu turun hujan dan tidak ada satupun orang yang melewati jalan yang aku lewati. Saat itu benar-benar sepi dan ternyata aku diikuti om-om botak yang berniat jahat kepadaku. Aku tidak menyadari keberadaannya sampai akhirnya aku bertemu Kim Moonsung yang kebetulan lewat. Dia menyelamatkanku dan menghajar om botak itu sampai pingsan.

Aku sempat syok, sih. Dalam hati merasa beruntung karena ada Kim Moonsung. Aku bahkan tidak sanggup membayangkan bagaimana nasibku jika dia tidak datang kala itu.

Itu awal pertemuanku dengan Kim Moonsung. Tapi, aku tidak pernah mengucapkan terima kasih secara langsung karena dia selalu pergi begitu aku membuka mulut. Kupikir dia membenciku karena aku anak yang miskin. Namun, aku salah mengartikannya dan menyadari bahwa sifatnya memang begitu. Tidak bisa diubah.

Di sekolah, aku tidak dekat dengan siapa-siapa. Tapi Pakgo dan teman-temannya malah sengaja mendekatiku, berkata ingin menjadi temanku. Mereka pasti merencanakan suatu hal. Aku tidak percaya dengan perkataan mereka dan benar firasatku. Aku dijadikan kameramen tanpa bayaran saat Pakgo sedang live streaming. Kalau aku menolak, dia akan memukul siswa lain di kelas. Aku tidak tega melihat orang lain yang kena imbasnya memilih untuk bersabar dan menuruti kemauan Pakgo.

NURSE {HOW TO FIGHT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang