NURSE CHAPTER FOUR: ASPIRIN

83 28 43
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Halo, selamat datang di minimarket kami!"

Pukul lima lewat dua puluh, aku sampai di minimarket ketika shift di restoran sushi sudah berakhir. Biasanya aku selalu datang jam lima tepat, tetapi karena terpaksa memutar jalan aku baru sampai dua puluh menit lebih lambat.

Sudah kubilang aku tidak akan melewati jalan yang sama dengan lokasi dimana Arcade Game berada. Cukup dua hari yang lalu saja aku melewati jalan tersebut.

Aku merapikan rambutku yang tertutupi oleh topi yang khusus digunakan kasir minimarket. Aku suka warna topinya, biru. Omong-omong, hari ini sudah ada dua puluh pelanggan yang datang dan barusan bertambah satu lagi. Dua kali lipat dari biasanya. Diam-diam aku tersenyum senang, kalau begini pasti akan diberi bonus oleh bosku!

Memang sih, minimarket Eunhae tempatku bekerja berada di posisi yang strategis, dekat dengan kantor administrasi. Tidak heran, banyak pekerja kantor tersebut yang datang kemari untuk membeli kopi ataupun cemilan lainnya.

"Berapa?"

Aku memandang sebotol bir berwarna hijau yang ditaruh di meja kasir. Botol yang sampai saat ini tidak berani aku sentuh apalagi meneguk isinya. Ini minuman yang dilarang dikonsumsi untuk remaja. Aku mendongak guna memastikan orang yang membeli minuman ini.

"Lho?" Aku bergumam, merasa bingung lantaran melihat seorang remaja laki-laki yang kelihatan seumuran denganku hanya saja cara berpakaiannya cenderung seperti preman. Ada tatto bergambar burung elang dilehernya. Dia memandangku dengan tatapan tajam seolah ingin menerkamku.

Aku meneguk ludah, "Maaf, apa saya bisa melihat KTP anda?" tanyaku. Aku merasa bahwa dia berpenampilan seperti itu untuk mengelabuiku dan bisa membeli birnya. Ada banyak sekali orang yang seperti ini, bukan satu atau dua orang lagi.

Laki-laki dihadapanku menyodorkan kartunya. Disitu tertera foto wajah, nama, serta identitas lainnya. Akan tetapi, kok wajah yang ada di kartu ini beda dengan yang asli? Apa ini editan?

"Jangan lama-lama, aku harus pergi nih."

Aku menggeleng, lantas mengembalikan kartu yang kuyakini datanya adalah palsu. Memang marak sih yang begini, membuat KTP palsu untuk mengelabui orang. "Maaf, tapi kau tidak bisa membeli ini." ucapku tegas.

Tanpa diduga, laki-laki itu menarik kerah bajuku sehingga tubuhku sedikit terangkat. Aku membelalakkan mata, apa dia sudah gila?! Disini 'kan tidak boleh melakukan kekerasan!

"Sial, kau sadar ya datanya palsu? Sayang sekali, padahal kau cantik." Laki-laki itu tersenyum miring. Aku memberontak berusaha melepaskan cengkeraman tangannya dari kerah bajuku. "Aku jadi tidak enak untuk apa-apain kamu, nih."

Aku menggeram kesal. Kata-katanya sudah termasuk pelecehan! "T-tolong lepaskan!"

Benar-benar tidak terbayangkan. Bertahun-tahun aku bekerja di minimarket baru kali ini ada yang seberani itu kepadaku. Aku memang pernah dimaki om-om atau kakek-kakek, tapi mereka sama sekali tidak berani mengganggu karena takut dengan CCTV yang terpasang di berbagai sudut ruangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NURSE {HOW TO FIGHT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang