Ada enam warna dasar rambu lalu lintas.
Pertama, warna biru.
Bukan biru navy, biru langit, apalagi biru aqua.
Lebih ke biru elektrik atau neon apalah itu.
Tugasnya hanya satu, memerintah.
Kata-katanya bersifat wajib dan tidak bisa diganggu gugat.
Bagi Prana, itu adalah titah orang tuanya.
Kedua, warna kuning.
Warna hangat, layaknya persahabatan.
Tapi khusus untuk Prana, itu berarti peringatan.
Ketiga, warna merah.
Biasanya merah artinya berani.
Kalau bukan berani, berarti larangan.
Hati-hati. Semoga Raras cukup jeli.
Keempat, warna putih.
Sebuah isyarat akhir akan larangan dan batasan.
Putih tanpa noda yang membuat Juni ingin menjaga Prana.
Siapa sangka? Nyatanya tiada batasan melunturkan nila yang ada.
Kelima, coklat.
Jangan senang dulu, ini bukan coklat yang ada di hari kasih sayang.
Artinya merujuk sebagai lokasi.
Ketimbang itu, Raras memaknainya akan arti yang lebih dalam.
Raras si katalis. Prana, lekaslah menemukan magis.
Keenam, hijau.
Rambu terakhir, untuk informasi yang diperlukan.
Untuk tetap berjalan.
Tapi hati-hati,
di depan ada lampu merah,
jangan ambil langkah putar balik.
Karena begini,
prahara yang sudah kepalang pecah,
akan lebih dari kata berisik.
Raras dan Prana,
kembali bersua.
KAMU SEDANG MEMBACA
enam warna dasar rambu lalu lintas.
RomancePrana Daniswara, si konsultan kesepian yang terjebak perjodohan. Kinantha Larasati, si katalis yang bagi Prana, lebih dari sekedar magis. Juni Keinesha, satu-satunya pewaris perusahaan Kaiswaran, yang tindak-tanduknya tanpa keraguan. Di tengah praha...