🍂HADIAH DARI SELATAN 🍂

13 5 8
                                    

Hai, hari ini semoga menjadi hari yang penuh dengan tawa.

Aku sedang belajar di meja belajar yang ada di kamar ku, aku tidak bisa fokus karena terus membayangkan wajah indah Selatan.

seperti di hipnotis sejak awal bertemu, aku selalu memikirkan dan membayangkan wajah itu, sampai ibu ku saja mulai lelah mendengarkan keluhan ku tentang itu...

Aku mengambil kontak yang sampai saat ini belum aku buka, iya itu pemberian dari Selatan kemarin.

Kotak itu mau aku buka, tapi tidak jadi karena tiba-tiba ibu masuk ke kamar ku dan bilang; "Selatan telpon tuh."

setelah mendengar ucapan bunda, aku langsung keluar dari kamar ku dan segera duduk di kursi empuk ruang tamu, aku mengangkat telefon yang katanya dari Selatan.

"Hallo, Selatan.."
"Um... hai Senjaku, kadonya udah di buka?"

"Belum sempat aku buka, maaf ya... tadinya mau aku buka tapi bunda tiba tiba datang ke kamarku dan bilang kalau kamu telfon aku, jadi aku langsung ke ruang tamu untuk mengangkat telefon."

"Tidak apa-apa, aku cuma ingin pesan padamu, Buka kadonya nanti saja kalau aku sudah benar benar pergi, cerna perkataan ku dengan baik Senja."

ucapan pria itu sungguh membuatku bingung, aku susah mencernanya, aku susah memahaminya, kalau pun aku paham, pasti langsung ke hal yang negatif yang akan merusak pikiran ku sendiri.

Sejatuh itu aku kepadanya.

"Iya Selatan, nanti aku buka kalau 'kamu sudah benar benar pergi' tapi memangnya kamu mau pergi kemana?" pertanyaan konyol terucap dari mulutku, sungguh bodoh.

"Senja nanti mau main ke Malioboro ga? kita jajan kesana lagi, katanya ada makanan baru di sana, ada dawet disana, katanya sih baru aja kemarin datang kesitu, penjualnya dari Semarang."

bukannya menjawab pertanyaan ku, dia malah mengalihkan topik pembicaraan kita.

aku tidak suka dia jika seperti itu, karena itu akan membuat ku penasaran, akan membuat ku terus memikirkan omongannya barusan.

"um... boleh, tapi jalan kaki aja ya?"
"kenapa jalan kaki? kamu nanti cape, aku ga bisa liat kamu kecapean."

"engga, kan deket Selatan ..."
"Ya sudah, udah dulu ya? aku di suruh ayah ke pasar sama kakak ku, nanti lagi ya Senjanya Selatan.."

Telfon di tutup sepihak, aku yang masih memikirkan perkataannya tadi, di tambah lagi aku juga baru tau kalau Selatan memiliki seorang kakak, bukan baru tau, aku ingat ko dia sempat menceritakan tentang saudaranya hanya saja aku tidak terlalu memperhatikan jadi terkesan, seperti... 'Dia punya saudara? aku baru tau...' ya seperti itu..

Aku kembali ke kamar ku dengan isi kepala yang terus berfikir dan mencoba memahami perkataan Selatan tadi.

Wajahnya yang indah itu terus menerus muncul di pikiran ku, sehingga aku tidak bisa fokus dengan tugas sekolah ku... Selatan kenapa harus aku sih? bukannya aku tidak bersyukur karena memiliki mu, tapi aku belum siap jika merasakan jatuh cinta lagi, aku Trauma.

Dulu aku sempat berpacaran dengan teman sekelas ku di Surakarta, sudah jalan enam bulan, dan kami putus karena dia selingkuh dengan wanita yang bisa di bilang, aku lebih mapan.

Setelah bertemu dengan manusia brengsek, sekarang aku di pertemukan dengan manusia yang indah, dan memiliki senyuman manis.

Seberuntung itu?

Aku mencoba fokus dengan pekerjaan rumahku itu, tapi lagi dan lagi aku gagal. lalu aku memutuskan untuk membantu bunda masak di dapur.

•••

Senja di Langit Selatan | ON HOLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang