🍂Salam Untuk Ayah🍂

17 3 3
                                    

Aku sedang sibuk memilih pakaian yang akan aku pakai untuk nanti ke rumah Selatan, harus terlihat cantik dan rapi di mata keluarga Selatan, aku tidak ingin mengecewakan dia walaupun kita hanya teman dekat.

Sebenarnya aku juga ingin bilang ke Selatan kalau aku menyukainya, aku cinta padanya.
Tapi aku malu, aku malu karena kita baru bertemu, bukankah terlalu cepat? aku tidak mau jika nanti setelah aku mengutarakan perasaan ku, dia menjadi jauh.

Aku tidak ingin itu terjadi.

Pintu kamar ku terbuka, ada Bunda yang berdiri di ambang pintu, bunda bilang; "Titip Salam untuk Ayahnya Selatan dan Saudaranya dari Bunda sama Abah ya nak, bunda siapin buah tangan di meja makan, tolong kamu bawa terus kasih ke keluarga selatan."

Aku terkejut, ternyata dari tadi bunda di dapur itu membuat kue kering untuk aku bawa ke rumah Selatan dan beberapa buah.

padahal tadi awalnya aku ingin membelikan beberapa pakaian dan oleh oleh, tapi tidak jadi karena bunda bilang seperti itu.

"Iya bunda, nanti Senja bawa." Jawabku sambil merapikan rambut ku dan memakai make up yang sederhana dan natural.

"Pulangnya jangan malam malam ya nak, nanti kamu harus ngajarin les anaknya Bu Asih sama adekmu, besok dia ujian." Pesan Bunda, selalu seperti itu jika aku pergi keluar entah itu bersama mantan ku dulu atau Selatan, selalu seperti itu.

Tapi aku tidak risih, aku tau kalau Bunda sayang dengan ku, makannya dia berpesan seperti itu, toh ga baik kalau perempuan main terus pulangnya malam, mulut tetangga jahat.

tak perlu menunggu lama, Selatan sudah berada di depan rumah ku, aku melihatnya kala itu, dia terlihat sangat bahagia karena aku akan ke rumahnya untuk pertalian kalinya setelah dua bulan kita bertemu.

"Hai, Senjanya Selatan." Dia melambaikan tangannya, mengisyaratkan agar aku menghampirinya, senyumannya terlihat indah.

itu membuat ku sakit.

"Hai juga, Selatan ku." Aku membalas senyumannya, walaupun itu sakit, aku tidak bisa jika kehilangan senyumannya, bahkan jika tidak melihat senyumannya satu hari saja rasanya begitu rindu.

"Bunda mana?" Aku mengajaknya masuk ke rumah untuk berpamitan dulu dengan Bunda, tidak ada Abah di rumah karena sedang dinas di luar kota, barus aja kemarin berangkat.

Bunda dan aku memutuskan untuk tidak ikut, karena aku ingin menyelesaikan pendidikan ku dulu di Yogyakarta ini, dan Bunda tidak ini pindah pindah lagi, karena repot.

Selatan itu remaja yang sopan, dia bahkan bersalaman dengan orang yang lebih tua darinya, walaupun dia tidak kenal mereka, padahal aku sudah bilang

" Kalau kamu tidak kenal, jangan bersalaman dengannya siapa tau dia jahat ke kamu, kamu juga jangan terlalu polos, gampang di pengaruhi kamu itu."

Selatan hanya mengangguk saat itu, menandakan kalau dia paham, Semoga saja dia menurut.

"Bunda, Senjanya mau saya ajak ke rumah dulu ya, pulangnya ga sampe malam kaya kemarin ko Bun." Dia bersalaman dengan bunda, dan adik ku yang saat itu sedang menonton TV.

"Iya nak, gapapa. Bunda titip salam ya sama Ayahmu."

"Nggih Bunda." dia menundukkan kepalanya dan menggandeng tangan ku.

Aku dan Selatan mulai meninggalkan rumah, di jalan hanya ada suara angin yang memenuhi indra pendengaran ku dan beberapa omongan orang yang lewat.

Sore ini mendung, udara dingin merasuk ke kulitku, entah kapan datangnya hujan, untuk sekarang hanya suara petir yang tidak terlalu keras, semoga saja tidak hujan.

Senja di Langit Selatan | ON HOLD Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang