Anak yang Khawatir

326 54 12
                                    

Seorang wanita menerjang tubuh anak kecil hingga membuatnya terjatuh ke lantai. Tangannya mencengkeram leher gadis itu.

"Kau sadar dengan apa yang kau perbuat tadi, hah?!"

"Kau menyakitiku," ucap anak itu, lirih namun tidak terdengar lemah.

"Lepaskan, Caven!"

"Dia telah membunuh orang-orang kita, Kenny!"

Wanita itu menatap pria bertopi yang baru saja selesai diobati oleh salah satu anak buahnya.

"Benarkah?"

Kenny berjalan mendekat kemudian melerai keduanya. Menatap anak perempuan yang langsung berdiri untuk membersihkan pakaiannya sambil menggerutu lirih, mengabaikan pertanyaan Kenny.

"Teganya kau melakukan itu, Lyanna." tanya Kenny dengan nada yang terdengar kecewa, tapi Lyanna yakin pria itu hanya bersandiwara.

"Aku tidak ingin ayahku mati sebelum aku lahir." jawab Lyanna, dengan tanpa beban.

"Tapi kau mengkhianatiku."

Lyanna menatap wajah Kenny yang berusaha terlihat sedih namun justru terlihat aneh di matanya, "Aku yang memberikan informasi tentang posisi target kita sebenarnya, itu cukup untuk membuktikan bahwa aku berada di pihakmu."

Kenny melemparkan tatapan pada Caven untuk mempercayai anak ini. Lyanna melenggang pergi meninggalkan ruangan minim cahaya itu, namun sebelum melewati pintu ia berhenti sebelum mengatakan sesuatu.

"Jika pada saat itu kalian lebih memilih untuk berjaga di dekat kereta daripada mengepung Levi di Bar, kemungkinan yang mati akan lebih sedikit."

Kenny menatap kepergian Lyanna lalu meringis, "aku setuju dengan anak itu."

"Jaga mereka sampai Rod Reiss datang." Kenny menyuruh anak buahnya untuk menjaga Eren dan Historia yang masih tak sadarkan diri, kemudian dirinya pergi menyusul Lyanna yang sudah tak terlihat dari balik pintu.

.

.

.

Kenny duduk di tepi kasur yang di tempati Lyanna. Gadis itu tidur membelakangi Kenny yang menatap punggungnya. Tanpa melihat raut wajahnya, pria paruh baya itu tahu bahwa Lyanna tengah menahan isak tangisnya.

"Kau melindungi ayahmu dengan baik," ucap Kenny. Tak ada balasan dari gadis itu membuatnya gusar. Ayolah, dia tidak tahu cara menenangkan perempuan yang tengah menangis.

"Apa tadi pengalaman pertamamu?"

Kenny melihat punggung Lyanna bergetar. Kenny menghela napasnya sambil melepaskan topi bowlernya, "Aku tidak akan membiarkanmu melakukan hal seperti itu lagi."

Lyanna memutar tubuhnya. Matanya yang basah menatap Kenny yang tengah memandangnya, "Tidak bisakah kau berhenti dari dunia yang sedang kau jalani sekarang? Di usiamu sekarang seharusnya hidup tenang menikmati masa tuamu, bukan malah mencari mati seperti yang kau lakukan sekarang."

Kenny terkekeh, " Bukankah aku berada di usia yang tepat untuk mati?"

"Kau tidak ingin melihat keponakanmu menikah dan memiliki anak?"

Tangan Kenny terulur untuk mengusap pelan kepala Lyanna, "Aku sudah melihatnya sekarang. Itu cukup membuktikan bahwa bocah itu adalah pria normal dan memilih wanita sempurna untuk dijadikan istri." Kenny tertawa setelah menyelesaikan kalimatnya.

Tawa Kenny berhenti saat ia memikirkan sesuatu. Hal itu membuat Lyanna menatap heran dengan perubahan sikap pria di depannya.

"Untuk misi selanjutnya, tunggulah di markas." Lyanna hendak menolak permintaan Kenny, namun pria itu lebih dulu memotongnya. "Tunggulah di markas, aku akan menemuimu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Child Who Came From The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang